Masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Ia tetap melekat dalam kenangan, dalam cerita yang diceritakan ulang oleh orang tua, dalam hal-hal kecil yang kadang dianggap remeh seperti aroma masakan rumah atau lagu yang terdengar di radio tua.
"Perjalanan Menuju Pulang" karya Lala Bohang dan Lara Nuberg merupakan kisah tentang mencari jejak diri, menggali kembali akar yang sempat samar, dan mencoba memahami siapa diri sebenarnya dalam riak-riak sejarah keluarga.
Segalanya bermula dari sesuatu yang sederhana: makanan keluarga. Resep-resep yang diwariskan dari nenek buyut, hidangan yang selalu tersaji di meja makan setiap kali berkumpul, ternyata menyimpan lebih banyak cerita daripada yang terlihat di permukaan.
Dari satu resep itu, muncul pertanyaan yang lebih dalam. Apa kisah di balik masakan ini? Mengapa rasa dan aromanya begitu familiar, namun sekaligus terasa asing?
Dari pertanyaan kecil inilah perjalanan panjang untuk memahami sejarah keluarga dimulai. Sosok nenek buyut yang dulu hanya sebatas gambar dalam album foto perlahan menjadi lebih nyata, memiliki kisah yang perlu diungkap dan dipahami lebih dalam.
Lara, yang tumbuh besar di Belanda, sering merasakan keterasingan dari bagian dirinya yang berasal dari Indonesia. Ada hubungan yang tak bisa diabaikan, tetapi tetap terasa jauh
Di sisi lain, Lala, yang lahir dan besar di Indonesia, justru sering merasa ada sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami dari dirinya sendiri.
Latar belakang mereka berbeda, tetapi kegelisahan mereka serupa: ada jejak masa lalu yang mempengaruhi kehidupan saat ini, dan ada identitas yang terasa kabur.
Semakin dalam perjalanan ini, semakin jelas bahwa identitas bukanlah sesuatu yang bisa didefinisikan dengan mudah.
Ada sejarah panjang yang tertanam dalam kehidupan mereka, mulai dari warisan kolonialisme hingga percampuran budaya yang membentuk siapa mereka hari ini.
Hal-hal kecil yang selama ini dianggap biasa—cara berbicara, kebiasaan dalam keluarga, bahkan makanan yang selalu tersaji di meja makan—ternyata menyimpan kisah yang lebih besar dari yang pernah mereka sadari.
Surat-menyurat antara Lala dan Lara menjadi jembatan yang menghubungkan jarak yang selama ini terasa begitu lebar.
Dalam surat-surat itu, tersimpan kebingungan, kemarahan, dan kesedihan, tetapi juga harapan. Ada keinginan untuk memahami, untuk menerima, dan untuk menemukan tempat yang benar-benar bisa disebut sebagai rumah.
Setiap kata yang tertulis dalam surat mereka menjadi langkah kecil dalam perjalanan pulang—perjalanan yang bukan sekadar kembali ke tempat asal, tetapi menemukan tempat di mana hati bisa merasa tenang.
Identitas sering kali terasa rumit, terutama ketika ada sejarah yang belum sepenuhnya terungkap. Namun, semakin banyak yang digali, semakin banyak pula yang bisa diterima—baik luka maupun kebanggaan yang tersimpan di dalamnya.
Tidak ada perjalanan yang benar-benar mudah, tetapi setiap langkah menuju pemahaman membawa makna tersendiri.
Pulang tidak selalu berarti kembali ke rumah lama, tetapi menemukan tempat di dalam diri sendiri di mana semua yang pernah terasa terpisah akhirnya bisa menyatu.
"Perjalanan Menuju Pulang" bukan hanya tentang mencari tahu siapa nenek buyut mereka atau dari mana keluarga mereka berasal, tapi juga kisah tentang memahami bahwa sejarah tidak hanya ada di dalam buku, ada juga dalam diri sendiri.
Setiap cerita yang ditemukan, setiap kenangan yang dihidupkan kembali, dan setiap perjalanan kecil yang dilakukan untuk memahami masa lalu, pada akhirnya membawa seseorang semakin dekat pada dirinya sendiri.
Menemukan akar bukan sekadar menelusuri garis keturunan, tetapi juga tentang menerima bahwa identitas adalah sesuatu yang terus berkembang. Tidak ada jawaban mutlak, tidak ada garis yang benar-benar jelas, tetapi justru di sanalah keindahannya.
Apa yang dulu terasa asing perlahan menjadi bagian dari diri sendiri, dan apa yang dulu terasa hilang akhirnya menemukan tempatnya kembali.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
4 Facial Wash dengan Kandungan Probiotik, Jaga Keseimbangan Skin Barrier!
-
5 Pilihan Film Netflix yang Tayang April 2025, dari Horor hingga Sci-Fi!
-
Review Film 'Pabrik Gula': Teror Mistis di Balik Industri Gula Kolonial
-
Ulasan Film 'Setetes Embun Cinta Niyala', Dilema Cinta dan Perjodohan
-
Review Novel 'Sumur': Pergi atau Bertahan, Tak Ada yang Benar-Benar Menang
Artikel Terkait
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Novel A Scandal in Scarlet: Acara Lelang yang Berujung Tragedi Mengerikan
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
Ulasan
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
-
Review Novel A Scandal in Scarlet: Acara Lelang yang Berujung Tragedi Mengerikan
-
Review Jumbo: Cara Menghadapi Kehilangan dan Belajar Mendengarkan Orang Lain
Terkini
-
4 Facial Wash dengan Kandungan Probiotik, Jaga Keseimbangan Skin Barrier!
-
Kai EXO Siap Sambut Musim Panas di Teaser Video Musik Lagu 'Adult Swim'
-
Real Madrid Babak Belur Demi Final Copa del Rey, Carlo Ancelotti Buka Suara
-
Remake Film Mendadak Dangdut: Apa yang Berubah?
-
Piala Asia U-17: 3 Pemain Timnas Indonesia yang Diprediksi akan Tampil Gemilang