Siapa tidak kenal nama Panglima Besar Jenderal Soedirman? Saya kira tak ada di antara sobat Yoursay yang tidak pernah mendengar nama beliau disebut. Sebab selain sebagai tokoh pahlawan kemerdekaan, nama beliau pun diabadikan menjadi nama ruas jalan utama di beberapa kota besar di Indonesia, lembaga pendidikan, ruang publik, hingga museum. Jiwa kepemimpinan, dan bukti rasa cinta tanah air beliau telah menjadi teladan karakter bangsa ini.
Namun tahukah sobat sekalian, bahwa semasa muda Soedirman tumbuh di Cilacap? Jika belum tahu, atau baru mengetahui selintas, maka buku karya Thomas Sutasman, terbitan Pustaka Egaliter, Maret 2023, ini tepat dijadikan salah satu sumber referensi.
Sejarah mencatat, Soedirman dilahirkan di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916 (sesuai penuturan ibu kandungnya). Ayahnya seorang petani bernama Karsid, dan ibunya bernama Siyem. Setelah dilahirkan ia diangkat anak oleh Raden Cokrosunaryo, camat atau Asisten Wedana Kecamatan Rembang.
Alasan di balik pengangkatan tersebut selain untuk meringankan beban ekonomi orang tua Soedirman, juga dikarenakan Cokrosunaryo tidak memiliki keturunan (hal. 9).
Berkat mengikuti orang tua angkatnya yang seorang priyayi, Soedirman bisa mengenyam pendidikan. Pada usia 7 tahun (1923) ia menjadi murid HIS (Hollandsch Inlandsche School), sebuah sekolah berbahasa pengantar bahasa Belanda, yang terdapat di Cilacap. Soedirman lulus dari HIS tahun 1930 (hal. 16).
Tahun 1932 Soedirman remaja menjadi murid di MULO Wiworotomo Cilacap, hingga sekira tahun 1934. Di perguruan ini semangat dan jiwa nasionalisme, serta karakter Soedirman kian terasah. Sebab karakter pendidikan di Wiworotomo memang menekankan pada pembentukan karakter anak didik.
Soedirman dikenal di kalangan guru dan teman-temannya sebagai sosok yang tekun belajar, rajin, santun, tak banyak bicara, namun berkemauan kuat. Ia pun sosok yang rajin beribadah sebagai seorang muslim. Itu pula penyebab teman-temannya menaruh sayang dan hormat kepada Soedirman, yang berjiwa sederhana dan pengayom (hal. 27).
Selepas dari MULO, Soedirman aktif di Kepanduan Hizbul-Wathan Cilacap, sebuah gerakan kepanduan dalam Muhammadiyah. Kepanduan sendiri adalah system pendidikan di luar keluarga dan sekolah yang bertujuan membentuk dan membina watak anak, remaja, hingga pemuda, dengan metode menarik, menyenangkan, dan menantang, serta dilaksanakan di alam terbuka (hal. 41).
Di buku ini penulisnya menginformasikan kepada pembaca, bahwa Hizbul-Wathan dan Pramuka adalah contoh kepanduan yang ada di Indonesia. Namun Hizbul-Wathan (HW) adalah kepanduan yang islami. Sebab HW menerapkan akidah Islam dalam setiap kegiatannya.
Ketika bergabung sebagai pandu HW, Soedirman benar-benar mengeluarkan kualitas terbaik kepribadiannya, yang memang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Ia rendah hati, ringan tangan, cepat langkah, cakap saat dipimpin maupun ketika memimpin, sayang kepada yang muda, serta penuh hormat kepada yang lebih tua.
Pada beberapa bagian buku, kita disuguhi ilustrasi foto hitam putih, yang bersumber dari dokumentasi sejarah. Misalkan foto rumah Raden Cokrosunaryo di daerah Manggisan, Cilacap (hal. 10), gedung MULO Cilacap (hal.23), dan bangunan HIS Muhammadiyah Cilacap (hal. 78). Setidaknya dari foto-foto itu kita mendapatkan gambaran suasana yang dialami Soedirman dahulu kala.
Buku ini juga memuat kisah kehidupan rumah tangga Soedirman dan Alfiah, sesama anggota gerakan Pemuda Muhammadiyah sekaligus putri juragan batik asal Plasen, Cilacap. Kemudian periode transisi kehidupan Soedirman dari seorang guru, hingga terpanggil mengikuti gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia, perjalanan karier militer, dan peristiwa wafatnya beliau. Semua diceritakan secara naratif oleh Thomas Sutasman, menjadi lembaran setebal 166 halaman.
Kekurangannya menurut saya hanya terletak pada pengulangan narasi setiap pergantian bab, sehingga terkesan dragging. Namun buku 'Soedirman Bertumbuh di Cilacap' ini tetap layak diapresiasi, sebagai usaha penulis mendokumentasikan tokoh-tokoh teladan bangsa kita, terutama yang berasal dari tlatah Cilacap. Selamat mempelajari sejarah!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Duka di Balik Komedi, Ulasan Novel Capslok: Capster Anjlok
-
Mommy Issues di Drama Korea Family by Choice: Hwang In Yeop dan Bae Hyun Sung Berebut Kasih Sayang?
-
Harapan dari Pedagang Mikro kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto
-
Stop Kekerasan Seksual pada Anak, Pahamkan Pendidikan Seksual sejak Dini
-
Memaknai Persahabatan nan Tulus dalam Laba-laba dan Jaring Kesayangannya
Artikel Terkait
-
Serba-serbi Carok, Prinsip dan Catatan Peristiwa yang Menyertainya
-
Misteri Kepunahan Hewan Raksasa Terungkap! Ini 6 Penyebabnya
-
Rocky Gerung Sentil yang Doyan Pamer Tas Hermes: Dulu Buat Lindungi Privasi hingga Melawan Rasisme!
-
Harga Diri atau Nyawa? Dilema Tragis di Balik Budaya Carok
-
Asal Usul Budaya Carok, Tewaskan Seorang Saksi di Pilkada Madura
Ulasan
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Selalu Best Seller, 3 Buku Ini Gak Pernah Nangkring di Event Cuci Gudang
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!