The Monkey (2025) merupakan sebuah film horor komedi yang diarahi oleh sutradara Oz Perkins. Film ini merupakan hasil adaptasi dari cerita pendek karya Stephen King.
Film The Monkey berkisah mengenai kehidupan dari dua saudara kembar, Hal dan Bill, yang menemukan sebuah mainan monyet tua milik ayah mereka.
Mainan itu ternyata memiliki sebuah kutukan mematikan, tiap kali mainan itu diputar, seseorang di sekitar mereka akan meninggal secara misterius. Film ini berusaha untuk memadukan berbagai elemen horor dan komedi hitam, tetapi hasil akhir film ini menuai berbagai tanggapan dari kritikus dan penonton yang menyebut kurang memuaskan.
Cerita diawali saat Hal dan Bill tak sengaja menemukan sebuah mainan monyet tua yang tersimpan di loteng rumah mereka. Usai mendapati penemuan tersebut, berbagai kejadian yang aneh mulai terjadi dan memaksa kedua saudara ini untuk bertemu dengan kisah masa lalu dari keluarga mereka dan berupaya untuk menghentikan kutukan tersebut.
Naskah film berusaha untuk mencoba menggabungkan elemen horor yang dibalut dengan komedi hitam, tetapi beberapa kritikus menganggap bahwa strategi ini tidak selalu sukses.
Benjamin Lee dari The Guardian mengklaim bahwa film ini merupakan sebuah “adaptasi yang membosankan, tidak dewasa, dan tonalitasnya tidak sama dengan cerita pendek Stephen King.”
Sinematografi film ini menampilkan sebuah visual yang suram dengan menggunakan berbagai palet warna yang gelap untuk menciptakan sebuah suasana mengerikan yang persis dengan genre horor pada umumnya.
Desain produksi film ini berhasil untuk mengupas atmosfer yang mendukung alur cerita, termasuk dalam menggambarkan sebuah mainan monyet yang menyeramkan yang menjadi bintang utama dalam film tersebut.
Namun, sejumlah adegan gore yang menerapkan berbagai efek khusus justru dianggap oleh penonton dan kritikus sebagai usaha yang berlebihan dan tidak mampu dalam menambah aspek artistik film tersebut.
Theo James sendiri bermain menjadi peran ganda dalam film ini, yakni sebagai Hal dan Bill, tetapi beberapa kritikus justru menganggap bahwa penampilan aktingnya itu kurang meyakinkan. Benjamin Lee dari The Guardian mengklaim bahwa James bermain dengan cara yang "kaku dan canggung.”
Karakterisasi dalam film ini juga disebut kurang mendalam, oleh karenanya penonton cukup kesulitan untuk terhubung dengan sejumlah perjuangan emosional dari seluruh tokohnya yang tersaji sepanjang film itu.
The Monkey berhasil menuai banyak tanggapan dari kritikus. Di Rotten Tomatoes, film ini tercatat memperoleh skor sebesar 77% dari 176 kritikus dengan rating rata-rata 6,8/10. Metacritic juga memberikan skor 63 dari 100 dari 38 ulasan.
Alissa Wilkinson dari The New York Times menampilkan film ini menjadi sebuah “horor komedi yang menyeramkan,” sedangkan Frank Scheck dari The Hollywood Reporter menjelaskan bahwa film ini merupakan sebuah “kekacauan yang energik tetapi juga menjengkelkan.”
Pada akhir pekan pembukaannya yang berlangsung di Amerika Serikat dan Kanada, The Monkey berhasil mendapatkan keuntungan hingga sekitar $14 juta yang turut membuatnya mengisi posisi kedua di box office, tepat di belakang Captain America: Brave New World. Sayangnya, pendapatan ini berada sedikit di bawah ekspektasi awal yang sebelumnya ditaksir akan mencapai sekitar $17 juta.
The Monkey merupakan sebuah bentuk usaha berani dalam perihal menggabungkan berbagai elemen, seperti elemen horor dan komedi, tetapi hasilnya justru tidak seluruhnya memuaskan.
Menggunakan naskah yang kurang solid, karakterisasi yang masih dangkal, serta kombinasi genre yang masih kurang konsisten, film ini dinilai gagal dalam menawarkan sebuah pengalaman sinematik yang memuaskan bagi para penontonnya.
Baca Juga
-
Pedro Pascal hingga Ariana Grande Galang Bantuan untuk Kelaparan di Gaza
-
Debut Gemilang, The Fantastic Four Beri Harapan untuk Marvel di Box Office
-
Baru Rilis, Rotten Tomatoes The Fantastic Four: First Steps Raih 88 Persen
-
Trailer Avatar: Fire and Ash Rilis, Keluarga Sully Hadapi Klan Na'Vi Jahat
-
Kembali Tunda Tayang, Film Biopik Michael Jackson akan Rilis 2026
Artikel Terkait
-
Review Film Cloud: Dunia Digital yang Menelan Kemanusiaan
-
Bukan Sekadar Film, Anies Baswedan Sebut 'Sore' Mahakarya yang Mengaduk Emosi dan Logika
-
Review Film A Normal Woman: Perjalanan Menemukan Diri di Tengah Luka!
-
Review Film Ghost Train: Teror Tanpa Akhir di Jalur Bawah Tanah
-
Nirina Zubir Hadapi Teror Mencekam dalam Film Panggilan dari Kubur
Ulasan
-
Review Film Life After: Hak Hidup dan Mati yang Jadi Pertanyaan Etis
-
Pelajaran Berharga di The Kindest Red: Kebaikan Bisa Dimulai dari Hal Kecil
-
Review Jujur Series Smoke, Sudah Tayang di Apple TV
-
Review Drama Head Over Heels: Drama Romansa Heartwarming Dibumbui Supranatural
-
Menyusuri Misteri Film The Banished: Apa yang Dicari, Nggak Pernah Kembali
Terkini
-
Piala AFF U-23: Timnas Vietnam Berikan Tamparan Keras bagi para Pengkritik Shin Tae-yong
-
Being a Good Girl Hurts oleh Yena: Manis Pahit Perasaan Cinta Tak Terbalas
-
Savior Complex, Luka Batin yang Merusak Organisasi
-
Pedro Pascal hingga Ariana Grande Galang Bantuan untuk Kelaparan di Gaza
-
5 Ankle Boots Lokal Stylish yang Bisa Kamu Temukan di Shopee, Wajib Punya!