Scroll untuk membaca artikel
Hernawan
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). [ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto]

Baru-baru ini, terjadi tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan Malang. Tepatnya pasca pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Malam itu menjadi momen horor sekaligus traumatis para penggemar sepak bola, khususnya yang langsung hadir di Malang.

Tak terkecuali keluarga suporter Arema FC yang videonya diunggah ulang akun Instagram @banjarnahor. Tampak satu keluarga dengan ayah, ibu, serta anak mereka yang masih kecil, bersama-sama datang ke Stadion Kanjuruhan untuk menonton klub jagoan.

Berdasarkan keterangan video, keluarga itu duduk di Tribun VVIP. Awalnya kondisi kondusif, lapangan tentu lengkap dengan atribut biru-biru khas Aremania. Selayaknya suporter lain, keluarga tersebut juga heboh menyemangati performa klub yang akrab disapa Singo Edan itu. Bahkan sang anak juga ikut sumringah di tengah-tengah suporter.

"Sebelum ada GAS AIR MATA," begitulah yang dituliskan pemilik video, dikutip Selasa (4/10/2022).

Keluarga itu beserta Aremania lain di tribun yang sama tampak penuh senyum. Mereka memancarkan semangat ketika pemain Arema FC berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.

Tidak terkecuali Aremania cilik yang pergi bersama keluarganya itu. Ia ikut berteriak, "Goooollll..." ketika Arema FC berhasil menambah skor.

Sampai pertandingan berakhir dan kerusuhan terjadi, tampak sejumlah suporter sudah turun ke lapangan dan berusaha dipukul mundur oleh aparat. Aparat terpanatu memakai tembakan gas air mata untuk memukul mundur massa.

"Video sebelum asap gas air mata sampai di tribun VVIP," kata pemilik video, memperlihatkan jejak-jejak gas air mata di beberapa titik stadion.

Lantas terdengar jelas tembakan gas air mata yang sempat mengakibatkan si suporter cilik merasa ketakutan. Teriakan terdengar bersahutan, begitu pula dengan semakin banyaknya letusan dari mesin penembak gas air mata yang dibawa kepolisian.

Hingga gas air mata mulai menyebar ke semua stadion, termasuk Tribun VVIP. "Ini gas air mata bener-bener sakit di mata dan hidung. Hidungku sampai sekarang rasanya masih sakit, anakku sampai batuk-batuk," papar dia.

Ibu itu pun menginstruksikan anaknya untuk menutup mata sementara hidungnya ditutup dengan pakaian. Keluarga kecil tersebut lantas berlari tunggang-langgang berusaha menyelamatkan diri, yang nahasnya malah tertahan di pintu keluar.

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

"(Kami) lari-larian cari tempat perlindungan. Tapi mau keluar pintu ditutup dan aku teriak, 'Pak... bukain bawa anak kecil'," kata sang ibu.

Teriakan ini akhirnya mampu menyelamatkan keluarga Aremania tersebut. Namun, ternyata ia menyebut penonton lain justru tidak boleh keluar.

"Akhirnya cuma kita aja yang bisa keluar, lainnya gak boleh. Entah kenapa begitu aku masih gak paham. Allah kasih jalan buat aku, suami, dan anakku," pungkas dia.

Pengalaman mencekam ini, ditambah dengan beredarnya video mencekam ketika para suporter berdesakan ingin keluar dari stadion membuat tragedi Kanjuruhan semakin traumatis bagi penggemar sepak bola.

Apalagi karena korban jiwa yang timbul di insiden ini sangat beragam, baik pria maupun wanita, tua maupun muda. Bisa dibayangkan betapa mencekamnya situasi dari sudut pandang balita seperti Aremania yang tampak di video tersebut.

Tangkapan layar video penonton terjebak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan. [Instagram]

"Sepak bola itu untuk semua umur, semua bisa menikmatinya," tegas pengelola akun @banjarnahor di caption unggahannya, karena tak sedikit warganet yang menyalahkan suporter membawa anak menonton pertandingan secara langsung.

"Mari kita lihat dari sudut pandang penanggulangan bencana, setelah kejadian ini persepakbolaan Indonesia harus BUILD BACK BETTER," pungkas dia..

Tanggapan Warganet

Pengalaman mencekam keluarga Aremania tersebut menuai sorotan publik. Apalagi selama ini ada indikasi suporter sempat dilarang keluar stadion yang berujung menyebabkan penumpukan massa di pintu.

Publik juga masih pro dan kontra dengan suporter yang nekat membawa anak mereka. Apalagi jika masih kecil, untuk menonton pertandingan sepak bola secara langsung.

Suporter Arema FC (Aremania) berdoa di Patung Singa Stadion Kanjuruhan, Malang, jawa Timur, Minggu (2/10/2022). [ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc]

"Gaada batasan umur kok memang, Tapi alangkah bijaknya anak menikmati pertandingan bola di tempat yang terjamin aman kayak liat aja di rumah , karena mengantisipasi hal terburuk mas.. gaiso mlayu, gupuh.. ya Allah," komentar salah satu warganet.

"Ini yang mesti dipertanyakan.. kok pintu sengaja ditutup," tambah seorang warganet.

"15 menit sebelum berakhir pertandingan, pintu stadium sudah di buka harusnya ,,,'WHY'," tukas warganet lain.

"Ya Allah.. Gak kebayang gimana paniknya mereka," sambung warganet yang lainnya lagi.