M. Reza Sulaiman
Ilustrasi Gen Z dan medsos. (Gemini AI)

Beberapa tahun terakhir, dari Indonesia sampai Kenya, dari Amerika sampai Eropa, ada satu pemandangan yang sama: anak muda turun ke jalan. Dari isu lingkungan, pendidikan, hingga demokrasi, generasi muda kini jadi motor penggerak dalam gelombang protes global.

Pertanyaannya, kenapa demonstrasi begitu marak di kalangan mereka?

Semua Berawal dari Genggaman Tangan 

Generasi muda tumbuh di era digital. Media sosial seperti TikTok, Instagram, atau X (Twitter) jadi sumber utama informasi sekaligus ruang mobilisasi mereka. Menurut studi dari Cornell University, media sosial membuat aksi protes lebih mudah diorganisir dan lebih cepat menyebar.

Satu isu lokal bisa viral secara global dalam hitungan jam, sehingga anak muda merasa terhubung dengan perjuangan di berbagai belahan dunia.

Ketika Suara Gak Didengar di Ruang Rapat

Banyak anak muda merasa suara mereka kurang diperhatikan dalam sistem politik formal. Berdasarkan laporan dari UNICEF, ditegaskan bahwa kaum muda cenderung beralih ke jalur nonformal, seperti aksi jalanan, karena merasa terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan.

Demo menjadi cara mereka untuk menegaskan eksistensi sekaligus menuntut ruang partisipasi yang lebih nyata dari para politisi.

Ini Bukan Soal Hari Ini, tapi Soal Masa Depan Mereka

Isu-isu besar yang jadi bahan protes seringkali langsung menyentuh kehidupan anak muda: krisis iklim, mahalnya biaya pendidikan, kesenjangan ekonomi, dan ancaman terhadap demokrasi.

Karena merekalah yang akan hidup paling lama dengan konsekuensi dari masalah-masalah ini, mereka merasa punya tanggung jawab moral untuk bersuara sekarang. Global Policy menyebutkan bahwa kesadaran akan marginalisasi ekonomi dan politik mendorong kaum muda untuk aktif menuntut perubahan.

Protes di Kenya, Solidaritasnya Sampai ke Sini

Demo anak muda saat ini juga punya pola yang unik: seringkali dipicu oleh solidaritas lintas negara. Contoh nyata adalah protes Gen Z di Kenya yang menentang pajak dan ketidakadilan sosial, yang kemudian mendapat dukungan dari komunitas muda di luar negeri.

Gerakan serupa juga terjadi di Asia, Eropa, hingga Amerika, memperlihatkan bagaimana isu-isu global saling terhubung lewat generasi muda yang melek informasi.

Demo Bukan Cuma Soal Tuntutan, tapi Juga Identitas

Selain tuntutan politik, aksi protes juga menjadi ruang ekspresi diri. Anak muda menjadikan demo sebagai wadah untuk menunjukkan sikap, nilai, dan solidaritas mereka. Saat ini, protes dapat menjadi model baru keterlibatan sosial di abad ke-21, menggantikan pola lama yang lebih bergantung pada partisipasi elektoral seperti pemilu.

Maraknya demo di kalangan anak muda bukan sekadar tren sesaat. Ini adalah kombinasi dari akses informasi yang luas, keinginan untuk didengar, kepedulian terhadap masa depan, dan solidaritas global.

Bagi mereka, perubahan tidak bisa hanya ditunggu dari atas, tapi harus diperjuangkan bersama, mulai dari jalanan hingga dunia digital.

Penulis: Flovian Aiko