Berdiskusi tentu adalah suatu aktivitas yang sangat mengasyikkan. Kenapa? dalam berdiskusi biasanya ada feedback untuk saling bertukar pikiran terkait dengan tema pembahasan. Akan lebih asyik lagi, jika hasil diskusi tersebut dapat teraktualisasi secara nyata di dalam kehidupan.
Asalkan, diskusinya yang bermanfaat ya. Bukan diskusi tanpa arah atau ngawur, karena hal tersebut justru hanya buang-buang waktu dan pikiran saja. Walaupun dalam kenyataannya, ada banyak diskusi-diskusi seperti demikian yang tak jarang kita jumpai.
Dalam suasana berdiskusi, tentu ada tipe dan kelakuan orang yang akan berbeda-beda. Ada yang sejatinya memang serius, tetapi ada juga orang yang kerjanya hanya ngelucu doang.
Buruknya jika ada peserta diskusi tidur di dalam forum dengan sengaja, karena kondisi tersebut tentu dapat merusak jalannya diskusi. Iya, walaupun itu haknya sebagai manusia, tetapi sejatinya itu jelas menyalahi moralitas dalam forum diskusi. Iya kan.
Biasanya dalam berdiskusi akan ditemani dengan minuman kopi. Sehingga itu dapat menjadi alasan supaya diskusi bisa berjalan dengan lancar. Pasalnya, ketika tidak ada kopi saat forum diskusi dimulai, maka konsentrasi untuk berdiskusi akan tidak bisa fokus, dan materi pembahasan pun akan lari-lari.
Makanya, tidak heran jika dalam forum diskusi biasanya ada kata-kata "mungkin kurang kopi deh, kenapa diskusinya tidak bisa berjalan normal." Bahkan, saat mengajak teman-teman untuk berdiskusi, malah ditanya balik, "ada kopikah atau ada kopinya kah?" Nah, kondisi seperti itu jelas menjadikan kopi sebagai minuman spesial dan menjadi pemantik terbaik apabila ingin berdiskusi.
Alasannya juga, saat berdiskusi supaya tidak mengantuk dan juga dapat memperlancar pemikiran. Apalagi diskusinya ditemani dengan segelas kopi dan sebungkus rokok, tentu itu sangat memberikan motivasi untuk berdiskusi.
Tetapi, bagaimana kira-kira tanggapan dari orang-orang yang tidak suka kopi dan bukan pula perokok, tentu mereka tidak sebahagia itu dan bisa saja termarjinalkan.Orang-orang yang suka berdiskusi tentu tidak semuanya suka minum kopi dan juga merokok. Alasannya pun bermacam-macam, dan mestinya para peserta diskusi juga memahami hal demikian. Jangan karena kurang fokus sedikit saja, malah dibilangi kurang ngopi.
Kenapa sih harus kopi sebagai pemantik supaya diskusi bisa berjalan lancar. Emang iya kah, kira-kira bagaimana kalau orang yang tidak suka minum kopi, kan mereka justru terdiskriminasi.
Apalagi kalau dilontari kata-kata "mungkin kurang kopi, yok ngopi dululah supaya diskusinya bisa berjalan lancar." Nah, hal itu jelas memojokan orang-orang yang tidak suka minum kopi.Tidak bisakah memakai istilah "ngeteh" atau "ngesusu", itu juga kan bagian dari minuman yang bisa diminum saat berdiskusi, bukan hanya kopi doang. Tetapi saya juga peminum kopi kok, hanya keliru rasanya kalau ada kekurangan sedikit dalam diskusi terus langsung dilabeli "kurang ngopi."
Menurut hemat saya, bukan karena kurang ngopi yang membuat diskusi tidak bisa berjalan lancar. Melainkan, apakah materinya yang memang sulit dipahami atau pembawa materinya yang kurang menarik dan tidak mampu menghidupkan suasana forum. Kan itu lebih penting selain mengatakan "kurang ngopi."
Nah, kopi hanya berlaku bagi orang-orang yang memang suka minum kopi. Tetapi ingat bahwa itu tidak berlaku bagi orang-orang yang memang tidak suka minum kopi. Janganlah karena kalian suka kopi, terus mengatakan kepada semua orang "mungkin kurang kopi", apabila mereka tidak bisa fokus atau tidak memahami materi diskusi.
Biasanya juga, ada mengatakan agar menyiapkan kopi terlebih dahulu sebelum diskusinya dimulai. Anehnya beberapa pamplet diskusi biasanya ada tertera tulisan "peserta bawa kopi masing-masing". Lagi-lagi, kenapa harus kopi sih?, kenapa bukan minum saja?
Kopi kan hanya berlaku untuk orang-orang yang pecinta kopi, bukan pecinta susu atau teh.Jadi, sebenarnya tidak masalah sih kalau ada kopi di dalam forum diskusi, karena hal itu juga tentu dapat memberikan kenyamanan bagi mereka yang memang suka minum kopi.
Namun, kelirunya jika selalu ada label "mungkin kurang kopi, materinya sulit juga karena kurang ngopi." Jelas itu akan mendiskriminasikan orang-orang yang hanya suka minum susu atau minum teh. Nah, mestinya "ngeteh" atau "ngesusu" juga dimasukkan sebagai pemantik dalam berdiskusi, bukan malah kopi saja sebagai pemantik diskusi.
Baca Juga
-
10 Cara Mengatur HP agar Bisa Melantunkan Al-Quran Semalaman Tanpa Khawatir Baterai Rusak
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
Artikel Terkait
-
Ngobrol Santai Soal Pendidikan Indonesia dalam Buku Kopi Merah Putih
-
Kolaborasi Lintas Sektor dalam Perpaduan Kedai Kopi dan Toko Buku
-
4 Tips Kembalikan Warna Baju Hitam yang Pudar: Nol Rupiah, Cuma Pakai Bahan Rumahan
-
Tembakau Hingga Kopi Masih Jadi Salah Satu Pendorong Utama Ekonomi Indonesia
-
Lowongan Kerja untuk Baladewa, Ahmad Dhani Rekrut Fans Jadi Barista di Kopi Dewa 19
Ulasan
-
Review Novel Out of My Dreams, Hadirkan Suara Difabel di Tengah Cerita Petualangan
-
Ulasan Webtoon Her Secret!: Melihat Sisi Gelap Dunia Hiburan Korea Selatan
-
Review Beautiful Disaster: Kayak Rasa Permen Kapas Kebanyakan Gula!
-
Review Film On Swift Horse: Mengembara dengan Luka dan Cinta
-
Review Film Havoc: Aksinya Brutal tapi Ceritanya Lesu
Terkini
-
Tayang Mei, Drama Korea Second Shot at Love Bagikan Bagan Karakter Desa Bocheon
-
D.O. EXO Ungkap Kesungguhan Cinta Lewat Lagu Forever, OST Resident Playbook
-
Anti-Boring! 4 Kombinasi Beanie ala Bona WJSN untuk Tampilan Kasual
-
4 Alasan Wajib Nonton Drama Korea Karma, Yakin Skip?
-
Melesat Cepat, Jumbo Debut 3 Besar Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa