Michelle Harrison kembali menghadirkan petualangan magis yang seru dan memikat lewat novel A Tangle of Spells, buku ketiga dalam seri A Pinch of Magic Adventures.
Dalam seri sebelumnya, pembawa dibawa menyusuri pulau Crowstone yang penuh rahasia. Kini, kisah berlanjut ketika Betty, Fliss, dan Charlie Widdershin datang ke desa Pendlewick.
Sekilas, desa ini tampak tenang dan damai. Kenyataannya, banyak misteri dan rahasia gelap di dalamnya.
Seperti yang kita ketahui, dalam dunia Michelle Harrison, sihir dan masalah kerap berjalan beriringan. Hal itulah yang kembali menjadi inti dari kisah A Tangle of Spells.
Sekilas, desa Pendlewick tampak seperti tempat ideal untuk memulai kehidupan baru. Lingkungannya terlihat nyaman, banyak warga yang ramah, serta suasan yang nyaman tanpa ada bayang-bayang penjara Crowstone.
Namun sejak awal, pembaca akan langsung merasakan keganjilan yang mengendap pelan di balik keramahan itu.
Ada beberapa karakter baru yang dikenalkan Michelle Harrison yang hidup di desa tersebut. Menariknya, setiap karakter tersebut memiliki motif tersembunyi.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah bagaimana penulis membangun atmosfer kecurigaan secara perlahan, sehingga pembaca ikut merasa gelisah bersama para karakter utamanya.
Ada beberapa penemuan mengejutkan yang membuat petualangan ketiga saudari ini terasa lebih berbahaya dibandingkan kisah-kisah sebelumnya.
Tick Tock Forest menjadi salah satu latar
tempat baru yang menarik perhatian. Hutan ini menjadi elemen baru yang segar, dengan sentuhan imajinasi khas Michelle Harrison.
Tick Tock Forest menjadi tempat hidup banyak karakter. Hutan ini terlihat misterius. Tidak hanya itu, hutan ini juga penuh teka-teki dan menjadi ancaman ketiga saudari Widdershin
Harrison piawai menyusun deskripsi-detail hutan ini, membuat pembaca seolah dapat merasakan kabut dingin, bisikan angin, dan bayangan misterius di balik pepohonan.
Dari sisi karakter, A Tangle of Spells tetap mempertahankan kekuatan utama seri ini, antara lain hubungan saudara yang hangat, penuh dukungan, namun tidak lepas dari dinamika khas remaja.
Charlie dengan sifat keras kepala dan kecintaannya pada hewan tetap menjadi karakter yang menyenangkan dan penuh kejutan.
Ia diam-diam merasa cemburu pada Fliss, kakaknya yang mulai menemukan jati diri, namun tetap mampu menjaga kehangatan hubungan di antara mereka.
Fliss sendiri, meskipun tidak terlalu banyak muncul di sepanjang cerita karena alasan yang hanya bisa dipahami saat membaca bukunya, tetap meninggalkan kesan sebagai sosok yang baik hati namun memiliki kebencian unik terhadap kapal.
Karakter nenek mereka pun sebetulnya sangat potensial untuk lebih banyak ditampilkan karena selalu berhasil menyuntikkan humor dan kebijaksanaan dalam situasi sulit.
Dari segi alur, cerita dalam A Tangle of Spells dirangkai dengan sangat cermat. Harrison mampu menyajikan plot yang brilian, penuh kejutan, dan tidak mudah ditebak.
Beberapa twist dalam novel ini benar-benar berhasil mengecoh, bahkan bagi pembaca yang terbiasa menebak arah cerita sejak awal.
Adegan-adegan yang dibuat terasa terngiang-ngiang di kepala, misalnya saat Betty dan Charlie menyelinap masuk ke tempat terlarang. Adegan ini cukup membuat pembaca merasa tegang tanpa kehilangan nuansa petualangan anak-anak.
Secara keseluruhan, A Tangle of Spells adalah kisah yang tidak hanya memikat sejak halaman pertama, tetapi juga menjaga intensitasnya hingga akhir.
Buku ini berhasil memberikan suasana segar dalam seri A Pinch of Magic, dengan tambahan elemen magis, latar baru yang imajinatif, serta konflik yang lebih gelap.
Bagi pencinta novel fantasi keluarga dengan premis misteri dan petulangan yang mendebarkan, novel ini menjadi salah satu bacaan yang direkomendasikan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Menelusuri Pulau Rahasia Bersama Widdershins di Novel a Sprinkle of Sorcery
-
Cerita Tentang Kutukan Keluarga dan Sihir Tua di Novel a Pinch of Magic
-
Menyusuri Dunia Sihir Topi Ajaib Bersama Cordelia dalam Novel The Hatmakers
-
Konspirasi Lucu Ikan yang Penuh Edukasi di Buku Don't Trust Fish
-
Review Novel The Day We Met The Queen, Harapan Seorang Anak Pengungsi ke Ratu Inggris
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel We Live Here Now: Rumah Baru dan Retaknya Sebuah Pernikahan
-
Switch Genre Buku: Tantangan Seru Menjadi Pembaca yang Lebih Kaya
-
Ulasan Novel The Gatsby Gambit: Misteri Pembunuhan di Kapal Pesiar Mewah
-
Detik-detik Anak-anak Mulan Jameela Cium Tangan Maia Estianty di Siraman Al Ghazali
-
Ulasan Novel Battle of the Bookstores: Pertarungan Antara Manajer Toko Buku
Ulasan
-
Semedja Javanese Cuisine, Surga Kuliner Jawa di Tengah Kota Jambi
-
Memaknai Arti Cinta Sejati Lewat Lagu Daniel Caesar Bertajuk Best Part
-
Ulasan Novel We Live Here Now: Rumah Baru dan Retaknya Sebuah Pernikahan
-
Air Terjun Dolo, Punya Pesona Cantik dengan Ketinggian Mencapai 90 Meter
-
Arena Komedi tanpa Rem dalam Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu
Terkini
-
4 Ide OOTD ala Ju Haknyeon THE BOYZ, Cocok Buat Kuliah hingga Nongkrong!
-
Piala Presiden 2025 Tandai Langkah Baru PSSI, Berikut Jadwal Tandingnya
-
Dari Dapur Bibi ke Dapur Ibu: Seporsi Nasi 3T dan Rindu yang Tak Selesai
-
Eupopria 2025: Panggung Kreatif Mahasiswa MICE PNJ Dorong Kolaborasi dan Inovasi Industri Event
-
4 Rekomendasi Smartwatch dengan Fitur Lengkap Harga di Bawah Rp1 Juta