Sejak sinopsis beredar, Film Daniela Forever sudah langsung mencuri perhatian. Film ini menyuguhkan perpaduan menarik antara drama percintaan dan konsep fiksi ilmiah, dengan tajuk rasa kehilangan dan keinginan untuk mengulang masa lalu.
Ditambah lagi, nama Nacho Vigalondo, sutradara di balik film Colossal yang unik dan absurd, bikin ekspektasi film ini melambung cukup tinggi. Termasuk dengan aktor dan aktris yang terlibat, di antaranya:
- Henry Golding sebagai Nicolas
- Beatrice Grannò sebagai Daniela
- Aura Garrido sebagai Teresa
- Ruben Ochandiano sebagai Garrido
- Nathalie Poza sebagai Victoria
- Pilar Bergés sebagai Susi
Deretan bintangnya sudah bikin penasaran. Memangnya berkisah tentang apa sih? Yang mau tahu sini merapat untuk tahu banyak detail penting lainnya!
Sekilas tentang Film Daniela Forever
Dalam film berdurasi ±113 menit yang tayang perdana di Toronto International Film Festival pada 5–6 September 2024 sebelum akhirnya diperluas rilisnya pada Juli 2025, mengisahkan percintaan Nicolas (diperankan Henry Golding), sang DJ yang sedang berduka setelah kehilangan kekasihnya, Daniela (Beatrice Grannò).
Didorong rasa kehilangan yang dalam, Nicolas bergabung dalam program eksperimen (mirip konsep Eternal Sunshine of the Spotless Mind) yang memungkinkan seseorang mengendalikan mimpi lucid (mimpi sadar), agar bisa bertemu kembali dengan orang yang telah tiada.
Idenya terdengar brilian, bisa satu kali lagi duduk bersama atau berjalan-jalan di pantai dengan pasangan yang sudah meninggal. Namun, seperti yang terjadi dalam film-film drama, semua nggak akan segampang membalik telapak tangan. Mimpi Lucid malah jadi penjara memori yang sulit dilepaskan.
Duh, ngenes deh! Saking belum bisa move on, sampai segitunya.
Review Film Daniela Forever
Film ini punya segudang konsep menarik! Iya, kamu nggak salah baca. Jadi tuh, Nicolas hanya bisa memunculkan memori dalam mimpinya jika dia pernah mengalaminya secara nyata. Maka dari itu, nggak ada ruang imajinasi.
Ada scene, Kota dalam mimpi jadi dunia yang setengah jadi, dengan jalan-jalan yang berakhir di kabut abu-abu karena Nicolas nggak tahu seperti apa bentuk ujung jalan itu. kok bisa gitu, ya? Adegan itu jelas lagi ngasih tahu ke penonton (termasuk diriku) bahwa keterbatasan memori dan bagaimana duka bisa mengurung kita dalam ruang yang sempit.
Namun sayangnya, semua ide menarik itu nggak dikembangkan dengan kuat. Alur ceritanya lamban, logika naratifnya berubah-ubah, dan setiap adegan seperti bermain dengan aturan yang baru saja dibuat.
Nicolas, yang awalnya penuh empati, malah makin lama makin obsesif, seolah-olah ingin ‘mengendalikan’ versi mimpi Daniela. Ini membuat karakter Nicolas terasa kosong dan sulit aku sukai, meski Henry Golding sudah berusaha totalitas dalam perannya
Biarpun begitu, tetap saja ada hal-hal menarik. Setiap scene dunia nyata ditampilkan dalam rasio kotak dan visualnya bagai kaset VHS yang menciptakan kesan stagnan dan redup. Sebaliknya, dunia mimpi hadir dalam rasio lebih panjang dan lebar juga penuh warna, yang membentuk hal-hal surealis dan magis.
Salah satu adegan menarik secara visual adalah ketika Nicolas berjalan santai di tengah jalan mimpi, dan segala sesuatunya; orang, mobil, benda-benda, mendadak memantul dari tubuhnya.
Sayangnya memang, adegan sekuat itu terasa kosong tanpa emosi yang terhubung. Nggak ada build-up emosi yang seharusnya ‘ada’.
Tenang saja, Daniela Forever bukanlah film buruk, tapi film yang terlalu percaya diri dengan premisnya. Kini, yang tersisa hanyalah bayangan tentang film yang seharusnya bisa jadi sesuatu yang istimewa, tapi ternyata nggak. Namun pada akhirnya, ia hanya berjalan bolak-balik dalam genangan kenangan, tanpa pernah benar-benar menyelam.
Kalau Sobat Yoursay suka film dengan konsep mimpi dan kenyataan yang blur ala Film Inception, mungkin Film Daniela Forever tetap bisa jadi tontonan menarik, tapi jangan berharapterlalu dalam pada emosinya.
Skor: 2,9/5
Baca Juga
-
Review Film A Summer's Tale: Menyusuri Romansa Musim Panas
-
Review Film Harka: Hidup Memang Nggak Seadil Itu
-
Review Film Sovereign: Kala Tumbuh di Antara yang Marah dan Mati Rasa
-
Review Series Too Much: Cinta yang Berantakan, Lucu, dan Penuh Luka
-
Review Film Black Dog: Lang dan Anjing Hitamnya di Tepian Gurun Gobi
Artikel Terkait
-
Review Transporter 3, Film Laga Jason Statham Tayang Malam Ini di Trans TV
-
Final Trailer La Tahzan Bikin Penonton Emosi, Tamparan Marshanda ke Ariel Tatum Bikin Merinding
-
Review Film A Summer's Tale: Menyusuri Romansa Musim Panas
-
Ulasan Film Ruang Rahasia Ibu: Misteri Emosional yang Menggugah Hati
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang Film "Only God Knows Everything", Tegang Abis!
Ulasan
-
Memaknai Refleksi Cinta yang Tak Seimbang dalam Lagu Maps oleh Maroon 5
-
Rentetan Kebohongan dalam Buku Genuine Fraud Karya E. Lockhart
-
Review Film A Summer's Tale: Menyusuri Romansa Musim Panas
-
Buku Terima Kasih Sudah Mengatakannya: Pelan-pelan Memahami Diri Lewat Kata
-
Ulasan Buku Million Dollar Weekend: Rahasia Memulai Bisnis Jutaan Dolar
Terkini
-
Fashionable Tanpa Effort Ekstra, 4 Outfit Hits ala V BTS yang Wajib Dicoba
-
Sold Out! Konser Solo Doyoung NCT 'Doors' di Jepang Dihadiri 20 Ribu Fans
-
4 Serum Ferulic Acid Kaya Antioksidan untuk Lindungi Kulit dari Sinar UV
-
Novel Kusunoki's Garden of God Bakal Tayang Sebagai Anime di 2026
-
Lawan Brunei di Laga Pembuka Piala AFF, Tak Ubahnya Laga Uji Coba dan Pemantapan bagi Timnas U-23