Salah satu kisah menarik yang terdapat pada buku kumpulan cerpen Retakan Kisah ini, berjudul Rahasia Telinga Seorang Sastrawan Besar. Cerpen yang satu ini mengisahkan sikap perlawanan seorang sastrawan besar di negeri ini terhadap rezim yang telah mengasingkan dan membuang sastrawan tersebut.
Dikisahkan, saat sang sastrawan usai mengisi acara di sebuah forum kecil, tiba-tiba seorang peneliti dari luar negeri datang ke ruang tamu untuk menemuinya. Peneliti yang fasih berbahasa Indonesia tersebut mewawancarai sang sastrawan.
Saat memulai pertanyaan, si peneliti mendadak diberhentikan oleh sang sastrawan sambil berkata dengan suara yang sangat nyaring penuh gelora, "Maaf, aku tidak bisa mendengar suaramu dengan baik. Berkatalah yang keras! Telingaku pernah dipopor oleh tentara!"
BACA JUGA: Ulasan Buku "Yang Terakhir Masuk Surga"
Peniliti yang mendengar pengakuan tersebut sontak meletup-letup emosinya. Bukan lantaran kalimatnya dihentikan, namun sebab sesuatu yang dikatakan oleh si penulis tua yang telah uzur itu.
Realita dari kebenaran soal telinga sastrawan besar yang dipopor oleh tentara tersebut terungkap saat usia kematiannya telah lewat setahun. Seorang pria bernama Jamal yang mengaku sangat dekat dengan sastrawan di masa hidupnya membongkar misteri telinga sang sastrawan.
Demikian kutipannya:
"Hampir tiap hari selama setahun aku selalu berada di rumahnya. Hampir setiap saat aku ikut bersamanya menemui para tamu yang selalu datang sebelum rezim yang menganiayanya hancur. Lima menit pertama, orang yang baru datang akan berempati kepada sang sastrawan dan marah kepada rezim itu. Bagaimana tidak? Sastrawan itu selalu bilang: keraskan suaramu! Telingaku tidak bisa mendengar dengan baik karena dipopor tentara!" (halaman 39).
Selanjutnya, Jamal bercerita bahwa sang sastrawan besar itu melawan rezim ini tidak hanya lewat tulisan-tulisan dan buku-bukunya. Ia pun juga melawannya dengan drama, drama telinga yang dipopor tentara.
Buktinya di hari-hari sebelumnya, apa pun yang diucapkan Jamal kepada sang sastrawan, tetap ia mendengarnya dengan baik, meski suara Jamal terdengar sangat lemah.
Anehnya, jika benar telinga sastrawan besar tersebut rusak, kenapa tidak mau pakai alat bantu dengar yang disedekahkan rekan-rekannya?
Ternyata apa yang dilakukan oleh sastrawan tersebut, tidak lain merupakan bentuk perlawanan atas rezim yang telah membekuk, mengasingkan dan membuangnya beserta dokumen-dokumennya yang dimusnahkan. Buku-bukunya dilarang dan gerak-geriknya dibatasi.
Selain kisah ini, tentu masih sangat banyak kisah menarik lainnya yang terhimpun dalam buku kumpulan cerpen karya Puthut EA ini. Selamat membaca.
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku "Yang Terakhir Masuk Surga"
-
Beredar Video Tentara Iran Rebut Kapal Tanker AS, Disebut Langgar Hukum Internasional
-
Ulasan Buku Kelas Bercerita: Belajar Menulis Cerpen pada Ahlinya
-
Isi Waktu Luang dengan Berkunjung ke Jogja Art + Book Festival 2023
-
Pandangan Terry Eagleton Terhadap Pemikiran Karl Marx
Ulasan
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
-
Les Temptes de la Vie: Ketika Musik, Paris, dan Badai Hidup Menyatu
-
Matahari Mata Hati: Mimpi yang Tumbuh dari Pesantren dan Persahabatan
-
Review Film Good Boy: Horor dari Sudut Pandang Seekor Anjing yang Setia
Terkini
-
4 Sheet Mask Lemon Kaya Vitamin C untuk Wajah Auto Cerah dan Segar Seketika
-
Teaser Film We Bury the Dead: Daisy Ridley Terjebak di Tengah Wabah Zombie
-
Dikabarkan Kabur dari Rumah, Ratu Sofya Ngaku Tak Pernah Dicari Sang Ayah
-
Jalani Proses Cerai, Bedu Pilih Ngontrak: Serahkan Harta ke Istri dan Anak
-
Media Sosial, Jalan Pintar UMKM Biar Cuan Makin Deras