Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Shufya Nida
Cover Novel Olga: Leukemia Kemping Karya Hilman Hariwijaya (goodreads.com)

Olga: Leukemia Kemping merupakan novel karya Hilman Hariwijaya yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2018. Novel ini memiliki 162 halaman dan bercerita mengenai anak gadis sekolah dengan tingkah konyol khas seusianya.

Semua orang pasti pernah bersikap konyol dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Remaja memang tidak bisa luput dari sifat kekonyolan, tingkah yang absurd, penuh pemberontakan, dan ingin mencoba hal-hal baru. Tidak masalah, itu adalah hal yang normal dan kita biasa menyebutnya pencarian jati diri.

Menceritakan tentang Olga, gadis berusia 16 tahun yang memiliki sifat enerjik, konyol, pemberontak, dan memiliki pekerjaan sampingan, yaitu menjadi penyiar di Radio Ga Ga. Pembawaannya yang konyol, membuat dia memiliki teman bernama Wina, anak tunggal kaya raya yang klop dengan Olga.

Cerita ini bermula ketika Olga menjabat sebagai ketua kelas. Dia yang dulunya selalu bertingkah konyol, mendadak berubah menjadi disiplin. Wina mendeteksi bahwa sahabatnya terkena penyakit post-power syndrome. Dia berkata kepada teman kelasnya untuk menjauhi Olga karena penyakit tersebut bersifat menular.

Saat sekolah mengadakan lomba kebersihan, Olga berambisi untuk menang dan sekali menyuruh anggota kelas untuk membersihkan dan membawa yang Olga suruh. Tentu, teman-temannya menghardiknya lantaran terlalu bersemangat padahal mereka tidak mempermasalahkan jika tidak menang.

Berbeda dengan Olga, gadis itu berambisi untuk menang. Dia bahkan sampai rela memesan pigura foto kepala sekolah dengan niat menghormati kepala sekolah agar kelasnya memenangkan lomba. Sayangnya, ada kejadian yang membuat kelasnya tidak menang dan Olga mengundurkan diri dari jabatannya karena merasa tidak pantas. Teman-temannya bersorak gembira karena terbebas dari siksaan Olga. 

Selain itu, ada juga tingkah konyol Olga, seperti bebas melakukan sesuatu ketika Mami dan Papi tidak berada di rumah, kemarahan Wina lantaran Olga selalu menyuruhnya, mengikuti KIR yang mengakibatkan Olga kehilangan kelucuannya, belajar untuk ujian tapi diganggu saudara sepupunya, mencari buah unik ke desa fans berat Olga, dan masih banyak lagi.

Lalu, bagaimana cerita-cerita konyol tersebut? Dan bagaimana reaksi teman-temannya ketika mengetahui bahwa umur Olga tinggal satu bulan karena menderita penyakit leukemia? 

Agar mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, kamu dapat membacanya di novel Olga: Leukemia Kemping karya Hilman Hariwijaya.

Bumbu-bumbu kekonyolan yang penuh humor membuat saya terbawa suasana sehingga ikut tertawa. Sepertinya, novel ini hanya berfokus pada kekonyolan dan sifat humor yang dikeluarkan oleh karakter Olga. Tapi, tidak hanya Olga saja yang membuat saya tertawa. Mami Olga juga terkadang membuat saya tertawa dan menyetujui beberapa kalimat yang dikeluarkan.

Dari awal sampai akhir, penulis menggunakan gaya bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit, khas novel komedi. Alur penceritaan juga mengalir tanpa ada konflik yang serius. Jika ada, cukup ingat bahwa pasti ada plot twist yang lucu pada novel ini.

Ada juga pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Bagaimana Olga yang berkeinginan mengikuti KIR agar bisa menjadi peneliti. Hal tersebut menjadikan pembaca termotivasi untuk melakukan sesuatu yang baru dan keluar dari zona nyaman mereka. Sebetulnya, tidak apa-apa fomo terhadap sesuatu. Asalkan sesuatu tersebut masuk kedalam kategori hal yang positif.

Sayangnya, banyak ditemukan kesalahan penulisan kata seperti kata "belon" yang memiliki arti belum dan penggabungan kata "di" yang masih salah. Kesalahan tersebut lumayan mengganggu jika kamu tipe pembaca yang alergi tiap menemukan kesalahan penulisan.

Secara keseluruhan, novel ini mungkin bisa dibaca jika pembaca membutuhkan bacaan yang membuat terhibur dengan suasana yang dibangun oleh penulis dan tidak mempermasalahkan penulisan kata. Mungkin, pembaca yang masih sekolah akan lebih cocok membaca novel ini. Tapi, juga tidak dipungkiri apabila pembaca dewasa bisa menyukai novel dengan selera humor yang sama.

Shufya Nida