Apa jadinya jika seorang komunis mempunyai kecondongan hati untuk mempelajari tarian dari penganut paham kapitalis? Agaknya rancu, ya! Yup, fenomena itulah yang digambarkan dalam film Korea yang berjudul Swing Kids!
Film ini sendiri berkisah tentang seorang tentara Korea Utara idealis bernama Roh Ki Soo (D.O. EXO) yang memiliki kecintaan terhadap tarian Tap Dance yang notabene adalah budaya yang bertentangan dengan ideologi yang dianutnya.
Saat pintu mewujudkan impian berada di depan mata, Roh Ki Soo ditahan oleh dilema antara melakukan sesuatu yang disukainya atau setia pada prinsip ideologi yang dianutnya.
Ulasan Film Swing Kids
Swing Kids, film yang menawarkan narasi cerita impresif tentang kecintaan seseorang terhadap seni yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kesetiaan terhadap ideologi yang diyakininya.
Selama kurun waktu 2 jam 13 menit, penonton akan diajak menyelami perspektif bagaimana sebuah ideologi begitu mempengaruhi kehidupan seseorang.
Sebagaimana alurnya, film ini berlatarkan kamp tahanan perang yang didirikan di tengah perang Korea Utara dan Korea Selatan. Tokoh utamanya sendiri adalah tentara Korea Utara yang dipandang sebagai pahlawan dan pembela ide-ide komunis.
Pemantik konflik di film ini adalah ketika si tokoh utama yang dikenal idealis mengenai ideologinya, ditempatkan pada situasi yang menguji kesetiaannya terhadap nilai-nilai yang dipegangnya.
Ketika ia mengenal dan jatuh cinta terhadap seni tari Tap Dance yang notabene adalah budaya Kapitalis, "musuh" dari ideologi yang diyakininya. Dengan demikian, film ini akan berfokus pada pengalaman dilematis si tokoh utama.
Meski dalam suasana perang, film ini sebenarnya cukup cair ketimbang film perang pada umumnya. Tarian, nyanyian dan komedi adalah elemen yang cukup ditonjolkan, sehingga bisa dibilang film ini memiliki keseimbangan yang tepat antara komedi, seni dan tragedi itu sendiri.
Film ini begitu menarik sebab mampu menularkan dan membangunkan efek dejavu kepada penonton tentang kegelisahan si tokoh utama ketika dihadapkan pada dua pilihan, yakni memilih mengabdi pada ideologi atau tetap melakukan tap dance yang disukainya.
Film ini seolah hendak memproklamirkan bahwa seni adalah kebebasan, kecintaan yang seharusnya tidak dibatasi oleh bahasa, agama, ras, bahkan ideologi sekalipun.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Film Hitman 2: Hadirkan Narasi dan Aksi Lebih Menantang!
-
Ulasan Film The Noisy Mansion, Misteri di Balik Teror Bising Dini Hari
-
Ulasan YADANG: The Snitch, Film Aksi Kriminal Korea Terbaik Sepanjang 2025
-
The Old Woman with the Knife, Film Laga Solid dengan Karakter yang Impresif
-
3 Film Korea Beragam Genre Tayang Bulan Juli, Wajib Masuk Watchlist Kamu!
Artikel Terkait
-
3 Tontonan tentang Warisan Berdarah Pembawa Petaka, Wajib Tonton!
-
Perdana Jadi Villain, Ini Bocoran Karakter Yeo Jin Goo di Film 'Hijacking'
-
Menko Bidang Perekonomian RI Bakal Raih Gelar Doctor Honoris Causa dari GNU
-
Susul Han Ji Min, Son Suk Ku Digaet Main Drama 'More Beautiful Than Heaven'
-
Jadi Momen Comeback, Ini 4 Fakta Menarik Peran Lee Min Ki dalam Drama Crash
Ulasan
-
Review Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah: Drama Keluarga yang Bikin Hati Mewek
-
Ulasan Novel Tanah Para Bandit: Ketika Hukum Tak Lagi Memihak Kebenaran
-
5 Drama Korea Psikologis Thriller Tayang di Netflix, Terbaru Queen Mantis
-
Review Film Menjelang Magrib 2, Nggak Ada Alasan Buat Dilanjutkan!
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
Terkini
-
China Taipei, Gelontoran 6 Gol dan Kembali Bersinarnya para Pemain yang Sempat Tertepikan
-
4 Rekomendasi Toner Coconut Water untuk Hidrasi dan Penyeimbang pH Kulit
-
Di Balik Panggung Pestapora: Sponsor Freeport Ditolak Mentah-Mentah oleh Sejumlah Musisi
-
Panggung Pestapora Goyah: Sponsor Freeport Picu Amarah, Rebellion Rose hingga Sukatani Angkat Kaki
-
Eliano Reijnders Diplot Jadi Bek Kanan Utama Persib Bandung, Siapa yang Tersingkir?