Ulasan Buku "Yang Terakhir Masuk Surga"

Candra Kartiko | Sam Edy
Ulasan Buku "Yang Terakhir Masuk Surga"
Ilustrasi buku “Yang Terakhir Masuk Surga”. (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Setiap orang tentu ingin masuk ke dalam surga-Nya. Surga, menjadi tempat terindah yang keindahannya sangat sulit dibayangkan oleh akal manusia. Semua kebutuhan dan keinginan yang tak bisa terpenuhi selama hidup di dunia, kelak akan kita peroleh ketika kita masuk ke dalam surga-Nya.

Maka, tak heran bila setiap orang berlomba-lomba ingin meraih surga. Salah satu cara agar kita bisa meraih surga keabadian-Nya ialah dengan selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-larangan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. 

BACA JUGA: Ulasan Buku Kelas Bercerita: Belajar Menulis Cerpen pada Ahlinya

Perihal keindahan surga, Rasulullah Saw. pernah menjelaskannya. Di antara penjelasan yang pernah disampaikan oleh beliau kepada sahabatnya bahwa di surga terdapat sungai-sungai yang indah, bangunan rumah-rumahnya terbuat dari logam emas, dan yang lainnya terbuat dari perak. Kerikilnya terbuat dari permata. Tanahnya bagaikan hamparan berlian (hlm. 125).

Ada sebuah kisah menarik yang pernah saya baca dalam bukuYang Terakhir Masuk Surga” karya Ismatillah Nouad. Kisah tentang seseorang yang terakhir masuk ke dalam surga. Dikisahkan, setelah seluruh umat manusia selesai melewati rintangan Shirot al-Mustaqim, pintu surga pun segera ditutup. 

BACA JUGA: I Wanna Be Where You Are: Novel Pertentangan Masa Depan antara Ibu dan Anak

Namun ternyata masih ada seseorang yang lari sekencang-kencangnya, sampai-sampai dia hampir saja terjatuh ke dalam neraka. Singkat cerita, dia akhirnya dimasukkan ke dalam surga, tapi surga paling luar, sesuai kehendak Allah. Saat ia ditanya oleh Allah, mengapa tak meminta surga yang lebih dalam lagi, dia menjawab, “Hamba sudah merasa malu, yaa Rabb. Di sini pun hamba sudah merasa tinggi,”

Dari kisah tersebut, kita dapat memetik hikmah yang luar biasa, yakni tentang pentingnya merasa cukup, tidak serakah, dan selalu merasa bersyukur dengan atas apa yang sudah kita miliki saat ini. 

Kisah lain yang menarik disimak dalam buku ini yakni tentang seorang lelaki bernama Al Qomah yang durhaka terhadap ibunya. Dikisahkan, di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Al Qomah bersama ibunya yang sudah renta. Al Qomah adalah pemuda yang rajin salat, sedekah, berpuasa dan mengerjakan ibadah lainnya.

Sayangnya, ketika Al Qomah menikah, dia melupakan bakti pada ibunya. Saking cintanya Al Qomah kepada sang istri, ibunya diabaikan olehnya. Semua sikap Al Qomah diketahui dan tentu dirasakan ibunya yang renta. Hati sang ibu menangis, meratapi anaknya yang sudah berubah. Kecintaan Al Qomah kepada istri telah mengalahkannya untuk mencintai dan berbakti kepada ibunya.

BACA JUGA: Bedebah di Ujung Tanduk: Lanjutan Kisah Thomas antara Hidup dan Mati

Dari kisah Al Qomah kita belajar bahwa orangtua, terutama ibu, adalah sosok yang harus selalu kita hormati, terlebih ketika usia mereka sudah renta. Jangan sampai kita mengabaikan dan enggan merawatnya. Jangan sampai kita tidak mau berbuat baik kepada mereka dengan alasan sibuk dengan pekerjaan dan keluarga kita di kota. Jangan sampai kita menjadi anak durhaka yang kelak mendapat murka-Nya.

Masih banyak kisah-kisah menarik yang bisa dipetik hikmahnya dalam buku terbitan Grasindo ini. Sebuah buku yang sangat layak dijadikan salah satu bacaan mendidik bagi para pembaca, baik muda maupun tua.  

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak