Film How to Make Millions Before Grandma Dies telah membuat masyarakat di Indonesia bergelut emosi sejak penayangannya pada 15 Mei 2024 di bioskop Indonesia.
Berkisah tentang seorang cucu laki-laki bernama M yang awalnya merawat neneknya (Amah) yang divonis kanker stadium akhir dengan niat untuk bisa mendapatkan warisan. Namun, kenyataannya tidak mudah bagi M untuk menaklukkan hati Amahnya yang super tangguh. Permasalahan lainnya terus berlanjut, termasuk pengincar warisan Amah tidak hanya M, tetapi juga paman-pamannya sehingga dinamika kehidupan keluarga Amah semakin kompleks dengan berbagai pengorbanan dan tujuan yang berusaha diraih.
Setiap alur cerita dikemas dengan ringan dan balutan komedi tipis memberikan kesan tersendiri bagi para penonton. Tidak sedikit orang di berbagai platform media sosial yang mengatakan How To make Millions Before Grandma Dies relate dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Film ini merangkum dinamika cerita dengan isu yang dekat di keseharian, terutama dalam keluarga. Terdapat beberapa hal yang merupakan isu psikologis yang menarik untuk dibahas, apa saja itu? Berikut rangkumannya.
Toxic Masculinity
Hal yang sering menjadi sorotan dalam film ini yaitu perjuangan dan waktu yang dihabiskan M untuk merawat Amahnya. Walaupun di awal dengan niat yang tidak tulus, adegan M dan Amah menjadi suatu cerita yang menarik dan sangat haru untuk disaksikan. Dalam prosesnya, M mendapat banyak pelajaran dari Amahnya, mulai dari membiasakan diri untuk bangun pagi, melakukan kegiatan lebih awal serta berjualan congee (bubur) untuk menambah penghasilan.
Selain itu, di beberapa kesempatan M juga melakukan kerja yang jarang dilakukan laki-laki pada umumnya, terkhususnya merawat lansia. Salah satu adegannya adalah saat M membantu menggosok punggung Amahnya saat mandi. Adegan tersebut diselipkan unsur komedi sehingga penonton tersentuh sekaligus terhibur dengan tingkah M dan Amahnya.
Sikap dan aksi yang didedikasikan M untuk merawat Amahnya dapat dikatakan membantah nilai negatif maskulinitas atau bahasa trennya Toxic Masculinity yang sering kali menjadi pembahasan di beberapa kalangan. Menurut Oxford Dictionary, Toxic Masculinity merupakan deskripsi yang cenderung terbatas tentang sifat atau sikap yang harus ditunjukkan oleh seorang pria.
Dewasa ini, sudah kurang relevan jika mengkategorikan kegiatan atau aktivitas berdasarkan gender. Melakukan perawatan kepada lansia masih mendapat stereotipe dan dianggap sebagai pekerjaan atau sikap feminin yang harus dilakukan perempuan. Laki-laki cenderung jarang terlihat dengan aktivitas tersebut. Dilansir dari jppn.com, Dr. Julie Moschion profesor di Institut Penelitian dan Soial di University of Melbourne menyebutkan bahwa hampir 90 persen pekerja dalam industri perawatan lansia adalah perempuan.
Rasa sakit dan kesepian di fase lansia
How to Make Millions Before Grandma Dies secara tidak langsung menyuguhkan adegan yang membuat penonton melihat sisi rapuh dari karakter Amah yang berusaha bertahan dari penyakitnya, merasa kesepian, menjalani rutinitas sendiri dan tidak memiliki tempat untuk bersandar mencurahkan isi hati dan pikiran.
Kajian tentang teori perkembangan Hurlock (1980) menyebutkan individu yang menginjak usia lanjut memiliki tugas perkembangan yang harus dilakukan diantaranya mempersiapkan diri untuk kondisi fisik dan psikis yang menurun. Amah yang mengetahui dirinya didiagnosa kanker stadium akhir dengan tetap tenang berusaha menerima dirinya, melakukan aktivitas dan kemoterapi seperti biasa serta mempersiapkan segala sesuatu untuk jika tiba waktunya ia akan meninggal, termasuk keinginannya untuk dikubur di makam yang layak dan mewah agar keluarganya mau berkumpul di makamnya nanti.
‘’Apakah Amah kesepian selama ini?” pertanyaan yang dilontarkan M ke Amahnya sontak membuat penonton memikirkan apa yang dialami Amah. Salah satu adegan Amah yang selalu menggunakan pakaian bagus setiap hari Minggu menunggu kedatangan anak-cucunya, menunjukkan masih besarnya harapan orang tua untuk bisa berkumpul bersama keluarga lengkapnya.
Momen Amah dalam film ini menunjukkan fakta tentang kehidupan seseorang yang memasuki fase lanjut usia. Ketika beranjak dewasa, setiap orang akan hidup masing-masing dengan keluarga barunya. Menurut hasil studi, pada umumnya masalah yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian yang dapat berdampak pada gangguan kesehatan fisik maupun psikologis seseorang (Amalia, 2013). Sebagai tugas perkembangan sekaligus menjadi suatu hal yang wajar, lansia perlu menyesuaikan diri dengan berakhirnya peran di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosial serta ditinggal pergi oleh pasangan, keluarga dan teman-temannya.
Artikel Terkait
-
Dari Oktagon ke Layar Lebar: 5 Film yang Terinspirasi Perjuangan Petarung UFC
-
5 Fakta Menarik Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film: Borong Piala Citra di FFI 2024
-
Borong 7 Piala Citra! Ini Link Nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film: Legal dan Resmi
-
Ernest Prakasa dan Cast JESEDEF Hadiri FFI 2024 Naik 'Motor Galon': Menang Nggak Menang yang Penting Hura-hura!
-
Review Film Keluar Main 1994, Komedi Kehidupan Anak Milenial
Ulasan
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Selalu Best Seller, 3 Buku Ini Gak Pernah Nangkring di Event Cuci Gudang
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!