Ilustrasi Secangkir Kopi. (Pixabay)
Suara merdu di pagi hari, dengan goresan aroma kopi yang menyelamkan rasa.
Ku hirup dengan penuh kenikmatan tentang nikmatnya ciptaan Tuhan.
Pahit rasanya tidaklah akan gentar menuju pintu kesuksesan.
Namamu akan abadi dalam lembah kemajemukan rasa.
Kini ku menitip rindu padamu, betapa pahitnya hidup ini yang harus dilawan.
Entah, harus bagaimana lagi perjalananku selalu dalam bayang-bayang kegelapan menuju kesuksesan.
Engkau nampak menyeramkan, namun merindukan.
Tanpamu wahai penikmat rasa, maka akan terkurung dalam kebingunan dan hilangnya inspirasi.
KPU Kab. Majene, 15 Juli 2021
Komentar
Berikan komentar disini >
Baca Juga
-
Logika Sesat dan Penyangkalan Sejarah: Saat Kebenaran Diukur dari Selembar Kertas
-
KPK setelah Revisi: Dari Macan Anti-Korupsi Jadi Kucing Rumahan?
-
Merantau: Jalan Sunyi yang Diam-Diam Menumbuhkan Kita
-
Perempuan Hebat, Masyarakat Panik: Drama Abadi Norma Gender
-
Saat Generasi Z Lebih Kenal Algoritma daripada Sila-sila Pancasila
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Virgoun Tanggapi Isu Rujuk dengan Inara Rusli, Tolak Mentah-Mentah?
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Sekolah Darurat Pembullyan, Kritik Film Dokumenter 'Bully'
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
6 HP Rp 7-10 Jutaan Terbaik 2025: Mana yang Masih Worth It Dibeli di 2026?