Yogyakarta begitu kaya akan destinasi wisata, salah satu yang paling populer adalah Candi Prambanan. Mungkin belum banyak yang tahu, tidak jauh dari Candi Prambanan terdapat hidden temple (candi yang tersembunyi) yang tidak kalah indahnya.
Nah, apabila kamu masih punya banyak waktu setelah berkunjung ke Candi Prambanan, singgahlah sebentar di Candi Sojiwan. Tidak jauh kok. Tinggal menyeberang Jalan Raya Solo-Yogyakarta, lalu berjalan ke arah selatan kurang lebih dua kilometer.
Lokasinya berada di perbatasan antara Klaten (Jawa Tengah) – Sleman (DI Yogyakarta). Secara administratif Candi Sojiwan terletak di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Angkutan umum menuju Candi Sojiwan tergolong mudah. Pilihan pertama naik Bus Trans Jogja jalur 1A rute Halte Malioboro 3 (depan Museum Benteng Vredeburg) – Halte Terminal Prambanan. Perjalanan membutuhkan waktu satu jam tergantung kepadatan lalu lintas. Tarif Bus Trans Jogja Rp3.600.
Pilihan kedua menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik) relasi Yogyakarta - Palur, berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta dan turun di Stasiun Brambanan. Tiket KRL Rp8.000. Waktu tempuh perjalanan 15 menit.
Setibanya di Halte Terminal Prambanan atau Stasiun Brambanan, perjalanan dilanjutkan dengan ojek/becak atau berjalan kaki menuju Candi Sojiwan. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi, disediakan area parkir di sekitar candi.
Dari kejauhan Candi Sojiwan tampak bersembunyi di balik pepohonan. Di halaman kompleks candi sepertinya sengaja ditanam banyak pohon besar. Selain berfungsi sebagai peneduh, suasana menjadi sejuk dan asri.
Taman Wisata Candi Sojiwan buka setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Tiket masuk candi sebesar Rp8.000 (dewasa), Rp2.000 (anak-anak), Rp25.000 (Warga Negara Asing). Dikutip dari Wikipedia, Candi Sojiwan dibangun di area seluas 8.412 meter persegi. Sementara itu bangunan utama candi berukuran 401,3 meter persegi dan tinggi 27 meter.
Candi Sojiwan merupakan candi bercorak Buddha, ditandai dengan bagian puncak candi yang berupa stupa. Penanda lainnya adanya sebuah bangunan stupa utuh yang berada tidak jauh dari candi induk.
Arah pintu masuk candi menghadap ke barat. Pengunjung diperbolehkan naik dan wajib melepas alas kaki. Di atas terdapat satu bilik kosong. Pada bagian depan candi terdapat satu buah arca Dwarapala. Tumpukan batu bagian dari Candi Sojiwan yang belum direkonstruksi tersusun rapi di samping candi.
Beberapa ahli melakukan penelitian dan analisa terkait kapan pembangunan candi dan siapa yang membangun. Sayangnya para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Hal ini terjadi karena tidak (belum) adanya bukti tertulis yang menjadi dasar. Namun diperkirakan Candi Sojiwan dibangun sekitar abad ke-9.
Penemuan kembali Candi Sojiwan dilaporkan pertama kali pada tahun 1813 oleh utusan Raffles bernama Colin Mackenzie. Semenjak itu berbagai penelitian dilakukan untuk pembangunan kembali candi. Setelah proses yang panjang Candi Sojiwan selesai dipugar dan resmi dibuka kembali pada tanggal 10 Desember 2011.
Keunikan Candi Sojiwan terletak pada keindahan pahatan relief di kaki candi. Relief tersebut berkisah tentang cerita Pancatantra atau Jataka yang sarat akan nilai-nilai moral yang relevan sampai sekarang. Pengunjung dapat membaca penjelasan lengkap relief ini pada papan informasi yang ada di Museum Arsitektur Candi (berada satu kompleks dengan Candi Sojiwan).
Keberadaan Candi Sojiwan sebagai candi Buddha berdampingan dengan Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu menjadi bukti nyata kerukunan umat beragama sudah terbangun sejak dahulu. Candi Sojiwan yang tersembunyi ternyata tidak hanya menawarkan keindahan tetapi juga mewariskan nilai filosofis dan ajaran luhur nenek moyang. Tertarik berkunjung ke Candi Sojiwan?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Artikel Terkait
-
30 Kata-Kata Bijak Buddha tentang Kedamaian: Menemukan Tenang di Tengah Riuh Hidup
-
45 Kata-Kata Bijak Buddha Tentang Karma untuk Tuntunan Hidup
-
Riwayat Hidup Siddhartha Gautama, Jejak Sang Buddha Menuju Pencerahan
-
Pengajian Gus Miftah di Candi Prambanan Tuai Pro Kontra
-
50 Gambar Poster Hari Raya Waisak 2025, Desain Keren Cocok Dibagikan ke Medsos
Ulasan
-
CHUU Hadirkan Nuansa Nostalgia Lewat Lagu Terbaru Bertajuk 'Back in Town'
-
Review Film My Teacher, Ketika Cinta Tumbuh di Tempat Tak Terduga
-
Ulasan Novel Ranjat Kembang: Warisan Keluarga yang Berujung Kutukan
-
Review Film Il Mare, Kisah Romansa Lintas Waktu yang Bikin Baper
-
Review Film A Nice Indian Boy: Romantis, Realistis, dan Rekatable
Terkini
-
Sinopsis The Royals, Series Terbaru Ishaan Khatter dan Bhumi Pednekar
-
Blak-blakan! Media Jepang Kritik Pedas Program Naturalisasi Timnas Indonesia
-
5 Pilihan Loafers yang Bikin OOTD Makin On Point, Cuma 100 Ribuan!
-
Kamasutra Jawa: Kisah Gowok, Cinta Terlarang, dan Budaya yang Menggetarkan
-
Usung Genre Horor, Seo Ye Ji Digaet Bintangi Drama Korea Adaptasi Webtoon