Dulu, tahun 2000-an, saya membaca novel sejarah lintas zaman ini dengan judul Katastrofa Cinta. Sampulnya nyaris berwarna gelap. Seorang wanita cantik berbusana hitam sedang menunduk sedih di sekitar kobaran api yang melahap bangunan bambu.
Dengan pergantian judul yang sekarang ini menjadi Mei Hwa, saya rasa tidak ada perubahan signifikan dalam soal isi. Hanya saja penggunaan kata metafor dan kalimat yang mendaki-daki terkurangi, sehingga dialog antar tokoh terkesan lebih alami.
BACA JUGA: Ulasan Novel 'Jealous', Cemburu Buta Merenggut Akal Sehat
Afifah Afra selaku penulis mengaku butuh waktu 7 tahun untuk merampungkan novel ini. Ia katakan bahwa novel ini merupakan novel paling lama yang ia tulis. Waktu sedemikian lama itu digunakan oleh Afifah Afra untuk mengembangkan konflik sejarahnya.
Membaca novel Mei Hwa ini semula mengerutkan dahi. Pasalnya, terdapat dua alur yang membingungkan pembaca. Seolah antar bab yang satu ke bab berikutnya saling berloncatan dan tidak berhubungan. Namun, di ujung cerita, di halaman akhir, kebingungan itu terjawab. Sungguh Afifah Afra begitu piawai membuat orang penasaran dan mampu menjalankan dua alur tersebut hingga bertemu di akhir kisah.
Tak ada kekurangan pada novel sejarah ini. Plotnya apik. Susunan diksinya luar biasa. Yang ada malah kelebihannya. Dengan membaca novel ini, pembaca mengetahui peristiwa sejarah yang berlangsung sejak tahun 1930 sampai 1998. Mulai penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, pemberontakan PKI, serta kekerasan yang diarahkan kepada etnis Cina, terekam jelas dalam novel langka ini.
Jarang sekali terdapat novel berlatar sejarah yang sedemikian mengasyikkan. Yang membuat pembaca terpesona sebab sajian-sajian sejarahnya tidak menjemukan. Karakter penokohannya kuat serta didukung dengan penuturan yang begitu berkobar. Sehingga menjadikan novel ini seolah terpampang di depan mata.
Di bagian awal, penulis mendeskripsikan manusia kayu dengan diksi yang memikat.
BACA JUGA: Buku Penting! Memuat Tuntunan Rasulullah Saw agar Terhindar dari Utang Riba
Seseorang telah menyulapnya menjadi kayu. Kayu yang kehilangan berat basahnya karena terlalu lama terpanggang di oven kehidupan. Kayu yang jangankan para penjarah mata duitan, bahkan rayap pun enggan berlangkan, karena ketiadaan saripati yang tersisa untuk digerogoti.
Begitulah. Penuturannya mengalir dengan diksi yang menakjubkan dan konflik yang menggetirkan. (*)
-------------------------------
Identitas Buku
Judul: Mei Hwa (Dan Sang Pelintas Zaman)
Penulis: Afifah Afra
Penerbit: Indiva
Cetakan: I, Januari 2014
Tebal: 368 halaman
ISBN: 978-602-1614-11-2
Baca Juga
-
Clara Shinta Minta Cerai Gegara Suami Kecanduan Drama China hingga Lupa Perhatikan Istri
-
Clara Shinta Kesal Menunggu Kepastian, Desak Alexander Assad Jatuhkan Talak
-
Aktor Jonathan Frizzy Divonis 8 Bulan Penjara Akibat Kasus Peredaran Obat Keras Berjenis Etomidate
-
Momen Menkeu Purbaya Diduga Dicuekin Menteri Lain saat Hadiri Sidang Kabinet
-
Na Daehoon Optimis Tetap Kuat Jalani Hidup meski Tanpa Julia Prastini: Selama Ada 3 Malaikat Kecil
Artikel Terkait
-
3 Pelajaran Hidup Drakor It's Okay to Not Be Okay, Jangan Lari dari Masalah
-
Minta Alex Berhenti Bela Firli Bahuri, Novel Baswedan: Kebiasaan Berbohong Itu Dihentikan!
-
Beberkan Perilaku Nakal Firli Bahuri Sebar Dokumen Rahasia, Novel Baswedan: Ternyata Modus Itu Masih Sama!
-
Bikin Rugi! Ini 4 Alasan Sederhana Mengapa Harus Menghindari Buku Bajakan
-
5 Pelajaran Hidup yang Dapat Diambil dari Anime 'One Piece', Related Nggak?
Ulasan
-
Honeymoon Express: Cinta yang Akhirnya Menemukan Tujuannya
-
Coban Srikandi Tumpang: Trip Singkat Penuh Petualangan!
-
Garis Merah di Rijswijk: Benang Luka yang Menyambung Rumah
-
5 Tablet Android 1 Jutaan Terbaik 2025: Murah tapi Kualitas Nggak Murahan!
-
'Menuju Pelaminan', Film yang Bikin Sinefil Paham, Nikah Nggak Cukup Cinta
Terkini
-
Halloween Bareng Pacar? Ini 5 Kostum Couple yang Simple tapi Tetap Stylish
-
Desak DPR, Pigai Ingin Korupsi Diakui Sebagai Pelanggaran HAM
-
Never Boring! 4 Ide OOTD Hitam ala Ningning aespa Buat yang Suka Gaya Bold
-
SEA Games 2025: Beda Nasib Timnas Putra dan Putri Indonesia, Seperti Apa?
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud