"Han Gong Ju" (2013) merupakan film debut dari sutradara Lee Su-jin yang menceritakan kisah pilu seorang siswi SMA bernama Han Gong-ju.
Cerita dibuka dengan situasi di mana Gong-ju terpaksa pindah dari sekolah dan kampung halamannya. Ia kemudian tinggal bersama ibu dari guru lamanya, seorang perempuan paruh baya yang menjalankan toko kelontong kecil dan selalu bersikap kasar.
Gong-ju memulai hidup baru di sekolah barunya, berusaha bersikap tertutup dan tak ingin menonjol. Namun, perlahan-lahan, potongan masa lalunya mulai muncul lewat kilas baliknya.
Review Film Han Gong Ju
"Han Gong Ju" adalah film yang emosional, menyayat hati, dan termasuk menyentuh ranah yang sangat sensitif, yakni trauma akibat kekerasan seksual dan bagaimana korban harus bertahan hidup di dunia yang tidak memberi ruang untuk pemulihan.
Namun, kehebatan film ini adalah bagaimana sutradaranya tidak tenggelam dalam kesuraman. Sebaliknya, ia menyeimbangkan kepedihan itu dengan harapan kecil yang ditemukan Gong-ju di lingkungan barunya.
Gong-ju akhirnya berteman dengan Eun-hee, siswi ceria dan populer yang mendengar Gong-ju menyanyi sendirian dan tertarik dengan suaranya. Eun-hee mengajak Gong-ju bergabung dengan grup acapella sekolah, yang secara perlahan membangun kepercayaan diri Gong-ju dan memberinya teman-teman baru.
Bahkan ibu angkatnya yang awalnya cuek pun mulai luluh dan memperlakukan Gong-ju seperti anak sendiri, sebuah sosok ibu yang mungkin tak pernah ia miliki.
Salah satu simbol yang terus muncul dalam film ini adalah pelajaran renang yang diikuti Gong-ju. Air dalam film ini digunakan sebagai metafora atas keteguhan dan keinginan Gong-ju untuk bertahan hidup. Adegan-adegan saat ia belajar berenang penuh dengan suasana ceria, yang kontras dengan tragedi masa lalunya. Ini seolah menjadi pengingat bahwa seorang remaja seperti Gong-ju seharusnya menjalani masa mudanya dengan ringan, bukan dengan luka mendalam.
Keberhasilan film ini juga banyak bertumpu pada akting luar biasa dari Chun Woo-hee sebagai Gong-ju. Sebelum ini, ia hanya dikenal lewat peran-peran pendukung di film Sunny dan Cart. Namun lewat "Han Gong Ju", ia menunjukkan kualitas akting yang luar biasa.
Sepanjang film, Lee Su-jin secara perlahan membangun misteri yang menyelimuti masa lalu Gong-ju, sambil menyampaikan pesan yang kuat tentang budaya patriarki dan pengabaian terhadap korban kekerasan seksual. Tidak hanya memperlihatkan penderitaan korban, film ini juga mengkritisi budaya menyalahkan korban yang masih banyak terjadi di masyarakat.
Chun Woo-hee berhasil menggambarkan karakter Gong-ju sebagai gadis yang penuh ketakutan, tertutup, dan berusaha menyembunyikan luka batinnya. Banyak adegan yang hanya mengandalkan ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya, dan semuanya terasa natural dan menyayat hati.
Menjelang akhir film, penonton akhirnya diperlihatkan secara utuh apa yang sebenarnya terjadi pada Gong-ju. Meskipun petunjuk-petunjuknya sudah disebar sejak awal, adegan pengungkapan ini tetap mengejutkan dan sangat menghantam emosi.
Namun menariknya, film ini tidak menutup dengan akhir yang sepenuhnya tragis. Lee Su-jin justru memberikan ruang bagi interpretasi, melalui akhir film yang ambigu namun terasa seperti bentuk pelepasan dan pembebasan bagi Gong-ju.
Struktur film yang cermat, penceritaan yang perlahan tapi penuh makna, serta pendekatan humanis terhadap tema berat membuat "Han Gong Ju" menjadi salah satu film Korea terbaik dalam mengangkat isu kekerasan seksual.
Film ini menghindari eksploitasi emosi atau adegan-adegan grafis, dan memilih untuk menyampaikan semuanya melalui kesan, suasana, dan perasaan yang perlahan-lahan terbangun.
Secara keseluruhan, "Han Gong Ju" layak untuk ditonton bukan hanya karena kualitas sinematiknya yang tinggi, tetapi karena kisah yang disampaikannya begitu penting. Di tengah dunia yang masih kerap menyalahkan korban, film ini hadir sebagai suara yang jujur, berani, dan manusiawi.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Merajut Doa dan Ikhtiar Lewat Ulasan Buku The Power of Jalur Langit
-
Conan Gray Ungkap Luka Patah Hati Lewat Lagu Synth Pop Bertajuk Maniac
-
Bikin Nostalgia! NIKI Ajak Narasikan Romansa Lewat Lagu Every Summertime
-
Review Series Squid Game 3, Saat Permainan Nyawa Tak Sekadar Lagi Hiburan
-
Purple Kiss Tantang Lawan Stereotip Lewat Lagu Horor Pop Bertajuk Nerdy
Artikel Terkait
-
Review Film Short Term 12: Luka Enggak Terlihat, dan Harapan yang Tumbuh
-
Tak Ingin Pensiun, Steven Spielberg Mau Coba Garap Film Bergenre Western
-
Sinopsis Kannappa, Film India Terbaru Vishnu Manchu dan Preity Mukhundahan
-
Kapan Jurassic World Rebirth Tayang? Cek Jadwal dan Sinopsisnya Disini!
-
Review Film Sorry I Killed You: Semua Karakter Sama-Sama Bodohnya!
Ulasan
-
Ulasan Novel Demon Rumm: Karya Sandra Brown yang Kurang Menggigit
-
Merajut Doa dan Ikhtiar Lewat Ulasan Buku The Power of Jalur Langit
-
Conan Gray Ungkap Luka Patah Hati Lewat Lagu Synth Pop Bertajuk Maniac
-
Review Film Short Term 12: Luka Enggak Terlihat, dan Harapan yang Tumbuh
-
Bukan Sekadar Lagu, '24H' Jadi Simbol Cinta Tanpa Batas dari SEVENTEEN
Terkini
-
Bikin Namanya Melejit, Pedro Pascal Kenang Perannya di Game of Thrones
-
Dituding Tidak Mendapat Perlawanan dari Pembalap Lain, Marc Marquez Marah!
-
Eks Timnas Irak Tak Favoritkan Indonesia, Ada 2 Alasan yang Membuatnya Logis dan Realistis
-
Mitos vs Fakta: Benarkah Mahasiswa yang Modis Itu Tertekan?
-
Jelang Ronde Keempat Kualifikasi, Timnas Indonesia Dapatkan Warning dari Legenda Timnas Irak