Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Nastiti Dyah (Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMY)
Proses menyeduh kopi di Tadasih (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Slow bar menjadi pilihan konsep tempat ngopi yang marak akhir-akhir ini. Dengan menyajikan pengalaman yang berbeda, ngopi di slow bar memberikan kesan yang unik dibandingkan dengan coffee shop kebanyakan.

Konsep slow bar melayani pengunjung satu persatu serta memiliki daftar menu kopi yang tentatif. Setiap minggunya menu kopi yang disajikan berbeda. Hal tersebut ini dikarenakan barista ingin menyajikan berbagai biji kopi yang fresh dari petani.

Sesampainya di meja slow bar, pasti barista memberikan pertanyaan “Ingin kopi yang mana?” Dari sinilah percakapan tentang kopi dimulai. Barista akan memberikan referensi kopi sesuai dengan keinginan pengunjung. Setelah pengunjung memilih biji kopi yang diinginkannya, barista akan mulai meraciknya.

Proses peracikan secangkir kopi yang membutuhkan waktu sedikit lama, menggunakan alat seduh berbasis manual brew yang membutuhkan waktu detail peracikannya. Sembari menunggu barista meracik, pengunjung dapat ngobrol tentang kopi dan industrinya dari hulu sampai hilir, hingga isu-isu terkini di meja slow bar. Proses menyeduh yang menyita waktu ini merupakan momen tepat untuk memberikan kesan terbaik untuk pengunjung, sehingga suasana yang intim pada slow bar dapat membuat betah berlama-lama.

Klinik Kopi

Pepeng owner Klinik Kopi (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Seperti yang ditemui di Klinik Kopi, layaknya sebuah klinik kesehatan saat datang pengunjung diberikan urutan nomor antrian. Ketika sudah dipanggil, pengunjung dipersilakan untuk duduk di meja slow bar, dimana meja tersebut juga diletakkan jajaran toples berisi biji kopi dari berbagai daerah hingga luar negeri.

Memesan satu cangkir kopi di sini tak perlu kebingungan, karena owner sekaligus barista yang akrab dipanggil Pepeng siap sedia membantu pengunjung. “Mau kopi yang bagaimana? Strong atau light,” ujarnya. Jika menyukai kopi yang light salah satu best seller di Klinik Kopi adalah Chelbesa.

Ciri khas Klinik Kopi

Biji kopi chelbesa, secangkir kopi chelbesa, dan puding purin (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Chelbesa merupakan biji kopi yang berasal dari Ethiopia memiliki kesan aromatik buah-buahan dengan rasa violet, raspberry, serta creamy dan smooth. Membuat mood menjadi menyenangkan dan betah berlama-lama di Klinik Kopi apalagi jika didampingi dengan purin japanese custard pudding buatan Vivi, istri dari Pepeng.

Bon Bale

Menikmati kopi di Bon Bale (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Bergeser jauh dari hiruk pikuk kota Jogja menuju Turi, Sleman. Terdapat slow bar yang menawarkan suasana refreshing. Bon bale slow bar mempunyai keunikan tersendiri. Jika ingin menikmati kopi sembari mendengarkan gemericik air dan dikelilingi kebun salak, Bon Bale merupakan pilihan yang tepat untuk melepas penat, sembari menyeruput secangkir kopi ditemani dengan salak gratis yang disediakan Bon Bale.

Keunikan biji kopi yang ada di Bon Bale ini, hanya tersedia 3 jenis selama 1 minggu. Rotasi jenis ini mayoritas jika biji kopi lokal akan biji lokal semua begitupun jika biji kopi Ethiopia semua akan biji kopi Ethiopia.

Ciri khas Bon Bale

Suasana Bon Bale dikelilingi perkebunan salak (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Victor owner yang juga barista Bon Bale mengatakan bahwa ia mengusung konsep hijau pada kedainya. Konsep hijau yang dimaksud adalah dikarenakan lingkungan hijau sekitar Bon Bale saling berkaitan mulai dari irigasi hingga kebun salak. Maka ia tidak ingin keberadaan Bon Bale merusak ekosistem yang ada.

“Dengan adanya Bon Bale dan konsep hijau yang diusung kami tidak ingin merusak ekosistem tetapi kami ingin orang yang berkunjung ikut menjaga ekosistem yang ada” tutur Victor.

Unik sekali pengalaman yang didapatkan jika ngopi disini, selain menikmati kopi kita juga turut serta menjaga alam.

Tadasih

Suasana Tadasih (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Berbeda dengan kedai satu ini, slow bar yang letaknya di tengah kota Jogja dekat Plengkung Gading bernama Tadasih menawarkan konsep rumahan ala jawa. Sejak awal memasuki teras rumah suasana njawani sangat kental terasa disambut dengan alunan musik jawa membuat suasana seperti dirumah sendiri.

Variasi biji kopi dirotasi setiap seminggu sekali, terdapat satu jenis biji kopi yang selalu ada dan menjadi favorit bernama Mekarwangi. Biji kopi Mekarwangi ini berasal dari Jawa barat dan memiliki rasa Macerated Grapes, Plump, Orange, Choco. Dapat disajikan sesuai permintaan pengunjung menginginkan kopi yang strong atau light.

Ciri khas Tadasih

Apem dan kopi mekarwangi Tadasih (Dokumen pribadi/Nastiti Dyah).

Ciri khas Tadasih menyajikan kopi dengan kue apem yang juara. Pahitnya kopi ditemani dengan legitnya kue apem khas Jogja merupakan perpaduan sempurna. Sembari menikmatinya di teras rumah Tadasih dengan alunan instrumen musik jawa.

Keberadaan tiga slow bar di Jogja yang memiliki keunikannya masing-masing, tidak hanya menjadi destinasi bagi para pencinta kopi, tetapi juga tempat untuk melambat, menghargai, dan menikmati momen kecil yang berharga. Hal ini menambah pilihan masyarakat untuk menikmati kopi dengan cara yang berbeda.

Nastiti Dyah (Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMY)