Saat segala panca indera bertemu dengan feminisme, seringkali kita dihadapkan pada kompleksitas pandangan dan pengalaman yang beragam. Dalam bukunya yang berjudul ‘Membicarakan Feminisme,’ Nadya Karima Melati mengajak pembaca untuk memahami, merenung, dan mendalami konsep feminisme melalui lensa kritis dan menggali lapisan-lapisan pemikiran yang mendalam.
Informasi Buku
Penulis: Nadya Karima Melati
Penerbit: EA Books
Tahun Terbit: 2020
Jumlah Halaman: 254
Dimensi: 13 x 19 cm
Jenis Sampul: Soft Cover
ISBN: 978-623-91089-0-8
Ulasan Buku
‘Membicarakan Feminisme’ menjadi salah satu karya yang mengukir tanda dalam peta literatur feminis di Indonesia. Nadya Karima Melati, dengan kecerdasan analitis dan kepekaan terhadap isu-isu gender, membuka pembicaraan yang lebih luas dan mendalam mengenai peran dan tantangan gerakan feminis di Indonesia.
Salah satu keunggulan utama buku ini terletak pada pendekatan kritis yang diusung oleh penulisnya. Nadya Karima Melati tidak hanya memandang feminisme sebagai satu kategori pemikiran yang homogen, melainkan sebagai spektrum ideologi yang kompleks. Ia mengeksplorasi berbagai aliran dalam gerakan feminis, dari liberal hingga radikal, dan membawa pembaca untuk memahami keberagaman pandangan di dalamnya.
Sebagai peneliti dan aktivis perempuan, Nadya Karima Melati mampu menyajikan fakta dan data yang mendukung argumennya dengan baik. Ia membawa pembaca ke dalam analisis yang mendalam terkait sejarah dan perkembangan gerakan feminis di Indonesia, merinci perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan serta isu-isu krusial yang masih dihadapi.
Buku ini juga mengajak pembaca untuk mempertimbangkan peran teknologi, terutama media sosial, dalam membentuk narasi feminis. Nadya Karima Melati membahas secara kritis dampak dan potensi teknologi dalam memberdayakan perempuan, sekaligus menyoroti tantangan dan risiko yang mungkin timbul.
BACA JUGA: Sinole dan Onyop, Kuliner Primadona di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Selain itu, ‘Membicarakan Feminisme’ juga menyoroti bagaimana gerakan feminis berinteraksi dengan isu-isu agama dan budaya di Indonesia. Nadya Karima Melati membangun dialog konstruktif tentang bagaimana feminisme dapat bersinergi dengan nilai-nilai lokal tanpa mengorbankan hak-hak perempuan.
Buku ini tidak hanya berbicara tentang teori feminis, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan aplikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. Nadya Karima Melati memberikan contoh-contoh kasus yang dapat mendorong refleksi kritis dan tindakan nyata untuk memajukan kesetaraan gender.
Keberanian Nadya Karima Melati dalam menghadapi isu-isu sensitif dan kontroversial merupakan nilai tambah bagi buku ini. Ia tidak hanya menggarap topik yang populer atau yang dapat diterima oleh mayoritas, melainkan juga menyentuh aspek-aspek yang mungkin dianggap tabu atau kontroversial dalam konteks budaya dan politik Indonesia.
‘Membicarakan Feminisme’ adalah buku yang menciptakan ruang untuk dialog dan pemahaman yang lebih baik mengenai feminisme di Indonesia. Dengan keberagaman pendekatan, analisis yang mendalam, dan pandangan kritis, Nadya Karima Melati menggambarkan bahwa membicarakan feminisme bukanlah sekadar menjawab pertanyaan "bagi atau menentang," melainkan sebuah perjalanan merenung yang mengajak kita untuk memahami kompleksitas dan konteks yang melingkupi gerakan feminis di Indonesia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Sisi Romantis sang Tokoh Legendaris, Ulasan Buku Kisah Cinta Soekarno
-
Jeritan Suara Perempuan yang Terpinggirkan, Ulasan Buku 'Nama Saya Nujood Usia 10 dan Janda'
-
Titik Pijak Historis untuk Belajar Feminisme, Ulasan Buku 'ABC Feminisme'
-
Ulasan Buku Bunda Teresa: Inspirasi dari Seorang Perempuan Penyayang, Ajarkan Nilai Kemanusiaan dan Cinta Kasih
-
Menyelami Dinamika Politik Perempuan Era Orde Baru dalam Buku 'Negara dan Perempuan'
Artikel Terkait
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Hasil Timnas Indonesia U-20 vs Yaman: Skor Akhir 0-0, Garuda Muda Tanpa Kemenangan di Piala Asia U-20 2025
-
Sosok Amithya Ketua DPRD Kota Malang, Politisi yang Temui Massa Demo Indonesia Gelap
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Nomor Tak Lazim Sandy Walsh di Debut Bersama Yokohama Marinos
Ulasan
-
Buku She and Her Cat:Ketika Seekor Kucing Menceritakan Kehidupan Pemiliknya
-
Saygon Waterpark, Wisata Air dengan Wahana Permainan Terlengkap di Pasuruan
-
Satire Politik Kekuasaan Novel Animal Farm yang Tetap Relevan di Zaman Ini
-
Review Anime Kill Me Baby, Ketika Pembunuh Bayaran Bertemu Gadis Polos
-
Berebut Jenazah, Film yang Ngajak Kita Memikirkan Akhir Hidup yang Bijak
Terkini
-
7 Karakter Penting dalam Drama China Blossom, Siapa Favoritmu?
-
Tak Sekadar Tontonan, Ternyata Penulis Bisa Banyak Belajar dari Drama Korea
-
Rinov/Pitha Comeback di Kejuaraan Asia 2025, Kembali Jadi Ganda Campuran Permanen?
-
Madura United Dianggap Tim yang Berbahaya, Persib Bandung Ketar-ketir?
-
H-5 Debut, Hearts2Hearts Ungkap Daya Tarik Single Debut The Chase