Film horor Indonesia kembali menggebrak dengan Doti: Tumbal Ilmu Hitam, sebuah karya yang mengusung nuansa mistis khas Sulawesi Selatan. Dirilis pada 24 Juli 2025, film ini langsung mencuri perhatian dengan premis yang terinspirasi dari kisah nyata di Gowa pada tahun 1999.
Disutradarai oleh Bayu Pamungkas dan diproduksi oleh Dream Picture serta Ruang Visual Production, Doti menghadirkan teror santet yang bikin bulu kuduk berdiri, sekaligus menyisipkan pesan moral yang dalam.
Dengan durasi 82 menit, film ini cocok banget buat kamu yang suka horor dengan sentuhan budaya lokal. Yuk, lansung simak ulasan berikut!
Doti: Tumbal Ilmu Hitam mengisahkan perjalanan Ikhsan (Ahmad Pule), seorang santri yang pulang ke kampung halamannya di Desa Jonjo, Sulawesi Selatan, setelah 15 tahun.
Tujuannya sederhana: berziarah ke makam ayahnya, Daeng Rate (Jerry Wong), yang tewas tragis karena dituduh sebagai dukun ilmu hitam bernama Doti. Namun, kepulangan Ikhsan justru membuka luka lama dan memicu rentetan peristiwa mengerikan.
Makam ayahnya yang terbengkalai, kematian misterius warga, dan tuduhan dari dukun sakti bernama Daeng Rewa (Billy Budjanger) membuat suasana semakin mencekam. Ikhsan pun terjebak dalam pusaran fitnah dan teror supranatural yang bikin aku ikut deg-degan.
Ceritanya sendiri mengalir dengan tempo yang pas. Alur mundur yang digunakan bikin kita penasaran, apalagi saat misteri kematian Daeng Rate mulai terkuak.
Konflik utama muncul ketika Ikhsan dituduh membawa kutukan Doti, padahal dia hanya ingin memulihkan nama baik ayahnya.
Puncaknya, ketika Daeng Rewa mencoba menyerang Ikhsan dengan ilmu hitam, justru dia sendiri yang jadi korban. Plot twist ini bikin cerita makin seru, apalagi saat terungkap bahwa Daeng Rewa ternyata punya rahasia kelam terkait kematian Daeng Rate.
Salah satu kekuatan Doti adalah penggambaran budaya Sulawesi yang otentik. Dari bahasa, adat, hingga suasana desa Jonjo yang alami, film ini berhasil menghadirkan vibe lokal yang kuat.
Lokasi syuting di Desa Jonjo, Gowa, bikin latar cerita terasa hidup dan nyata. Doti sendiri, menurut budayawan Firman Saleh, adalah praktik ilmu hitam berupa mantra yang digunakan untuk balas dendam atau mencelakai orang lain.
Film ini nggak cuma mengeksplor sisi gelapnya, tapi juga menyinggung dampak sosial dari kepercayaan semacam ini, seperti konflik horizontal di masyarakat.
Ulasan Film Doti: Tumbal Ilmu Hitam
Visualisasi dalam film ini juga patut diacungi jempol. Sinematografinya mampu menangkap suasana mencekam, mulai dari makam yang rusak hingga musala tua yang bikin merinding.
Efek suara dan musik latar berhasil memperkuat ketegangan, terutama di adegan-adegan horor. Meski nggak mengandalkan jumpscare berlebihan, Doti sukses bikin aku tegang lewat atmosfer dan cerita yang dalam.
Para pemain Dotil tampil cukup memukau. Ahmad Pule sebagai Ikhsan berhasil memerankan karakter yang penuh trauma tapi bertekad kuat. Ekspresinya saat menghadapi fitnah dan teror bikin kita ikut simpati.
Billy Budjanger sebagai Daeng Rewa juga mencuri perhatian dengan aura dukun yang misterius sekaligus menyeramkan. Pemain lain seperti Sri Herawati (Daeng Rannu), Jerry Wong (Daeng Rate), Della Ogini, dan Anita Tanjung juga memberikan performa yang solid, terutama dalam menonjolkan emosi dan nuansa lokal.
Tapi, ada beberapa momen di mana dialog terasa agak kaku, terutama saat adegan emosional yang seharusnya lebih ngena. Beberapa karakter pendukung juga kurang dieksplor, sehingga terasa seperti tempelan. Meski begitu, ini nggak terlalu mengganggu keseluruhan pengalaman menontonku sih.
Di balik kengeriannya, Doti menyisipkan pesan moral yang kuat. Film ini mengajak kita untuk nggak mudah percaya fitnah dan menekankan bahwa kebenaran pada akhirnya akan terungkap.
Ikhsan yang berusaha memperbaiki musala dan mengajak warga kembali ke nilai agama juga jadi simbol perjuangan melawan klenik dengan keimanan.
Produser Yehezkiel Amir bahkan bilang bahwa film ini ingin menegaskan bahwa ilmu Allah jauh lebih besar dari ilmu hitam seperti Doti. Pesan ini disampaikan tanpa terasa menggurui, sehingga tetap nyambung dengan cerita horornya.
Kelebihan Doti jelas ada pada cerita yang terinspirasi kisah nyata, nuansa budaya Sulawesi yang kental, dan atmosfer horor yang nggak lebay.
Film ini juga sukses menyeimbangkan elemen supranatural dengan konflik sosial, seperti fitnah dan dendam. Gala premiere di XXI Panakkukang, Makassar, juga membuktikan antusiasme penonton terhadap film ini.
Di sisi lain, ada beberapa kekurangan kecil. Selain dialog yang kadang kurang natural, pacing di beberapa bagian terasa agak lambat, terutama di pertengahan film. Efek visual untuk ilmu hitam juga bisa lebih digarap agar terlihat lebih meyakinkan. Tapi, untuk sebuah film horor lokal, Doti sudah jauh di atas rata-rata.
Doti: Tumbal Ilmu Hitam adalah angin segar di tengah maraknya film horor bertema Jawa. Dengan mengangkat budaya Sulawesi dan kisah nyata yang mencekam, film ini menawarkan pengalaman horor yang nggak cuma menakutkan, tapi juga sarat makna.
Buat kamu yang suka horor psikologis dengan bumbu budaya lokal, film ini wajib masuk watchlist. Meski ada sedikit kekurangan, Doti berhasil membuktikan bahwa horor Indonesia punya potensi besar untuk mendunia. Jadi, siap-siap merinding dan ikut terbawa dalam misteri Desa Jonjo!
Rating pribadiku setelah nonton film ini adalah: 8/10. Recomended banget buat ditonton bareng teman atau keluarga (usia 13 tahun ke atas, ya!). Jangan lupa cek jadwal tayang di bioskop seperti XXI, CGV, atau Cinepolis di kotamu masing-masing, ya Sobat Yoursay.
Baca Juga
-
Futsal Night: Serunya Bermain Bola di Bawah Lampu Sorot!
-
Review Film A Normal Woman: Perjalanan Menemukan Diri di Tengah Luka!
-
Review Film Happy Gilmore 2: Dari Lapangan Golf ke Drama Keluarga
-
Ulasan Film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut, Cerita Mistis Dukun Sadis!
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
Artikel Terkait
-
Alasan Glen Powell Tolak Bintangi Jurassic World Rebirth, Merasa Tak Cocok?
-
Baru Mulai Syuting, Film The Odyssey Kena Kecaman karena Hal Ini
-
Menyelami 4 Lokasi Syuting Film Sore: Cinematic Abis!
-
Review Film Cloud: Dunia Digital yang Menelan Kemanusiaan
-
Totalitas Keisya Levronka di Film Pamali: Tumbal, Rela Basah-basahan 13 Jam
Ulasan
-
Ulasan Novel 3726 mdpl: Saat Pendakian Membawa Cinta dan Luka
-
We Are Water Protectors, Buku Anak yang Menyuarakan Kelestarian Lingkungan
-
Ulasan Novel Untold: Kejujuran yang Tak Pernah Dibagi
-
Ulasan Buku "Door", Membuka Pintu Misterius untuk Menuju ke Dunia Ajaib
-
Mendengar Alam dalam Hingar: Pelajaran dari Curug Tilu Leuwi Opat
Terkini
-
Sinopsis Biao Mei Wan Fu, Drama China Terbaru Song Zu Er dan Chen Xin Hai
-
Desa, Benteng Terakhir saat Negara Bingung Arah
-
BRI Super League: Persita Tangerang Menang Uji Coba, Ini Kata Carlos Pena
-
4 Ide Outfit Hangout ala Gracia JKT48, Tampil Kasual nan Trendi!
-
BRI Super League: Rekrut Gala Pagamo, PSM Makassar Jaga Tradisi Ortbitkan Pemain Muda