Novel Rindu karya Tere Liye adalah sebuah kisah berlatar sejarah yang mengangkat tema perjalanan fisik dan spiritual para tokohnya. Dengan setting kapal uap Blitar Holland yang membawa para jamaah haji dari Makassar menuju Mekkah pada awal abad ke-20, novel ini bukan hanya tentang perjalanan geografis, tetapi juga perjalanan hati, pencarian makna, serta perjuangan menghadapi luka masa lalu.
Kisah dalam Rindu berpusat pada sekelompok penumpang kapal Blitar Holland yang memiliki masa lalu dan pergulatan batin masing-masing. Mereka adalah Daeng Andipati, seorang kapten kapal yang tegas; Bonda Upe, seorang wanita tua bijaksana; Mbah Kakung dan Mbah Putri, pasangan suami istri yang sudah lanjut usia; Ambo Uleng, pemuda yang menyimpan duka mendalam; serta Gurutta Ahmad Karaeng, seorang ulama yang membawa misi keagamaan dan sosial.
Perjalanan menuju Tanah Suci ini menjadi simbol perjalanan mereka dalam mencari jawaban atas pertanyaan hidup. Di tengah ombak dan lautan luas, mereka menghadapi berbagai macam konflik. Melalui dialog dan kejadian yang terjadi selama perjalanan, masing-masing tokoh perlahan-lahan menemukan jawaban yang mereka cari.
Daeng Andipati adalah kapten kapal Blitar Holland yang dikenal sebagai sosok tegas, disiplin, dan bertanggung jawab. Ia memimpin kapal dengan tangan besi, namun di balik ketegasannya, ia menyimpan luka mendalam yang membayangi hidupnya. Perjalanannya dalam novel ini memperlihatkan pergulatannya dalam berdamai dengan masa lalu dan menerima kenyataan hidup.
Bonda Upe adalah seorang wanita tua yang bijaksana dan menjadi tempat bertanya bagi banyak orang di kapal. Ia memiliki pengalaman hidup yang luas dan sering memberikan nasihat yang dalam kepada para penumpang lain. Kehadirannya memberikan ketenangan serta pelajaran berharga tentang ketabahan dan ketulusan hati.
Ambo Uleng adalah seorang pemuda yang mengalami kehilangan besar dalam hidupnya. Ia menyimpan duka yang mendalam dan perjalanan ke Tanah Suci menjadi momen refleksi bagi dirinya. Melalui interaksi dengan tokoh-tokoh lain, Ambo Uleng perlahan menemukan makna baru dalam hidupnya dan belajar untuk menerima takdir dengan lapang dada.
Mbah Kakung dan Mbah Putri adalah pasangan suami istri yang telah lanjut usia. Mereka berangkat haji dengan penuh keteguhan dan cinta yang luar biasa. Kisah mereka menggambarkan bagaimana cinta sejati bertahan dalam ujian waktu dan bagaimana ketulusan dalam hubungan dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi segala tantangan.
Gurutta Ahmad Karaeng adalah seorang ulama yang memiliki misi untuk membimbing para jamaah haji dalam perjalanan ini. Ia menjadi sosok panutan yang memberikan pencerahan spiritual bagi penumpang lain. Dengan kebijaksanaan dan keilmuannya, ia membantu banyak orang dalam memahami makna kehidupan dan pentingnya ikhlas dalam menghadapi ujian.
Aspek menonjol dalam novel ini adalah bagaimana kedalaman emosi yang dikemas dalam setiap karakter. Tere Liye berhasil menggambarkan perasaan rindu, kehilangan, dan pencarian makna hidup yang menyentuh bagi para pembaca. Melalui penulisan yang emosional, Tere Liye berhasil membawa pembaca turut hanyut bersama tulisannya.
Selain memiliki makna mendalam, novel ini juga kaya akan nilai sejarah dan budaya. Latar waktu yang diambil pada awal abad ke-20 mencerminkan bagaimana perjalanan haji pada saat itu bukanlah sesuatu yang mudah. Tere Liye sukses menampilkan nilai religius melalui penyusunan diksinya yang indah tanpa ada unsur menggurui, namun engajak pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang kehidupan dan spiritualitas.
Tere Liye menggunakan bahasa yang indah dan puitis dalam menyampaikan kisah Rindu. Dialog antar tokoh mengandung banyak makna filosofis, yang membuat pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga merenungkan pesan yang ingin disampaikan. Alur cerita yang mengalir dengan baik, dipadukan dengan penggambaran suasana kapal dan perjalanan yang begitu hidup, menjadikan novel ini menarik dan menggugah emosi.
Banyak pembaca yang menganggap Rindu sebagai salah satu karya terbaik Tere Liye. Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang kehidupan, kehilangan, dan penerimaan. Rindu adalah sebuah novel yang bukan hanya menceritakan perjalanan fisik ke Tanah Suci, tetapi juga perjalanan spiritual dalam menemukan makna kehidupan. Dengan karakter yang kuat, emosi yang mendalam, serta pesan moral yang menggugah, novel ini menjadi bacaan yang berkesan bagi siapa saja yang tengah mencari pemahaman tentang kehidupan dan ketulusan hati.
Identitas Buku
Judul : Rindu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tanggal Terbit :25 September 2014
Tebal : 544
Baca Juga
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Selain Donatur Dilarang Ngatur: Apakah Pria Harus Kaya untuk Dicintai?
-
Ulasan Film Split: Memahami Gangguan Kepribadian Ganda (DID)
-
Ulasan Novel Animal Farm karya George Orwell: Revolusi Menjadi Tirani
-
Ulasan Novel 1984 karya George Orwell: Kengerian Dunia Totalitarian
Artikel Terkait
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Novel A Scandal in Scarlet: Acara Lelang yang Berujung Tragedi Mengerikan
-
Ulasan Novel Drupadi: Rekonstruksi Mahabharata dan Citra Istri Lima Pandawa
Ulasan
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
Terkini
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters
-
Lebaran Usai, Dompet Nangis? Waspada Jebakan Pinjol yang Mengintai!
-
Mark NCT Wujudkan Mimpi Jadi Bintang di Teaser Terbaru Album The Firstfruit
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?