Novel "Janji" karya Tere Liye merupakan sebuah perjalanan spiritual dan petualangan filosofis yang membungkus kritik sosial dengan narasi yang sangat menyentuh.
Diterbitkan pada tahun 2021, novel ini kembali menunjukkan kepiawaian Tere Liye dalam meramu cerita yang terlihat sederhana namun memiliki kedalaman makna tentang kemanusiaan, penyesalan, dan tentu saja, kekuatan sebuah janji.
Cerita bermula di sebuah sekolah agama (pesantren) yang dipimpin oleh seorang Buya (kyai) yang sangat dihormati. Konflik utama muncul ketika tiga santri yang paling nakal dan sering membuat masalah, Hasan, Baso, dan Kaharuddin dipanggil oleh sang Buya.
Bukannya memberikan hukuman fisik atau pengusiran, Buya justru memberikan mereka sebuah tugas yang mustahil, mencari seorang pria bernama Bahar.
Bahar adalah mantan santri di pesantren tersebut puluhan tahun yang lalu. Ia dikenal sebagai sosok yang "hitam", penuh dengan catatan kelam, dan dianggap sebagai noda dalam sejarah pesantren.
Tugas ketiga santri ini adalah menemukan di mana Bahar berada dan mencari tahu apakah hidupnya berakhir dengan baik (husnul khatimah) atau justru sebaliknya.
Perjalanan mereka membawa pembaca melintasi berbagai tempat, mulai dari penjara dengan tingkat keamanan tinggi, pemukiman kumuh, hingga kota-kota jauh.
Melalui teknik flashback yang rapi, Tere Liye menceritakan siapa sebenarnya Bahar dan mengapa sosoknya begitu menghantui ingatan sang Buya.
Pusat dari novel ini sebenarnya bukan pada ketiga santri tersebut, melainkan pada sosok Bahar. Tere Liye berhasil membangun karakter Bahar sebagai sosok yang sangat kompleks.
Ia bukan sekadar "orang jahat" yang bertaubat, melainkan manusia yang menjadi korban dari keadaan, stigma masyarakat, dan kerasnya hidup.
Bahar adalah representasi dari orang-orang yang sering kita hakimi hanya dari kulit luarnya. Ia pemabuk, petarung, dan pernah mendekam di penjara. Namun, di balik itu semua, ia memiliki prinsip yang sangat teguh mengenai "Janji". Ia adalah orang yang akan melakukan apa pun untuk menepati ucapannya, sekecil apa pun itu.
Kontradiksi antara perilakunya yang kasar dengan hatinya yang tulus membuat pembaca akan merasa simpati sekaligus haru saat menelusuri jejak hidupnya.
Sesuai judulnya, tema utama novel ini adalah Janji. Tere Liye ingin menunjukkan bahwa janji bukan sekadar kata-kata yang keluar dari mulut, melainkan hutang yang harus dibayar meski nyawa taruhannya.
Melalui perjalanan Hasan, Baso, dan Kaharuddin, kita diajak melihat bagaimana sebuah janji masa lalu bisa mengubah garis hidup seseorang bahkan setelah puluhan tahun berlalu.
Selain itu, novel ini mengusung tema pengampunan dan prasangka. Seringkali, institusi agama atau masyarakat merasa memiliki hak untuk menentukan siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka berdasarkan perilaku zahir (tampak). L
ewat kisah Bahar, Tere Liye "menampar" sifat sombong manusia yang suka menghakimi tersebut. Novel ini mengingatkan bahwa Tuhan memiliki cara tersendiri dalam menilai hamba-Nya, dan seringkali nilai tersebut terletak pada ketulusan hati yang tersembunyi.
Tere Liye tetap konsisten dengan gaya bahasanya yang lugas, mengalir, namun puitis di bagian-bagian reflektif. Penggambaran latar tempat, terutama suasana penjara dan kehidupan jalanan, terasa sangat hidup dan riset yang dilakukan penulis tampak cukup mendalam.
Kelebihan utama novel ini adalah emosinya. Pembaca akan dibawa tertawa oleh tingkah konyol tiga santri nakal tersebut, namun seketika bisa dibuat menangis saat menyadari betapa berat beban hidup yang dipikul oleh Bahar.
Alur maju-mundur yang digunakan juga sangat efektif untuk menjaga rasa penasaran pembaca tentang "siapa sebenarnya Bahar" hingga ke halaman terakhir.
Bukan Tere Liye namanya jika tidak menyelipkan kritik sosial. Dalam Janji, ia menyentil banyak hal. Contohnya bagaimana penjara seringkali tidak merehabilitasi, melainkan justru membuat orang semakin terpuruk.
Sulitnya seseorang untuk kembali ke masyarakat setelah melakukan kesalahan. Sindiran halus terhadap pihak-pihak yang menggunakan atribut agama untuk kepentingan pribadi atau untuk merasa lebih suci dari orang lain.
Novel "Janji" adalah sebuah mahakarya yang mengingatkan kita bahwa setiap manusia, seburuk apa pun masa lalunya, memiliki kesempatan untuk memiliki akhir yang baik.
Ia mengajarkan bahwa kehormatan seseorang tidak diukur dari seberapa tinggi gelarnya atau seberapa bersih pakaiannya, melainkan dari seberapa teguh ia memegang janji kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya.
Novel ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang sedang merasa kehilangan arah, atau bagi mereka yang butuh pengingat untuk berhenti menghakimi orang lain. Ini bukan sekadar cerita tentang mencari orang hilang, tapi cerita tentang mencari hakikat kemanusiaan yang sering kali hilang dalam diri kita sendiri.
Identitas Buku
Judul: Janji
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabak Grip
Tanggal Terbit: 1 Januari 2021
Tebal: 488 Halaman
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel Grass, Kesaksian Sunyi Perempuan Korban Perang
-
Ulasan Novel Aib dan Nasib, Pertarungan Eksistensial Melawan Stigma Sosial
-
Perjuangan Melawan Kemiskinan dan Tradisi Kaku dalam Novel Bertajuk Kemarau
-
Ulasan Novel Pachinko, Kisah Tiga Generasi Keluarga Korea di Jepang
-
Ulasan Novel Dirty Little Secret, Perjuangan Penebusan Cinta dari Masa Lalu
Artikel Terkait
-
Membaca, Menulis, Merangkai Diri: Kisah Perempuan di Puan dan Bukunya
-
Ulasan Novel Grass, Kesaksian Sunyi Perempuan Korban Perang
-
Kemenbud Luncurkan Buku Sejarah Ulang, Fadli Zon Tegaskan Bukan Ditulis Pemerintah
-
Ulasan Buku El Nino La Nina Rumah Tangga: Bahas Pernikahan dengan POV Realistis!
-
Hatta: Ideologi dan Kepemimpinan yang Mengukir Sejarah Indonesia
Ulasan
-
Review Film Avatar Fire and Ash: Visual Memukau, tetapi Cerita Terasa Mengulang
-
Ulasan Novel Grass, Kesaksian Sunyi Perempuan Korban Perang
-
Ulasan Drama Love in the Clouds: Takdir yang Tidak Pernah Melepaskan
-
Ulasan The First Ride: Perjalanan 4 Sekawan dengan Plot Twist Tak Terduga
-
Ulasan Buku El Nino La Nina Rumah Tangga: Bahas Pernikahan dengan POV Realistis!
Terkini
-
Raih Penghargaan Bergengsi dari SAG-AFTRA, Harrison Ford Ungkap Rasa Syukur
-
Lebih dari Sekadar Kenakalan Remaja: Membedah Akar Psikologis Kekerasan Anak
-
Mengunjungi Thaif: Napak Tilas Spiritualitas Rasulullah di Kota di Atas Awan
-
Lebih dari Sekadar Angkat Senjata, Ini Cara Bela Negara di Kehidupan Sehari-hari
-
Mencari Keseimbangan Kehidupan di Era Sibuk: Panduan Praktis Work-Life Balance