Hikmawan Firdaus | Mira Fitdyati
Tangkap layar dr. Aisah Dahlan (YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo)
Mira Fitdyati

Belakangan ini, isu perceraian kembali menjadi sorotan publik. Tak sedikit pasangan yang memilih berpisah karena masalah kecil yang berlarut hingga membesar. Kondisi ini tentu menimbulkan kekhawatiran dan trauma tersendiri, terutama bagi mereka yang belum menikah.

dr. Aisah Dahlan, melalui podcast di kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo pada Selasa (11/11/2025), membagikan pandangannya mengenai penyebab umum perceraian serta cara untuk menjaga keharmonisan rumah tangga agar tidak mudah goyah.

Menurutnya, perceraian tidak selalu dipicu oleh masalah besar seperti perselingkuhan atau kekerasan dalam rumah tangga. Justru, banyak kasus berawal dari hal kecil yang tidak segera diselesaikan dengan komunikasi yang baik dan saling pengertian.

“Yang pertama, kemarahan-kemarahan kecil yang setiap hari terjadi karena perbedaan. Kedua ekonomi, perselingkuhan nomor tiga. Baru kemudian yang lain, KDRT, mertua ikut campur dalam rumah tangga,” ujar dr. Aisah.

Ia menjelaskan bahwa perbedaan yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pertengkaran kecil setiap hari. Ketika pasangan tidak mau belajar memahami satu sama lain dan enggan mencari solusi, hubungan pun mudah retak.

dr. Aisah juga menambahkan bahwa tidak ada kriteria tertentu siapa yang lebih sering memicu perceraian, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, ia mengakui bahwa di era sekarang, perempuan lebih sering memilih untuk tidak mempertahankan rumah tangga.

“Kalau sering yang tidak mau mempertahankan, era sekarang ya, perempuan,” ujarnya.

Fenomena ini terjadi karena banyak perempuan kini sudah mandiri secara ekonomi dan tidak lagi merasa takut kehilangan dukungan finansial.

“Mereka berpikir, kalau sudah begini, apalagi yang perlu ditakutkan,” ujarnya.

Sering menerima curhatan tentang masalah rumah tangga, dr. Aisah Dahlan mengatakan bahwa solusi yang ia berikan berbeda-beda, tergantung keyakinan masing-masing. Ia menekankan pentingnya ikhtiar secara spiritual sebelum mengambil keputusan besar.

“Makanya soal rumah tangga, banyak yang datang. Saya bilang, tanya Tuhan dulu ya. Caranya tergantung yang muslim bagaimana, yang nasrani bagaimana, budha bagaimana, hindu bagaimana. Tanya dulu sama Tuhan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti salah satu masalah yang kerap tidak disadari, yaitu silent treatment. Banyak pasangan tampak baik-baik saja dari luar, padahal di dalamnya sedang saling diam karena menahan amarah.

Padahal, menurut dr. Aisah, khususnya bagi perempuan, mengungkapkan perasaan justru bisa membantu meredakan tekanan batin. Namun, ia juga menyayangkan media yang digunakan untuk mengungkapkan kadang kurang tepat.

“Perempuan kalau diungkapkan malah lebih lapang pikirannya. Tapi sayangnya, sekarang banyak yang curhat lewat status media sosial. Kalau dulu kita nulis di diary, yang tahu cuma kita sama Tuhan,” ujarnya.

Sementara itu, laki-laki cenderung memproses masalah secara internal. Laki-laki itu lebih sering curhat dengan dirinya sendiri.

“Kalau ada masalah, mereka dialog dulu sama diri mereka sebelum cerita ke pasangan,” ujarnya.

Perbedaan cara berpikir dan mengekspresikan emosi inilah yang perlu dipahami satu sama lain agar tidak terjadi salah paham berkepanjangan.

dr. Aisah Dahlan mengungkapkan pentingnya membangun komitmen sebelum menikah. Ia mengingatkan bahwa pernikahan bukan sekadar perjalanan cinta, tetapi juga ibadah panjang yang memerlukan kesabaran, komunikasi, dan niat yang kuat untuk mempertahankan.

“Kalau mau menikah, harus sadar dulu bahwa ini ibadah panjang,” ujarnya.

dr. Aisah berharap, generasi masa kini dapat memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang perbedaan dan pentingnya komunikasi dalam rumah tangga.

Dengan begitu, pernikahan tidak lagi dipandang sebagai hubungan yang mudah diakhiri, melainkan sebagai perjalanan spiritual yang mengajarkan kedua pasangan untuk saling memahami, belajar, dan tumbuh bersama.