Dalam episode keenam dari Series Nightmares and Daydreams yang berjudul: 'Hypnotized', Joko Anwar kembali mengajak penonton memasuki dunia yang gelap dan misterius. Menariknya dalam episode ini, bintang utama langganan sang sutradara turut ambil peran, Fachry Albar. Selain itu ada Poppy Sovia dan Lembu Wiworo turut meramaikan dalam jajaran bintang berbakat, serta masih banyak lainnya.
Episode keenam merupakan sebuah perjalanan yang gelap dan menegangkan ke dalam psikologi seseorang yang terjerat dalam dunia hipnotis. Kisahnya terfokus pada Ali, teknisi elektronik yang terjebak dalam kondisi putus asa. Dia punya bakat menghipnotis orang, tapi hampir nggak pernah dilakukan untuk kejahatan. Ali itu punya kelainan pada matanya—semua yang tertangkap dalam penglihatannya hanyalah warna abu-abu—dibilang buta warna, tapi lebih parah sih.
Suatu ketika dia mendaftar kerja sebagai teknisi, awalnya diterima, tapi saat disuruh mengambil seragam berwarna biru, yang diambilnya bukan warna itu. Langsung saja Ali batal diterima. Momen itu memang terjadi nggak sekali dua kali, tapi tampaknya kejadian berulang itu bikin dirinya hilang harapan ketika melihat kondisi keluarganya benar-benar terpuruk oleh keadaan ekonomi yang bikin sesak dada.
Nah, semenjak kedatangan kawannya yang dulu ngajarin Ali hipnotis, dan ditawari menggunakan kemampuan itu untuk melakukan tindak kriminal, kendatipun Ali menolaknya, tapi di suatu malam, dengan perasaan campur aduk, Ali terpaksa menghipnotis sosok ibu di dalam ruang mesin ATM. Ali berhasil menghipnotis korbannya, tapi semenjak itu hidupnya berubah drastis. Hanya karena uang yang didapat nggak dengan cara halal itu, teror psikologis menyerangnya. Ngeri deh!
Ulasan:
Episode ini memang menggambarkan perjuangan Ali untuk bertahan hidup dengan cara yang nggak biasa. Di mana Ali berusaha memanfaatkan keterampilannya dalam menghipnotis. Namun, seperti yang seringkali terjadi dalam karya Joko Anwar, series tentunya nggak lempeng gitu doang.
Pengaruh artistik Joko Anwar dalam pengarahan terlihat jelas dalam episode ini. Aku pun sebagai penonton, ikut merasa bingung, apakah yang kulihat itu realita atau masih di dalam pikiran Ali. Peristiwa-peristiwa aneh di sepanjang durasi benar-benar menyiksa pikiran Ali termasuk bikin diriku pusing dengan pertanyaan yang berulang kali sama, “Dunia yang kulihat sudah nyata atau masih dalam simulasi hipnotis nggak sih?”
Nah, Fachry Albar, meskipun penampilannya nggak cocok jadi orang miskin, tapi pendalaman karakter dan emosi yang terpancar melalui wajahnya, benar-benar membuatku percaya sepenuhnya bahwa dia memang layak memerankan karakter Ali. Fachry Albar, dalam setiap adegan, dia mampu menggambarkan keputusasaan dan ambisi karakternya dengan begitu kuat.
Penampilan Albar sebagai seorang teknisi elektronik miskin juga diperkuat dengan pendekatan make-up yang memperlihatkan penampilannya yang kumal. Meskipun ada beberapa detail yang tampak berlebihan, hal ini justru menambahkan dimensi realisme terhadap karakter Ali.
Sementara itu, pengembangan karakter nggak hanya terlihat dari segi fisik dan latar belakang, tapi juga dari sisi psikologisnya. Setiap keputusan yang diambil Ali dalam perjalanannya untuk bertahan hidup dan mencari solusi dari masalahnya dijelaskan begitu dalam. Ini nggak cuma membangun keterlibatan emosional bagi aku, tapi juga memberikan sudut pandang yang lebih dalam tentang kompleksitas manusia dalam menghadapi cobaannya.
Oh iya, kehadiran karakter utama dari episode sebelumnya di episode keenam, yaitu Dewi, yang jadi korban hipnotis Ali, bikin series ini mulai terikat dan terhubung satu sama lain. Jadi seperti jembatan yang menghubungkan cerita-cerita yang ada.
Tanpa memberikan terlalu banyak spoiler lagi, episode keenam ini terkait ujian psikologis Ali, bertujuan untuk membuktikan bahwa dia adalah orang yang terpilih.
Dengan keseruan yang tersaji, menurutku "Nightmares and Daydreams" dalam episode keenamnya berhasil menghadirkan kombinasi yang kuat antara penampilan visual yang mengesankan (dunia di dalam pikiran Ali), pengembangan karakter yang dalam, dan ketegangan psikologis. Pada akhirnya, bisa kubilang sejauh sampai enam episode, series ini bagus bila kamu nggak terlalu berekspektasi ketinggian. Selamat nonton ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film Assalamualaikum Baitullah: Menyentuh dan Bikin Rindu Tanah Suci
-
Review Film Before We Forget: Menyulam Ingatan yang Nggak Pernah Terucap
-
Review Film The Gold Rush: Charlie Chaplin dan Sepatu yang Dimakan
-
Review Film Brick: Dinding Misterius yang Menutupi Akses Hidup Manusia
-
Review Film Marcello Mio: Anak yang Hidup di Bawah Bayang-Bayang Sang Ayah
Artikel Terkait
-
Review Nightmares and Daydreams Episode 5: The Other Side, Menyedihkan!
-
3 Risiko Lee Mi Jin setelah Berubah Menjadi Tua di Miss Night and Day, Apa Saja?
-
Nightmares and Daydreams Episode 4: The Encounter, Bikin Makin Kepo Deh!
-
Review Nightmares and Daydreams Episode 3: Poems and Pains, Makin Menarik!
-
Review Nightmare and Daydreams Episode 2: The Orphan, Cukup Menyentuh Hati
Ulasan
-
Novel The Cat Who Saved the Library: Mencari Jejak Buku yang Hilang
-
Ulasan Novel Your Party Girl: Romansa Seru si Playgirl dengan Cowok Kalem
-
Review Film Assalamualaikum Baitullah: Menyentuh dan Bikin Rindu Tanah Suci
-
Menggali Makna Pulang di Novel "Assalamualaikum Baitullah"
-
Ulasan Novel Before We Forget kindness: Mengingat Luka untuk Sembuh
Terkini
-
4 Obat Totol Jerawat Lokal Harga 20 Ribuan, Ampuh Keringkan dalam Semalam
-
Bantah Pensiun Bermusik, Ariana Grande Beri Kode untuk Nyanyi Tahun Depan
-
5 Drama Korea Historical-Fantasy Paling Dinanti, Ada 'Bon Appetit, Your Majesty'
-
Ole Romeny Cedera, Pengamat Soroti Kans Timnas Indonesia di Ronde Keempat
-
Usai Barbie, Ryan Gosling dan Will Ferrell Bakal Reuni di Film Tough Guys