Banyak perayaan dalam adat Jawa yang memiliki makna dan arti tersendiri dalam rangkaian acaranya. Berbagai macam makanan dan minuman yang dijadikan sebagai sesaji juga tak ayal menjadi pusat perhatian seseorang. Salah satu makanan yang sering muncul dan wajib ada dalam perayaan adat dalam budaya Jawa adalah ayam ingkung.
Ingkung berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu Jinakung dan Manekung yang berati memanjatkan doa. Ayam ingkung sendiri memiliki arti mengayomi.
Jenis makanan ini sering kali muncul pada acara pernikahan, syukuran bayi, khitan, bahkan memperingati kematian seseorang. Rasa gurih, sedap, pedas, dan nikmat menjadikan makanan ini sebagai bintang tamu dalam setiap acara syukuran. Namun, dibalik kenikmatan tiada tara dari makanan ini, terdapat makna tersendiri dalam budaya Jawa.
Ayam ingkung merupakan ayam yang dimasak menggunakan berbagai jenis rempah dan direbus menggunakan kuah santan selama lebih kurang 1 jam untuk mendapatkan tekstur ayam yang lunak.
Uniknya, masakan ini menggunakan seluruh bagian ayam baik itu dari bagian kepala hingga kaki atau yang disebut dengan ceker, termasuk juga bagian jeroan ayam tersebut yang telah dibersihkan.
Ayam yang digunakan pun bukan sembarang ayam yaitu harus ayam jago jantan yang sudah bisa mengeluarkan suara berkokok dan sudah memiliki kuku atau jalu di kakinya.
Dilansir dari theasianparents.com, ayam ingkung yang dimasak dengan posisi kepala menunduk mengartikan bahwa manusia yang menunduk memohon pengampunan akan dosa-dosa mereka yang telah meninggal.
Kepala ayam yang diputar ke belakang adalah simbol yang mengatakan bahwa manusia harus selalu ingat akan sesuatu yang telah dijalaninya dan senantiasa bersyukur akan apa yang telah dimiliki.
Biasanya, ayam ingkung disajikan bersamaan dengan nasi tumpeng kuning dengan berbagai macam lauk pauk. Namun, seiring berjalannya zaman, ayam ingkung dapat disajikan tanpa nasi tumpeng.
Ayam ingkung memiliki filosofi mendalam dalam budaya Jawa. Ayam yang merupakan lambang dari rasa syukur akan segala kenikmatan yang diberikan kuasa Tuhan dan hanya ayam yang nikmat dan lezat yang dapat disajikan dan inilah yang mejadi dasar mengapa ayam ingkung disajikan dalam keadaan utuh.
Dalam penelitian Taylor, 2003 dalam Jati 2014 diyakini bahwa ayam ingkung sudah menjadi salah satu sesaji pada abat 5-15 yang telah lalu dan telah ada pada zaman agama Hindu yang digunakan sebagai bentu sesaji pula.
Baca Juga
-
Siap-Siap Nabung! Intip Harga Tiket Fan Meeting Yoona di Jakarta Mendatang
-
Seru! Berbagi Ilmu Bersama Lansia di PSTW Budi Luhur Kota Jambi
-
Winter aespa Dikejar Pria Aneh yang Bawa Kamera, Netizen: Mengerikan
-
Doyoung NCT Jadi Model McDonald's, Penggemar: Free Palestine
-
Biar Enggak Salah Maksud! 15 Kata yang Sering Digunakan Kpopers di Twitter
Artikel Terkait
-
Rekam Jejak Hendrar Prihadi Sebelum jadi Cawagub Jawa Tengah
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Melihat Perjalanan Perupa Korsel Hyun Nahm di Indonesia Lewat Pameran Kawah Ojol
-
Cek Fakta: Ahmad Luthfi Sebut Jumlah Penduduk Muslim di Jawa Tengah Capai 97 Juta Jiwa, Benarkah?
-
Sampang Mencekam: Konflik Pilkada Renggut Nyawa Pendukung Calon Bupati
Rona
-
Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Mengenal Pegon, Kendaraan Tradisional Mirip Pedati yang Ada di Ambulu Jember
-
Fesyen Adaptif: Inovasi Inklusif di Dunia Mode untuk Penyandang Disabilitas
-
KILAS dan Edukasi G-3R di Cimenyan: Membangun Kesadaran Pengelolaan Sampah
-
Vera Utami: Pionir Inklusivitas Pakaian Adaptif bagi Penyandang Disabilitas
Terkini
-
Belajar Percaya Diri Melalui Buku The Power of Confidence Karya Palupi
-
Jesse Eisenberg Resmi Jadi Sutradara Film Musikal Bergenre Komedi
-
Hanya Hadapi Anders Antonsen, Jonatan Christie Berpeluang Raih Gelar Juara
-
3 Varian Serum dari Hada Labo, Ampuh Hidrasi Kulit Kering dan Atasi Penuaan
-
Hakikat Kebebasan, Novelet Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub