Rasa-rasanya masih ingat betul sensasi pertama kali menyaksikan Film Laputa - Castle in the Sky. Rasanya seperti tersedot ke dalam dunia lain yang penuh langit luas, pulau terapung, dan kristal bercahaya yang menyimpan rahasia kuno. Film ini nggak cuma tontonan biasa, tapi sebuah pengalaman yang imajinatif.
Disutradarai maestro Hayao Miyazaki dan diproduksi Studio Ghibli, ‘Laputa - Castle in the Sky’ rupanya merupakan film panjang pertama yang secara resmi dirilis di bawah bendera Studio Ghibli, pasca suksesnya Film Nausicaä of the Valley of the Wind.
Film ini dirilis pada 2 Agustus 1986 di Jepang, yang membawa nostalgia sekaligus memperkenalkan generasi baru pada keajaiban sinema animasi Jepang.
Film ini menampilkan pengisi suara ikonik, di antaranya:
- Mayumi Tanaka sebagai Pazu
- Keiko Yokozawa sebagai Sheeta
- Kotoe Hatsui sebagai kapten bajak laut Dola
- Minori Terada sebagai Muska
- Fujio Tokita sebagai Uncle Pom
- Dan masih banyak pengisi suara lainnya
Sekilas tentang Film Laputa - Castle in the Sky
Cerita dibuka dengan Pazu, bocah laki-laki yang bekerja sebagai insinyur magang di sebuah tambang. Suatu malam, dia melihat gadis jatuh dari langit—ya, benar-benar dari langit—dan secara ajaib nggak terluka karena kalung kristal misterius yang dikenakannya.
Gadis itu bernama Sheeta, yang ternyata jadi buruan banyak pihak karena kalung itu diyakini berhubungan dengan legenda Laputa, sebuah pulau terapung yang hilang dari peta dunia.
Bersama-sama, Pazu dan Sheeta melarikan diri dari para pengejar. Mulai dari pasukan pemerintah hingga kelompok bajak laut udara yang dipimpin oleh Dola, karakter flamboyan dan karismatik yang sulit untuk dibenci.
Menarik banget deh. Sini merapat buat yang mau tahu kesan-kesannya!
Impresi Selepas Nonton Film Laputa - Castle in the Sky
Sebagai penonton, aku merasa seperti ikut berlari bersama Pazu di atap-atap kota, melayang di kapal udara, dan terpesona visual Laputa yang muncul perlahan dari balik kabut langit.
Miyazaki punya cara unik dalam membangun dunia—setiap lanskap, bangunan, dan teknologi terasa hidup dan punya sejarahnya. Ibaratnya, bukan dunia fantasi yang kosong, tapi dunia yang bisa saja nyata jika kita cukup percaya.
Durasi film ini memang cukup panjang, sekitar 125 menit, tapi nggak terasa membosankan. Justru aku tenggelam dalam alur ceritanya yang kaya akan konflik, kejutan, dan emosi.
Adegan aksi yang dipadukan dengan momen-momen hening dan menyentuh, buatku itu jleb babeh sih. Ada ketegangan saat dikejar tentara, ada tawa saat melihat tingkah polah bajak laut Dola dan krunya, dan ada haru saat mengungkap asal-usul Sheeta.
Sebagai penikmat film, aku suka merenungi makna yang disampaikan. Pokoknya, film ini nggak cuma tentang petualangan, tapi juga tentang kekuatan yang harus dipikul dengan bijak, tentang keserakahan yang bisa menghancurkan peradaban, dan tentang keberanian anak-anak yang mampu menghadapi dunia orang dewasa dengan hati yang lebih murni.
Pesan-pesan ini nggak disampaikan secara menggurui lho. Mengalir alami melalui cerita dan visual, seolah-olah berkata, “Lihatlah sendiri, dan ambillah pelajaranmu.”
Asli deh, setiap kali aku menonton ulang film ini, rasanya seperti pulang ke rumah—rumah yang melayang di langit, jauh dari hiruk-pikuk dunia, tapi sangat dekat dengan hati. Ught!
Nah, bila Sobat Yoursay pecinta animasi, atau sekadar ingin menonton sesuatu yang meninggalkan sensasi di hati, Film Laputa - Castle in the Sky ‘bisa jadi’ pilihan yang tepat dan nggak boleh dilewatkan. Sayang banget rasanya kalau nggak memasukkan film ini dalam daftar tontonmu, karena Studio Ghibli itu spesial banget!
Skor: 4/5
Baca Juga
-
Review Film The Winter Lake: Ketika Rahasia Mengapung ke Permukaan
-
Film Roman Dendam: Balas Dendam Luka Lama yang Menyingkap Konspirasi Besar
-
Review Film Barron's Cove: Kematian Anak dan Amarah Ayah
-
Review Film We Are Guardians: Dokumenter tentang Kerusakan Hutan yang Miris
-
Review Film The Life of Chuck: Puzzle Hidup yang Terurai dari Akhir
Artikel Terkait
-
Sandy Walsh Ungkap Suporter di Negara Ini Suka Membentak Beda dengan Fans Jepang
-
Ryan Adriandhy Batal Rilis Film Jumbo Director's Cut, Apa Alasannya?
-
Link Nonton Semifinal Liga Voli Jepang Hari Ini SV League 2025, Rivan Nurmulki VS Ran Takahashi
-
Review Film Invention: Menemukan Kenangan yang Tertinggal
-
Jadi Penambang Pasir yang Kejam di Film Angkara Murka, Raihaanun: Indah Banget!
Ulasan
-
Review Series The King of Pigs, Kisah Balas Dendam dari Luka yang Terpendam
-
Review Film The Winter Lake: Ketika Rahasia Mengapung ke Permukaan
-
ATEEZ Maknai Cinta sebagai Proses Saling Menerima dalam Lagu Time of Love
-
Film Roman Dendam: Balas Dendam Luka Lama yang Menyingkap Konspirasi Besar
-
Review Novel Kembali Bebas, Ketika Menikah Lama Bukan Berarti Bahagia
Terkini
-
Sinopsis Film How to Train Your Dragon (2025), Kisah Pertemanan Manusia dan Naga
-
Timnas Indonesia Dinilai Masih Perlu Mempertebal Kedalaman Skuad, Ini Alasannya
-
FOMO Membaca: Ketika Takut Ketinggalan Justru Membawa Banyak Manfaat
-
6 Rekomendasi Drama Thailand Terbaik Bertema Hukum, Seru dan Penuh Intrik!
-
Ketupat Pecel dan Keragaman Rasa yang Menyatukan Keluarga di Hari Raya Lebaran