Pada Sabtu sore (4/12/2021), Gunung Semeru mengalami erupsi terbesarnya sejak ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berada di level II (Waspada) pada Mei 2012. Berdasarkan laporan dari Andini, Kepala PVMBG, radius dari awan panas yang dikeluarkan Semeru mencapai 11 kilometer. Erupsi ini disebut Andini sebagai awan panas guguran terjauh yang pernah dikeluarkan Semeru.
Dengan banyaknya hasil video rekaman yang viral di sosial media, perhatian masyarakat banyak tertuju masyarakat di daerah Lumajang dan Malang yang rawan terkena dampak dari bencana ini. Namun, apa yang sebenarnya dapat kita lakukan ketika berada di tengah-tengah erupsi gunung berapi?
Ahli vulkanologi Institut Teknologi Bandung, Dr Mirzam Abdurrachman, mengatakan terdapat dua bahaya yang terdapat dalam letusan gunung berapi, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya yang terdapat saat gunung berapi tersebut meletus, termasuk wedus gembel, lava, dan abu vulkanik. Sedangkan, bahaya sekunder adalah bahaya yang disebabkan setelah gunung berapi meletus, termasuk bahaya banjir bandang dan aliran lahar panas di sungai dan daratan.
Berkaitan dengan bahaya primer, zat yang paling banyak dikeluarkan saat gunung berapi meletus adalah awan panas yang dapat mencapai radius puluhan hingga ratusan kilometer tergantung dari skala letusan gunung berapi tersebut. Awan panas tersebut tidak hanya menyimpan uap air, tetapi juga zat-zat beracun dan berbahaya, seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida dan hidrogen halida.
Tergantung dari konsentrasinya, zat-zat tersebut dapat merusak kulit, mata, dan sistem pernapasan jika kita sampai terpapar olehnya. Oleh karena itu, ada beberapa tindakan-tindakan yang harus dilakukan jika kamu berada di bawah kondisi-kondisi berikut berdasarkan Pusat Nasional untuk Pencegahan dan Pengendalian Cedera AS.
Segera evakuasi diri
Jika lahar atau aliran lava mengarah kepadamu, segera evakuasi diri dan tinggalkan daerah tersebut sesuai arahan evakuasi. Jika kamu menggunakan kendaraan, tutup kaca jendela dan pintu rapat-rapat dan gunakan pakaian yang melindungi diri.
Cari tempat berlindung di dalam ruangan
Jika kamu berada di luar ruangan, segera cari tempat berlindung di dalam ruangan. Jika kamu berada di dekat sungai, segeralah pergi menjauhi lereng, waspadai kenaikan permukaan sungai, dan hindari semburan lumpur panas yang dapat terjadi.
Jika kamu terjebak di reruntuhan bebatuan dari pegunungan, maka lindungi kepala anda dengan segala cara. Jika semburan lahar atau asap panas terlanjur membuatmu teriritasi, segera cari bantuan profesional untuk membantumu.
Jika kamu berada dalam ruangan, tutup semua celah
Sesampainya kamu di dalam ruangan, tutup semua celah yang dapat dimasuki abu vulkanik dan gas-gas berbahaya lainnya, seperti jendela, sirkulasi udara, dan matikan air conditioner (AC). Nyalakan radio dan televisi untuk mengetahui arahan evakuasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Jika sebelumnya kamu teriritasi oleh lahar panas, pastikan perlengkapan darurat, termasuk kotak first aid ada bersamamu. Setelah melakukan pertolongan pertama, usahakan untuk mengevakuasi dan pergi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan profesional.
Jika kamu ingin pergi ke luar ruangan, pastikan kamu menggunakan pakaian yang melindungi seluruh tubuh kamu, termasuk kacamata khusus dan masker N-95.
Pastikan kamu tidak berkendara atau menyalakan mesin kendaraan
Jika kamu berada di bawah hujan abu vulkanik, pastikan untuk tidak berkendara atau menyalakan mesin kendaraan di bawah hujan abu vulkanik karena serpihan-serpihan kecil dan tajam dari abu vulkanik dapat merusak mesin dengan mudah.
Selain itu, jaga kulit dan pernapasan dengan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh badan dan menggunakan masker N-95 yang dapat mencegah abu vulkanik memasuki sistem pernapasanmu. Perlu diketahui, bahaya dari abu vulkanik terhadap sistem pernafasan dapat berupa penyakit asma, bronkitis, emfisema, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit pernafasan lainnya.
Oleh karena itu, hindari terpapar oleh abu vulkanik, apalagi menghirupnya dalam jumlah yang banyak. Namun, segera hubungi bantuan penyedia layanan kesehatan jika kamu terlanjur mengalami gejala-gejala iritasi sistem pernapasan, seperti batuk dengan dahak yang banyak atau berubah warna, batuk berdarah, demam tinggi hingga 37,8°C, sesak atau nyeri dada, serta bengkak di kaki atau dada.
Itulah cara melindungi diri di berbagai kondisi saat erupsi gunung berapi. Bencana seperti erupsi Gunung Semeru bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan manusia. Hal-hal seperti ini dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan sebelumnya. Namun, kita bisa meminimalisasi dampak buruk dari sebuah bencana jika kita menjalankan langkah-langkah yang tepat dan sesuai dari arahan badan yang kredibel dan memiliki wewenang.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Gunung Lewotobi Erupsi Lagi, Warga Dilarang Beraktivitas di Zona Radius 7 Kilometer
-
Mengenang Erupsi Gunung Merapi 2010 di Museum Mini Sisa Hartaku
-
GEMURUH KERAS! Gunung Ibu Erupsi, Kolom Abu 700 Meter, Warga Diminta Waspada
-
Erupsi Lewotobi: Perjuangan dan Harapan Warga untuk Bangkit
-
Sekolah Beralih Jadi Pos Pengungsian Lewotobi, Semangat Siswa-Siswi Jadi Sukarelawan
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?