Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Poster film Havoc (IMDb)

Havoc, film aksi terbaru garapan sutradara The Raid Gareth Evans, akhirnya ditayangkan Netflix pada 25 April 2025. Dengan Tom Hardy sebagai bintang utama, ekspektasi buat film ini udah pasti tinggi banget sejak pengumuman produksinya.

Apalagi, ini kolaborasi Evans dengan Netflix dan XYZ Films, ditambah deretan aktor keren seperti Timothy Olyphant, Forest Whitaker, Jessie Mei Li, sampai Michelle Waterson. Tapi, apakah Havoc benar-benar memenuhi hype-nya? Yuk simak ulasan berikut!

Havoc menceritakan kisah hidup Walker (Tom Hardy), detektif korup yang hidupnya sudah seperti benang kusut. Dia ayah yang gagal, polisi yang bermasalah, tapi entah kenapa masih punya kompas moral yang lumayan oke dibandingkan karakter lain di film ini.

Cerita dimulai ketika transaksi narkoba yang berantakan, dan Walker diseret ke dunia kriminal bawah tanah untuk menyelamatkan anak politisi yang kabur dari rumah.

Di tengah misi ini, dia menemukan jaringan korupsi yang bikin seluruh kota seperti sarang laba-laba raksasa. Keren, 'kan, kedengerannya? Sayangnya, eksekusinya agak mengecewakan.

Plotnya terasa berbelit-belit dan kadang bikin aku bingung sendiri. Banyak karakter dan subplot yang muncul, tapi nggak semuanya relevan sih. Misalnya, ada cerita sampingan soal sindikat kriminal pimpinan Mother (Yeo Yann Yann) yang pengin balas dendam, tapi motivasi karakternya kurang tergali.

Terus, ada juga karakter politisi (Forest Whitaker) dan antek-anteknya yang bikin plot tambah crowded. Untuk yang mengharapkan cerita seketat The Raid, Havoc mungkin terasa seperti mobil sport yang mesinnya lama banget panasnya. Narasinya lambat di paruh pertama, dan baru benar-benar ngegas di babak-babak akhir.

Review Film Havoc

Salah satu adegan di film Havoc (IMDb)

Kalau ada yang bikin Havoc layak ditonton, itu adalah adegan aksinya. Menurutku Gareth Evans nggak main-main soal ini. Bayangkan The Raid bertemu John Wick dengan sentuhan sinema Hong Kong ala John Woo—peluru beterbangan, darah muncrat, dan koreografi pertarungan yang bikin jantungan.

Oh iya, ada satu adegan di klub malam yang benar-benar jadi highlight: salah satu kamera mengikuti Walker di tengah baku tembak dan hantam-hantaman yang kacau tapi terasa epik. Pengejaran mobil di awal film juga bikin deg-degan, dengan sudut kamera yang dinamis banget. Mantap dah pokoknya setting kameranya!

Tom Hardy sendiri tampil ganas sebagai Walker. Dia nggak cuma jago akting, tapi juga punya timing komedi yang diselipkan di momen-momen genting— ya mirip-mirip dikit 'lah dengan Eddie Brock di Venom.

Satu lagi, Jessie Mei Li sebagai Ellie, polisi idealis yang menemani Walker, berhasil mencuri perhatian dengan akting yang natural dan chemistry yang oke banget bareng Tom Hardy. Sayangnya, karakter lain seperti Timothy Olyphant dan Forest Whitaker kurang dapet porsi yang bikin mereka menonjol.

Secara visual, Havoc punya vibe kota metropolis yang kelam dan penuh grafiti, mirip Gotham City yang dicampur Chicago dan Detroit. Difilmkan di Wales, lokasinya bikin suasana film ini terasa hidup, walaupun kadang agak kehilangan “rasa” Amerikanya ya.

Pencahayaan neon dan efek hujan di beberapa adegan bikin film ini punya estetika yang ciamik, apalagi di bagian aksi malam hari. Musiknya juga nendang, dengan beat yang mendukung intensitas adegan laga.

Kelebihan Havoc jelas ada di aksinya yang brutal dan koreografi yang ciamik. Buat penggemar film laga, ini mirip banget dengan makanan penutup yang manis—nggak perlu mikir, tinggal nikmatin aja.

Penampilan Tom Hardy dan Jessie Mei Li juga jadi nilai plus. Tapi, kekurangannya cukup kentara sih menurutku seperti ceritanya berantakan, terlalu banyak karakter yang nggak berkembang, dan pacing yang lambat di awal bikin aku sebagai penonton kehilangan minat. Buat yang mencari makna mendalam atau drama manusia yang kuat, Havoc mungkin nggak akan memuaskan.

Havoc adalah film yang bakal bikin penggemar aksi kegirangan, terutama kalau kamu suka lihat darah, peluru, dan tinju beterbangan. Tapi, kalau kamu mengharapkan cerita yang rapi atau karakter yang dalam, mungkin bakal sedikit kecewa.

Film ini kayak roller coaster: lambat naiknya, tapi begitu meluncur, bikin jantungan. Saranku siapkan aja popcornnya dan nikmati chaos-nya. Buat yang penasaran, cek sendiri di Netflix dan rasakan sendiri apakah Havoc sesuai selera kamu!

Untuk rating dari aku 7.5/10, karena layak untuk penggemar aksi, tapi jangan mengharapkan masterpiece ya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ryan Farizzal