Sayang sekali di masa saya dulu buku “The Book of Puberty: Panduan Cerdas dan Tuntas Mengenai Pubertas” belum ada. Karena yang terlintas dipikiran saya setelah selesai membaca buku ini adalah, “harusnya semua remaja mengetahui ilmu ini.”
Ah benar-benar sayang sekali buku ini baru diterbitkan di tahun 2010. Dulu, informasi memang masih sangat minim. Bahkan di sekolah pun, rasanya ilmu yang diajarkan kurang membekali para remaja untuk menyambut perubahan yang terjadi pada fisik dan emosional mereka.
Melalui buku ini, penulis memaparkan pertanyaan yang kerap diajukan oleh remaja putri tapi mereka enggan, sungkan, dan risih untuk menyuarakannya.
Saya pun dulu merasakan hal yang sama. Ada banyak hal yang membuat saya penasaran tapi hanya berujung dipendam di dalam hati. Selain itu, umumnya remaja juga tidak tahu harus bertanya pada siapa. Jadi saya sangat salut karena penulis telah mengangkat topik ini yang sangat penting bagi para generasi selanjutnya.
Penulis dengan telaten mengumpulkan kuesioner terkait masalah pubertas dari para murid SDN Al Fath dan SD LPI At Taufiq. Jadi dengan metode ini, pertanyaan-pertanyaannya sangat relevan dengan yang dialami banyak pra-remaja lainnya.
Karena pubertas itu tidak hanya ditandai dengan haid, tapi juga ada jerawat, perubahan bentuk tubuh, bau badan, emosi, dan lain sebagainya. Namun meski telat membaca buku ini, saya menjadi mendapat informasi baru untuk bekal menjadi orang tua nantinya.
Lalu bagian yang paling saya suka dari buku ini adalah "99 tanya jawab masalah pubertas". Karena ada beberapa pertanyaan mitos yang sampai sekarang juga masih simpang siur jawabannya. Seperti misalnya, “Boleh tidak keramas ketika haid?”
Akhir kata, buku ini adalah bacaan wajib bagi anak pra-remaja dan remaja putri. Buku ini dilengkapi dengan ilustrasi jadi membacanya gak bosan. Jadi memudahkan anak-anak untuk memahaminya secara visual. Seperti misalnya langkah-langkah memasang pembalut untuk pertama kalinya.
Jadi buku ini bisa membantu para orang tua untuk meluruskan mitos-mitos yang sudah terlanjur dipercayai padahal tidak benar.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Viral Tumbler KAI: Bahaya Curhat di Medsos Bagi Karier Diri dan Orang Lain
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
-
Bukan Cuma Guru Honorer, Freelancer Nyatanya Juga Tak Kalah Ngenes
-
Dijadwalkan 2026, Pernikahan Azriel Hermansyah dan Sarah Menzel Usung Konsep Tiga Budaya
Artikel Terkait
-
Masyarakat Tak Tertarik Program dan Visi, 95,5% Faktor Pemenangan Pemilu Karena Ini
-
Adu Koleksi Siti Atikoh dengan Iriana Jokowi hingga Kahiyang Ayu, Ternyata Seleranya Beda Jauh
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Ulasan Film Badland Hunters, Kisah Eksperimen Gila Pascabencana!
-
Mengubah Sudut Pandang Tentang Ilmu dan Buku Melalui 'Gila Baca Ala Ulama'
Ulasan
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
-
Ulasan Buku Melania: Tokoh Publik Amerika Serikat yang Melegenda
-
Ulasan Drama City of Romance: Rahasia dan Perlindungan dalam Kebohongan
-
Ulasan Novel Dirty Little Secret, Perjuangan Penebusan Cinta dari Masa Lalu
-
Review Film Air Mata Mualaf: Perjalanan Iman yang Mengiris Hati
Terkini
-
Cari Monitor Gaming Rp 1 Jutaan? Ini 7 Model yang Paling Bisa Diandalkan!
-
Cyberbullying Bisa Lebih Kejam daripada Bullying Biasa, Mengapa?
-
Learned Helplessness: Saat Korban Bullying Sulit Melawan, Stop Menghakimi!
-
Baru Speak Up soal Banjir Sumatra, Maudy Ayunda Malah Dituding Pencitraan?
-
Sering Tak Dianggap, Ini Dampak Bullying Bagi Bystander