Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Film La Luna (YouTube/CBI Pictures)

Pada bulan terakhir tahun ini, 6 Desember 2023, kita disuguhi dengan gemerlap film baru produksi Malaysia, "La Luna," karya sutradara kreatif M. Raihan Halim.

Memasuki dunia komedi, film ini menjadi obat penyegar dengan bintang-bintang kelas atas Malaysia, ada Sharifah Amani dan Shaheizy Sam, yang menghidupkan karakter dengan kepiawaian mereka.

Dalam Film La Luna kisahnya menggeliat di Kampung Bras Basah, sebuah desa yang menjunjung tinggi aturan agama Islam yang konservatif dan ketat.

Keseharian masyarakat di sana terasa kaku dan kurang semangat. Namun, seluruh panorama itu berubah drastis dengan kehadiran Hanie Abdullah (Sharifah Amani).

Hanie membawa perubahan yang mencolok dengan membuka toko pakaian dalam perempuan, atau yang lebih dikenal sebagai lingerie, di tengah desa yang tadinya begitu konservatif. Langkah kontroversial ini memicu gelombang perubahan dan mempertanyakan norma-norma yang telah lama tertanam. 

Review Film La Luna

Film La Luna muncul sebagai angin segar bagi penonton yang masih terbayang oleh kekecewaan film sebelumnya dari Malaysia berjudul Pulau. Setelah pengalaman pahit dengan Pulau, La Luna membuktikan bahwa kualitas film Malaysia bisa memukau di Indonesia.

Keunikan film ini terletak pada keberaniannya menyentuh topik sensitif dengan sentuhan komedi yang menyegarkan. Hanie Abdullah, sang karakter utama, menjadi sorotan dengan kepribadian hidup yang terasa sangat meyakinkan. Bahwa dirinya berani, pintar, dan pikiran yang non-konservatif di tengah lingkungan sebaliknya.

Tok Hassan (Wan Hanafi Su), karakter kolot dan konservatif, mencuri perhatian dengan perubahan dalam perjalanan cerita. Terus ada Nama sebuah toko: La Luna, yang awalnya hanya sebagai tempat jualan, berkembang menjadi kekuatan penghubung konflik batin antar karakter.

Meski beberapa adegan tampak klise, film ini pintar membawakan elemen-elemen tersebut. Satu-satunya kekurangan mungkin terletak pada perubahan karakter Tok Hassan yang terlalu dramatis dengan menjadi sosok yang benar-benar jahat. Sebenarnya, tanpa menjadi benar-benar jahat, film ini sudah cukup unik.

Meskipun beberapa kebetulan terjadi dalam plot, ending film memberikan kehangatan dan pesan moral yang kuat tentang perubahan dan adaptasi manusia.

Dengan skor 8/10, La Luna membuktikan bahwa film Malaysia bisa menyuguhkan kisah yang memikat, menghibur, dan menyisakan kesan positif bagi penontonnya, terutama diriku yang awal-awal agak malas ke bioskop buat nonton film ini karena teringat pengalaman nonton film asal Malaysia sebelumnya. 

Namun, yang jelas, aku berani berani bilang suka filmnya! Ya, dengan sentuhan komedi dan kepiawaian sutradara M. Raihan Halim, Film La Luna menjanjikan pengalaman menghibur sambil merenungkan dinamika kehidupan, toleransi, dan perubahan seiring waktu bergulir. Teman-teman wajib nonton sebelum turun layar!

Athar Farha