Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ahmad Rafif
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. (Shutterstock)

Baru-baru ini sedang ramai menjadi sebuah perbincangan mengenai Arab Saudi. Perbincangan ini mulai ramai saat Putra Mahkota Arab Saudi yang memiliki ide serta gagasan baru untuk ke depannya ketika dia menaiki kursi kekuasaan sebagai penganti Ayahnya. Arab Saudi sendiri merupakan negara yang terletak di Semenanjung Arab dan berhubungan darat dengan dengan benua Afrika dan Eropa. Arab Saudi juga dikenal sebagai negara yang memiliki dua kota suci bagi umat Islam, yaitu Mekkah dan Madinah.

Arab Saudi terkenal dengan negara yang menggunakan sistem negara kerajaan atau monarki dengan menegakan hukum syariat yang berdasarkan Al-qur’an dan Hadist. Saat ini, Arab Saudi dipimpin oleh seorang raja yang sangat terkenal karena kedermawanannya yaitu raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, raja ke-7 dari kerajaan Saudi.

Belakangan ini sedang ramai dibicarakan mengenai calon pengganti raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, yaitu putra kandung Salman dari istri ketiganya yang bernama Muhammad bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud atau biasa dikenal dengan istilah MbS. Muhammad bin Salman lahir pada tanggal 31 Agustus 1985. Sejak kecil, Muhammad bin Salman memang sudah berminat dan tertarik pada sistem pemerintahan dan politik.

Atas ketertarikan dalam mengikuti jejak ayahnya Muhammad bin Salman memiliki gelar sarjana hukum pada tahun 2007 di Universitas King Saud di kota Riyadh, Muhammad bin Salman menyadari mengenai konsep kepemimpinan yaitu style and behaviour theory, bahwa seorang pemimpin itu dibuat dengan melalui banyak pembelajaran bukannya hanya diturunkan karena merupakan keturunan keluarga raja.

Setelah MbS lulus, dia mendapatkan peran negara untuk menjabat sebagai penasihat ayahnya yang saat itu menjabat sebagai gubernur Riyadh. Setelah Ayahnya menjabat sebagai raja Arab Saudi, Muhammad bin Salman yang merupakan putra kepercayaannya ikut bersama ayahnya sebagai Putra Mahkota dalam menjalankan sistem pemerintahan Saudi Arabia.

Visi Muhammad bin Salman dalam Mengubah Arab Saudi

Sebagai Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman hadir dengan membawa gagasan-gagasan yang berbeda dari kepemimpinan sebelumnya. Muhammad bin Salman dengan visinya yang revolusioner,dia ingin membawa perubahannya terhadap Arab Saudi dengan merilis Visi 2030. Dengan keberaniannya untuk menghadirkan perubahan untuk Arab Saudi Muhammad bin Salman menerapkan konsep seorang pemimpin yaitu Trait Theory, di mana Muhammad bin Salman memiliki keberanian, ilmu pengetahuan, imajinasi, dan kreativitas dalam cita-citanya untuk membawa perubahan.

Visi 2030 itu sendiri merupakan gagasan yang Muhammad bin Salman bawa sebagai rencana untuk merubah sistem ekonomi Arab Saudi yang sebelumnya dia nilai hanya bergantung terhadap cadangan minyak saja. Salah satu misi yang dibawa dalam Visi 2030, yaitu program yang dinamakan The Quality of Life Program yang mempromosikan Arab Saudi dalam bidang kesenian dan budaya. Perubahan tersebut sejalan dengan konsep kepemimpinan contingency theory,yang dimana seorang pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi atau kondisi tertentu.

Kebijakan Visi 2030 yang dibawa oleh Muhammad bin Salman itu sendiri merupakan sebuah kebijakan yang dia bawa untuk mengubah pandangan masyarakat luar bahwa Arab Saudi merupakan sebuah kota yang tidak mengedepankan revolusi. Oleh karena itu, Muhammad bin Salman ingin mengubah stigma tersebut dengan berbagai macam cara. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam konsep teori kepemimpinan yaitu transformation theory,teori tersebut menjelaskan bahwa seorang pemimpin hadir untuk membawa perubahan atau memanusiakan manusia.

Adapun beberapa perubahan yang dibawa oleh Muhammad bin Salman dalam kebijakannya yang dibuat seperti diperbolehkan adanya konser musik, wanita boleh mengendarai kendaraan, dan memperbolehkan wanita untuk menggunakan pakaian renang di pantai dan masih banyak lagi. Adapun perubahan dalam sektor pendidikan adalah dengan membangun Universitas berskala Internasional yang bekerja sama dengan Universitas dari negara lain. Hal ini bertujuan agar budaya Arab Saudi dan agama Islam dapat dipelajari oleh banyak lembaga pendidikan atau Universitas di dunia.

Dalam kebijakan yang dibawa ini, Muhammad bin Salman juga memberikan pembaharuan terhadap kaum perempuan yang semakin luas menjadi peluang Arab Saudi untuk memanfaatkan potensi-potensi yang mereka miliki, di mana sebelumnya kegiatan perempuan sangat dibatasi. Kebijakan ini dibawa oleh Muhammad bin Salman sekaligus memperbaiki sisi kemanusiaan yang sebelumnya hilang dari Arab Saudi. Hal ini sejalan dengan servant theory, di mana memberikan perhatian dalam memelihara kesejahteraan masyarakatnya.

Kendala yang Dihadapi Muhammad bin Salman dalam Membawa Perubahan

Muhammad bin Salman sebagai seorang pemimpin yang membawa banyak perubahan justru ditentang oleh kebanyakan ulama dan kaum salafi, karena Muhammad bin Salman dianggap menyalahi banyak aturan yang telah ditetapkan oleh nabi besar Muhammad S.A.W.

Sebelumnya kita ketahui bahwa Arab Saudi sangat memegang hukum syariat islam yaitu Al-qur’an dan Hadist sebagai pedoman mereka dalam bernegara. Perubahan yang dibawa oleh Muhammad bin Salman menjadi suatu kontroversi karena banyak ulama dan masyarakat menentang itu. Namun, Muhammad bin Salman selalu bersikap keras terhadap masyarakatnya yang tidak suka dengan gaya kepemimpinannya. Dia selalu memerintahkan bawahannya untuk menangkap masyarakatnya yang mengkritik atau mengomentari mengenai gaya kepemimpinannya.

Banyak ulama serta jurnalis media yang ditangkap akibat mengutarakan pendapatnya mengenai gaya kepemimpinan Muhammad bin Salman. Dalam hal ini justru Muhammad bin Salman dinilai terlalu keras terhadap masyarakatnya yang berbeda pendapat. Melalui kebijakan yang dia bawa dan awalnya untuk memberikan kesejahteraan terhadap rakyatnya, ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan teori kepemimpinan yang dijelaskan dalam servant theory.

Ahmad Rafif

Baca Juga