Beri Hanna Goejarot dalam buku kumpulan puisi Telepon Telepon Hallo, tak hanya bermain kata, namun ia mampu menggiring pembaca untuk melompat lebih tinggi ke angkasa, berjumpa dengan matahari.
Ia berandai tak hanya terbang mengawang bertemu dengan si raja siang, namun bahkan memantik otak kita agar berpikir bagaimana seandainya matahari digagahi, lalu apa yang akan terjadi?
Selama ini, selaku penyuka dan penikmat buku-buku sastra, terutama puisi dan cerpen, sangat jarang saya temui puisi dengan jenis dan gaya demikian liar.
Mari, kita coba baca bersama dan hayati makna salah satu barisan puisi yang mengajak kita untuk berpikir keras.
ADA DUA ORANG LAGI YANG BERCAKAP DI BAWAH MATAHARI
"Kalau aku setubuhi matahari itu bagaimana?"
"Ya, matilah kau!"
"Tidak mungkin!"
"Bagaimana bisa tidak mungkin?"
"Karena matahari tidak ditakdirkan untuk membunuh!"
"Kalau begitu, bodohlah kau! Karena manusia tidak ditakdirkan untuk setubuhi matahari."
"Tapi kita bisa sekadar membayangkan!"
"Kalau begitu aku juga bisa sekadar membayangkan kau akan mati sia-sia! Bagaimana?" (Halaman 5).
Percakapan dua orang yang sama-sama cerdas, menurut saya. Lelaki yang ingin menyetubuhi matahari meminta pendapat temannya, apa yang akan terjadi jika ia menyenggamai matahari. Terbunuh? Tidak! Sebab, matahari diciptakan bukan sebagai pembunuh.
Kedua lelaki tersebut sama-sama berandai-andai. Satunya berandai menyetubuhi matahari, salah seorang lagi berandai temannya mati terbunuh sebab perbuatannya yang sama sekali tak masuk akal itu.
Pada halaman berikutnya, kita dapat temukan pula puisi berisi dua orang lelaki yang berbincang mengenai matahari terjun bebas. Apa yang bakal terjadi?
ADA LAGI DUA ORANG YANG BERCAKAP DI BAWAH MATAHARI
"Kalau matahari itu terjun bebas bagaimana?"
"Mustahil!"
"Kalau."
"Aku tidak mau main kalau-kalau!"
"Kalau kamu ditabraknya? Dibakarnya? Dimusnahkannya? Dihanguskannya?"
"Kalau kamu bagaimana?"
"Tidak mungkin!"
"Karena matahari tidak ditakdirkan seperti itu? Dan karena hanya kamu yang bisa sekadar menghayalkan segalanya?"
Salah satu dari mereka mengemas bulan, lalu pergi (Halaman 6).
Tak hanya sampai di sini, setelah membawa pembaca untuk berpikir bagaimana jika menyetubuhi matahari kemudian soal matahari yang terjun bebas, Beri Hanna juga menuliskan puisi perihal matahari yang seketika meledak.
Lewat tokoh bernama Setya Nopanta, Beri Hanna bertanya pengandaian tersebut. Apa yang akan terjadi jika matahari meledak? Sayangnya, yang ditanya tak gemar berselancar dalam andai-andai, jikalau, dan seumpamanya.
SULITNYA MENGHADAPI SETYA NOPANTA
Namanya Setya Nopanta.
Orangnya keras kepala. Sukanya bertanya-tanya untuk cari-cari perkara.
Waktu itu kita sedang berdua, seperti ini;
"Kalau matahari meledak bagaimana?" kata Setya
"Kalau matahari tidak meledak bagaimana?" kilahku.
"Aku tanya kalau meledak?"
"Kalau itu seumpama, andai saja, apa mungkin, mengira-ngira, mengada-ngada, mendahului realita."
"Jika matahari meledak?" potong Setya.
"Jika aku tak mau menjawab?"
"Maka kau orang yang tak pandai berpikir!"
"Apa buktinya?"
"Kalau aku mengira kau orang yang tak mau berpikir, maka aku harus memancing bagaimana caranya? Nah, sudah kutemukan saat ini. Dengan kata kalau --kau tak mau mengandai-- itu berarti kau tak mau membuka pikiran!"
"Jika begitu maumu, begitu inginmu, begitu dugamu, terserah. Kalau itu bahagiamu, monggo, silakan saja, aku tidak peduli!" (Halaman 17).
Menariknya, dari puisi-puisi bebas tanpa batas ini, sebenarnya Beri Hanna ingin membawa pembaca untuk berpikir, kendatipun terlalu tinggi dan mustahil.
Beri Hanna tegaskan lewat puisi di atas, bahwa ia sejatinya ingin mengajak untuk membuka pikiran, bukan semata mencari kebahagiaan dengan pola pikir irasional.
Selamat membaca dan berpikir!
Identitas Buku
Judul: Telepon Telepon Hallo
Penulis: Beri Hanna Goejarot
Penerbit: Diandra Kreatif
Cetakan: I, November 2019
Tebal: 64 Halaman
ISBN: 978-623-240-189-1
Baca Juga
-
Menulis Cerita Misteri di Malam Hari, Diintip Makhluk Gaib di Balik Jendela
-
Tidurnya di Serambi Masjid, Bangunnya di Keranda Mayat
-
Oppo Reno 15c Kini Meluncur di India, Spek Berbeda dari Versi China?
-
Bocoran Spek IQOO Z11 Turbo: Performa Monster Dibalut Resolusi Kamera Raksasa
-
Perempuan Berambut Putih yang Tiap Malam Duduk di Atas Batu Nisan
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Bertemu Denganmu: Mari Bertemu Lagi, untuk Pertama Kalinya
-
Ulasan Novel Lewat Tengah Malam: Teror dan Misteri dari dalam Kulkas Bekas
-
Kiat Jemput Karunia Tuhan yang Berkah Melimpah dalam Buku Dongkrak Rezeki
-
Agnostisisme: Seni Menapaki Jalan di Antara Yakin dan Ragu
-
Enigma Wajah yang Menggugat: Menyelami Pikiran Emmanuel Levinas
Ulasan
-
Review Serial Plur1bus: Wabah Kebahagiaan Paksa Karya Kreator Breaking Bad
-
Review Film Manor of Darkness: Teror Sunyi di Balik Rumah Tua
-
Ulasan 'Usai Sebelum Dimulai': Menyentuh Luka Hati dan Rindu Tak Terjawab
-
Ulasan Novel Baby To Be: Panjangnya Jalan Perempuan untuk Menjadi Ibu
-
Kembalinya Pasukan Agak Laen: Ulasan Film Karya Muhadkly Acho yang Mengocok Perut
Terkini
-
3 Drama Fantasi Kim Hye Yoon yang Bikin Nagih: Dari Lawan Takdir Sampai Cinta Lintas Waktu!
-
4 Pelembab Lokal Calendula Atasi Kemerahan dan Jerawat pada Kulit Sensitif
-
Jebakan Euforia Kolektif: Menelaah Akar Psikologis Perayaan Tahun Baru yang Merusak
-
John Herdman Dibayar Rp670 Juta per Bulan, PSSI Dapatkan Kualitas dengan Harga Miring?
-
Xiaomi 17 Ultra Ludes di China, Harga Naik Tinggi di Pasar Sekunder