Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Rizky Melinda Sari
Ilustrasi tsunami (freepik/wirestock)

Kepala  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan sebuah keterangan mengenai potensi terjadinya bencana tsunami di Pantai Selatan Jawa. Ia mengungkapkan hal ini dalam keterangan resmi BMKG pada Kamis (03/08/2023) lalu.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Dwikorita mengatakan dalam keterangannya tersebut bahwa potensi tsunami ini diperkirakan mencapai tinggi 8-10 m, jika Sesar Opak di Yogyakarta mengalami pergerakan atas gempa dengan magnitudo tertarget M6,6. Sesar Opak ini merupakan sumber gempa yang jalurnya terletak di daratan dan terpantau masih aktif. Sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust dengan magnitudo M8,7 juga terpantau masih terus aktif di selatan pulau Jawa

Sesar Opak merupakan patahan yang terletak di daerah Yogyakarta, lebih tepatnya di sekitar aliran Sungai Opak, dengan panjang jalur sesarnya mencapai 45 km. Sungai Opak ini memiliki hulu dari lereng Gunung Merapi, kemudian mengalir ke selatan dan bermuara langsung ke Samudra Hindia di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. 

Aktivitas Sesar Opak ini pernah mengakibatkan gempa bumi yang cukup banyak menelan korban jiwa pada tanggal 27 Mei 2006 lalu dan menewaskan lebih dari 6 ribu orang.

BACA JUGA: Wali Murid yang Ketapel Mata Guru Akhirnya Menyerahkan Diri Usai Jadi Buron Berhari-hari

Dwikorita menyampaikan lebih lanjut bahwa mulai terlihat gejala peningkatan aktivitas Sesar Opak, salah satunya adalah gempa dengan magnitudo 6.0 di Kabupaten Bantul pada tanggal 30 Juni 2023 lalu. Beruntungnya gempa ini hanya mengakibatkan kerusakan ringan karena struktur bangunan yang cukup baik di daerah tersebut.

Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan bahwa peluang periode ulang untuk terjadinya gerakan lagi, atau dengan kata lain pengunciannya mulai lepas, tampak dari aktivitas kegempaannya yang kini mulai meningkat. Ia menyarankan agar masyarakat selalu siap siaga.

“Kesiapsiagaan masyarakat harus terus ditingkatkan, jangan terputus,” ujar Dwikorita mengingatkan masyarakat agar selalu siaga.

Kepala BMKG ini juga menyarankan untuk dilakukannya pelatihan mitigasi bencana yang berkelanjutan kepada masyarakat di Yogyakarta. Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan ketangguhan yang berkelanjutan.

“Khusunya yang tinggal di wilayah pesisir karena ancaman tsunami juga menghantui selain gempa bumi,” imbuh Dwikorita lebih lanjut.

Dwikorita juga mengimbau negara-negara yang rawan tsunami untuk segera membentuk Tsunami Ready Community guna mereduksi atau mengurangi risiko tsunami, terutama untuk meminimalkan korban jiwa.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rizky Melinda Sari