Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Adinda Fauzia Armedina
Ragam Bentuk Celengan Bara Biru Craft (DocPribadi/adinmedin).

Apakah kamu pernah berada di satu masa di mana kumpulkan harapan pada pundi-pundi rupiah, lalu kamu taruh dan simpan baik-baik pada tembikar kesayangan berbentuk ayam, babi, maupun, kodok?

Bagaimana perasaan kamu jika dipertemukan dengan satu barang lawas yang memanggil kembali ingatan lampau sesaat masih berada di bangku sekolah berwarna cokelat itu?  Sungguh satu momen nostalgia yang mendatangkan rindu, bukan?

Pasar seni di kota Solo telah menuntun saya kembali pada memori kala itu. Sebuah masa di mana saya masih mengenakan seragam merah putih dengan jiwa optimis membara untuk membelikan satu rumah sederhana untuk ibu. Dengan hanya bergantung kepada satu wadah tembikar ayam pemberian ibu sebagai hadiah ulang tahun ke-8, serta upaya saya untuk terus rutin memasukkan rupiah demi rupiah dari uang jajan harian demi terwujudnya harapan tersebut. 

Bara Biru Craft membuat memori lampau saya kembali hadir pada satu hari Ahad di pasar seni kota Solo, kota tercinta. Mari ikut saya wisata online berbau masa lalu, ya? Tenang, bukan soal cinta monyet yang bertepuk sebelah tangan itu kok, ayo!

Perpaduan Unsur Klasik dan Modern yang Menggoda

Celengan

Celengan, salah satu paras purba yang ditemukan pada jaman Majapahit abad ke-14 di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, berbentuk babi hutan atau celeng yang gemuk. Begitulah saya jadi paham tentang asal usul dari celengan tempat biasa saya menabung di masa kecil, yakni melalui sebuah deskripsi singkat pada tag kecil yang dikalungkan pada tembikar-tembikar berbagai macam bentuk dalam stan "Bara Biru Craft". 

Awalnya, celengan memang terkenal dengan bentuk celeng atau ayam. Namun, Yayok Aryoseno sebagai pengelola Bara Biru Craft yang juga merupakan seorang pelukis, akhirnya menambahkan estetika pada celengan yang ia produksi dengan penambahan unsur warna yang lebih mencolok, serta eye-catching.

Keunikan bentuk yang diusung oleh Yayok, seperti kucing, monyet, kuda, serta kura-kura menambah minat saya untuk terus melihat pada detail bentuknya. Bukan hanya itu, Yayok juga tetap mempertahankan eksistensi unsur klasik pada celengan di pulau Jawa yang terkenal dengan bentuk kendi.

Melalui salah satu pengrajin di Mojokerto, Yayok bersama-sama melestarikan kearifan lokal dengan harap tersisipkannya kembali sifat menabung, terutama pada anak-anak. 

Jika dahulu celengan mempunyai warna tanah liat yang hanya itu-itu saja, maka celengan dari Bara Biru Craft membuat saya bisa kembali pada masa lampau dengan warna yang lebih segar dan kesan mewah yang melibatkan serpihan nostalgia di dalamnya. 

Harga Nyaman Dikantong, Harapan Siap Disongsong

Celengan kendi dengan harga Rp.10.000,00

Penetapan harga untuk celengan menggemaskan ini juga tidak bikin miskin sama sekali. Hanya dengan mengeluarkan lembaran uang tunai Rp 10.000, celengan berbentuk kendi kecil berwarna ciamik sudah bisa jadi milik kamu. 

Lumayan bukan untuk menabung uang receh seribuan hingga beratus-ratus ribu?

Saat menemui stan, celengan yang memiliki harga paling atas pun tidak lebih dari ratusan ribu. Untuk celengan berukuran sedang memiliki harga di antara Rp 15.000 sampai Rp 25.000. Sedangkan untuk yang berukuran besar mempunyai harga diantara Rp 50.000 hingga Rp 80.000. 

Sebagai seorang manusia yang tidak luput dari godaan untuk membeli sesuatu yang gemesin abis, batin saya akhirnya bekerjasama dengan tangan untuk mengeluarkan pundi-pundi rupiah dari kantong.

Saya menjatuhkan pilihan saya pada celengan berbentuk kendi kecil dengan unsur klasik, serta warna biru laut yang menenangkan jiwa. Harapannya agar dapat selalu menabung demi masa depan yang lebih baik. Celengan ini hanya saya dapat dengan mengeluarkan biaya Rp 10.000 saja.

Tidak hanya celengan, Bara Biru Craft juga membuat ornamen serta miniatur binatang dan orang, seperti dinosaurus maupun petani lengkap dengan topi caping serta cangkulnya. Hebatnya, kerajinannya dibuat dari bahan-bahan bekas, seperti botol atau kain bekas yang dapat diwarnai sesuai dengan permintaan pelanggan.

Yayok sempat mengatakan bahwa celengannya rutin dipesan dari Papua dan Bali. Papua menjadi salah satu provinsi yang sering memesan Bara Biru Craft, alasannya pun tidak jauh-jauh dari kerinduan konsumen terhadap konsep menabung tempo dulu.

Ia juga rutin mengunggah postingan kerajinan miliknya di sosial media faceboook pribadi, Yayok Aryaseno. Untuk pemesanan, ia juga menyantumkan nomor telepon pada facebook pribadinya, dan tag kecil pada produk dengan 081-3291-22864, serta instagram Bara Biru Craft, yakni @baracraft. 

Sudah siap merasakan sensasi menabung lalu memecahkannya kala sudah penuh? Jika sudah siap, apa harapan kamu ke depannya? 

Menabung bukan hanya soal mendapatkan uang dari hasil pundi-pundi rupiah yang ditabung. Menabung adalah melatih diri untuk dapat konsisten, disiplin, dan sabar dalam kehidupan sehari-hari. Budayakan menabung untuk masa depan yang siap melambung. 

Yuk, menabung! 

Adinda Fauzia Armedina