Rasanya semua pun setuju bahwasannya kehidupan era kolonial ialah seburuknya peradaban di sepanjang sejarah manusia. Di era itu satu bangsa mengklaim secara sepihak bangsa lain sebagai budak rendahan yang tanah airnya adalah sumber kekayaan yang dapat dikeruk seenaknya. Tentu sebagai manusia yang baik, sudah seharusnya untuk kita menjadi versi yang lebih baik dan terus menjaga perdamaian agar masa kelam yang demikian tidak lagi terulang.
Pesan perdamaian sejatinya dapat disebarkan dengan media apapun, tak terkecuali film. Dan oleh sineas Korea kekejaman era kolonial, mereka jadikan inspirasi untuk membuahkan karya seperti pada The Age of Shadows. Yang saya yakini lewat film tersebut dapat dipetik pelajaran bahwasannya kehidupan era kolonial yang suram sudah sepatutnya tidak lagi dialami oleh bangsa dan negara manapun.
Lantas bagaimana sih alur cerita dari film ini, berikut sinopsis dan ulasannya! The Age of Shadows, film bergenre aksi Korea yang dirilis pada tahun 2016 silam. Film ini miliki kisah pemberontakan para pejuang kemerdekaan Korea di era kependudukan Jepang. The Age of Shadows sendiri disutradarai oleh Kim Jee Woon dan dibintangi oleh dua aktor kenamaan Korea, seperti Song Kang-ho dan Gong Yoo.
Dalam durasi 140 menit, The Age of Shadows yang didistribusikan oleh Warner Bros Korea ini memuat kisah jalan pemberontakan pejuang kemerdekaan Korea pada era 1920-an, tepatnya ketika Jepang menduduki Korea Selatan. Alkisah, Lee Jung Chool, pria berdarah Korea yang bertugas sebagai polisi untuk pemerintahan kolonial Jepang, ia ditugaskan dalam operasi penumpasan gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok pejuang kemerdekaan Korea.
Dalam operasinya itu, Lee Jung Chool menargetkan beberapa petinggi kelompok tersebut, yang salah satunya adalah Kim Woo Jin. Semula Lee Jung Chool melaksanakan tugasnya semata-mata demi kedudukan dan status sosial yang dijanjikan pemerintahan Jepang, namun setelah bertemu Kim Woo Jin dan pimpinan kelompok pejuang kemerdekaan Korea, Lee Jung Chool mendapatkan panggilan hati untuk kembali mengabdi pada bangsa dan negaranya itu.
Ulasan:
The Age of Shadows, film bertemakan perjuangan kemerdekaan yang begitu impresif dan tak mudah untuk dilupakan. Bagaimana tidak, meski secara alur cerita, narasi yang dibawakan mirip dengan film bertema serupa, namun berkat eksekusi dan pengembangan cerita yang maksimal, film ini berhasil tampil beda, sehingga saya pun selaku penonton tidak merasa bosan dan begitu antuasias menyimak kisahnya.
Adegan kekerasan dalam film ini termasuk dalam kategori tontonan kelas berat. Sederet detail dalam adegan penyiksaan, sampai baku tembak di film ini lebih dari cukup untuk membuat saya meringis sewaktu menyaksikannya. Jadi, jika kamu adalah tipe penonton yang menyukai adegan berat berdarah-darah, maka bisa saya pastikan, The Age of Shadows dapat menjadi tontonan pemuas dahagamu.
Pemilihan pemerannya pun menurut saya begitu brilian! Song Kang-ho sampai Gong Yoo adalah wajah yang bakal kamu temui dalam film ini. Dua veteran yang telah membintangi berbagai film Top Korea ini, turut menampilkan performa terbaiknya di film ini. Jadi, soal pendalaman karakter adalah satu hal yang tak perlu diragukan lagi!
Teknik pengambilan gambar dan penyuntingannya pun berhasil membuahkan visualisasi yang kuat mendukung tiap suasana yang terbangun di sepanjang cerita. Dengan segala pesonanya, sudah sepatutnya film ini kamu pertimbangan untuk ditonton di waktu senggang. Selamat menyaksikan!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ulasan Drama The Haunted Palace, Sajikan Hiburan Paket Komplit Tiada Duanya
-
6 Jenis Tanaman yang Dapat Mengatasi Bau Mulut, Ada Apel hingga Kemangi
-
Review Drama Korea Bergain: Kisah Impresif yang Dikembangkan dengan Masif
-
Ulasan Resident Playbook, Kisah Inspiratif tentang Jiwa Muda dan Perjuangan
-
4 Alasan Wajib Nonton Drama Korea Karma, Yakin Skip?
Artikel Terkait
-
3 Film Perang dengan Tokoh Perempuan sebagai Perspektif Utama, Keren dan Inspiratif!
-
3 Rekomendasi Drama Pendek Korea, Cocok Buat Kamu yang Gampang Penasaran!
-
Perang Saudara dalam 'Film Civil War' yang Menggetarkan
-
'Film di dalam Film', Surat Cinta untuk Dunia Perfilman
-
Meluncur dalam Gelombang Emosi dan Kemesraan dengan Film "My Sassy Girl"
Ulasan
-
Mitos dan Aksi, Racikan Seru dalam Film Fountain of Youth
-
Ulasan Novel The Paris Apartment: Apartemen Mewah yang Menyimpan Kengerian
-
Ulasan Buku Nenek Mipo Sang Perajut Mimpi, Kisah Imajinatif Pengantar Tidur
-
Review FIlm Dendam Malam Kelam: Perselingkuhan, Pembunuhan, dan Penyelidikan
-
Warung Nayamul: Kuliner Khas Jawa dengan Konsep Prasmanan yang Nyaman
Terkini
-
Cultural Tokenism di Dunia Hiburan: Representasi atau Sekadar Simbolik?
-
Diplot untuk Gantikan Oratmangoen, Lilipaly Sejatinya Layak untuk Dapatkan Posisi Itu
-
Jalani Musim yang Suram, Manchester United Berpeluang Besar Dapatkan Satu Trofi
-
Bird On The Edge oleh Lee Mu Jin: Bertahan di Tengah Hati yang Hancur Lebur
-
Bangun Kesadaran Sosial, Komunitas RETAS UNJA Gelar Edukasi di Lapas Jambi