Tak banyak yang tahu bahwa Indonesia sebagai sebuah negara memiliki ideologi tersendiri, yang digagas oleh presiden pertama kita, Ir. Soekarno. Marhaenisme, sebuah ideologi yang dikembangkan dari ideologi Marxisme yang kemudian disesuaikan dengan kultur masyarakat Indonesia. Sikap Soekarno yang anti terhadap kolonialisme dan penjajahan membuatnya melahirkan sebuah ideologi yang menentang segala praktik penindasan antar manusia terhadap manusia dan bangsa terhdap bangsa. Menurut pengakuan Soekarno, paham dan manifesto akan Marhaenisme telah lahir di pikirannya sejak dia muda, namun konsep itu baru tergagas dan terumus dengan baik ketika dia sudah masuk di dalam PNI.
Paham Marhaenisme ditemukan Soekarno ketika dia sedang bersepeda keliling Kota Bandung, menemukan sebuah hamparan sawah di selatan Kota Bandung dan bertemu dengan seorang petani yang konon bernama Aen. Soekarno bertanya kepada Aen kepada siapa dia bekerja, namun Aen berkata bahwa dia bekerja untuk dirinya sendiri. Soekarno kembali menanyakan siapa pemilik lahan tempat Aen berladang, namun ternyata lahan tersebut merupakan miliknya sendiri, dia dapati secara temurun.
Namun Aen mengaku bahwa dia belum mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sejak saat itu Soekarno menamai seluruh rakyat Indonesia yang bernasib malang seperti Aen bernama, Marhaen. Hari-hari pasca berjumpa dengan Aen dia habiskan untuk menggagas sebuah ideologi baru yang disebut dengan Marhaenisme. Namun banyak teori mengatakan bahwa Aen tidak benar-benar ada, kata “Marhaen” diambil dari 3 tokoh idola Bung Besar, yaitu Karl Marx, Friedrich Hegel, dan Friedrich Engels.
Soekarno melihat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memproduksi kebutuhan hidupnya sendiri menggunakan modal yang mereka miliki, baik dalam alat maupun bahan. Namun seringkali modal yang kita miliki justru dirampas oleh para kapitalis dan kolonialis, sehingga menyengsarakan rakyat. Marhaenisme hadir dengan dasar perekonomian mandiri, tanpa perlu mengeksploitasi individu maupun bangsa lain, dari kita untuk kita, memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan manusia di republik ini. Bagi Soekarno, untuk dapat memenuhi tujuan dari Marhaenisme kita memerlukan modal dalam faktor produksi, tetapi tidak dengan tujuan kapitalisasi.
Namun sepertinya, Marhaenisme sulit untuk terealisasi sekarang ini, melihat pesatnya pertumbuhan ekonomi banyak negara yang mayoritas melakukan praktik kapitalisme. Akhir kata, Marhaenisme tetap menarik untuk dibahas, sebagai sudut pandang lain guna melihat suatu permasalahan.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film The Thursday Murder Club: Aksi Detektif Lansia Mengupas Kasus
-
Review Film Maryam: Teror dan Cinta Gaib yang Mengikat Jiwa!
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
Terkini
-
Tren Konten Soal Matematika di Medsos, Gen Z Gagal Paham Operasi Hitung?
-
Sosok Yurike Sanger, Cinta Singkat Bung Karno yang Wafat di Usia 80 Tahun
-
Media Sosial dan Dunia Anak: Antara Manfaat dan Tantangan
-
Duet Tissa Biani dan Dul Jaelani: Tak Lagi Ragu Jadi Romantisme Baru
-
RilisanPeringkat FIFA Bulan September dan Intimidasi Malaysia yang Siap Kudeta Pasukan Garuda