Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | R. Josaphat Bhismantaka Nugroho Bagaskara
Anime Takopi's Original Sin (imdb.com)

Takopi's Original Sin, atau dalam bahasa Jepangnya disebut "Takopii no Genzai", resmi menutup kisahnya pada Sabtu kemarin, 2 Agustus 2025. Anime ini memiliki genre drama dan sci-fi, dengan berbalut tema perjalanan waktu serta menyoroti kondisi psikologis masing-masing karakternya. Walaupun tamat hanya dengan 6 episode, namun itu sudah sangat cukup untuk mencuri perhatian penonton. Terbukti hingga kini, Takopi's Original Sin sukses mendapatkan rating 9.2 di situs IMDb, serta berpotensi memenangkan penghargaan Anime Terbaik 2025 menurut para penggemar.

Anime ini mengisahkan seorang alien ras Happian, sebuah makhluk hidup dari Planet Happy yang memiliki tujuan untuk menyebarkan kebahagian di seluruh alam semesta. Salah satu ras Happian bernama Takopi, bertemu dengan Shizuka Kuze, seorang siswi sekolah dasar yang baru saja pulang dari sekolah. Takopi yang kelaparan lalu diberi makan oleh Shizuka. Sejak saat itu, makhluk Happian tersebut memilih untuk membantu Shizuka dalam menyebarkan dan memberikan kebahagian kepadanya. 

Sinopsis yang sederhana, namun bisa membuat penonton terbata-bata oleh karena cerita yang dibalut dengan penuh "warna" dan kaya akan makna. Takopi's Original Sin memiliki beberapa pesan tersirat dan tamparan realita yang nyata di kehidupan sehari-hari. 

Anak Menjadi Representasi Langsung dari Pola Asuh Orang Tua

Potongan adegan anime Takopi's Original Sin (X/animetv_jp)

Berjalannya cerita Takopi dkk tak lepas dari bumbu-bumbu permasalahan di setiap episodenya. Mulai dari perundungan, krisis makna dan tujuan hidup, bahkan hingga menyebabkan depresi serta merasa putus asa. Jika menelisik dan mencari benang merahnya, ini semua berakar dari hubungan serta interaksi para karakter di rumah, yaitu dengan orang tua. Baik itu Shizuka, Marina, bahkan Azuma sekalipun turut merasakan hubungan yang jauh dari kata baik-baik saja dengan orang tua mereka.

Mulai dari Shizuka, ayah dan ibunya bercerai ketika usianya masih sangat dini. Ayahnya meninggalkannya dan memulai kehidupan baru, menikahi wanita lain, serta perlahan melupakan Shizuka. Ibunya bekerja menjadi PSK, pergi malam dan pulang pagi.

Sejak kedua orang tuanya bercerai, kehidupan Shizuka mulai berubah drastis. Walaupun saat ini ia tinggal dengan ibunya, Shizuka tak benar-benar diperhatikan dan diperlakukan layaknya seorang anak. Hal tersebut yang kemudian membentuk karakternya menjadi pendiam dan acuh tak acuh terhadap dunia. Di sekolah pun, ia dirundung oleh Marina dan kawan-kawannya. Ia hanya pasrah menerima takdirnya, seakan tidak akan ada lagi yang bisa diperjuangkan di kehidupannya. Hanya Chappy (anjing peliharaannya) yang tetap membuatnya merasa hidup di dunia yang pahit ini.

Mengenai Marina, usut punya usut ternyata ia merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam hal ini, ayah dan ibunya selalu bertengkar, bahkan tak jarang hingga melukai satu sama lain. Alasan orang tuanya bertengkar dapat menjawab dan menjelaskan perilaku Marina terhadap Shizuka selama ini. Ayah Marina diketahui menyewa PSK, yang ternyata adalah ibu dari Shizuka. Hal tersebut diketahui langsung oleh Ibu Marina, yang kemudian menyulut pertengkaran hari demi hari. Bahkan tak jarang, ibunya mengancam Marina untuk tetap patuh padanya.

Tak jarang juga Marina mendapatkan perilaku tidak mengenakkan dari Ibunya ketika berada di rumah. Marina yang mengetahui fakta tersebut, menyalahkan Shizuka atas semua kejadian tersebut. Marina dibesarkan dengan rasa takut akan kekerasan yang dilakukan oleh ibunya, sehingga pada akhirnya ia melampiaskan perasaan tersebut kepada Shizuka. 

Terakhir, yaitu anak laki-laki seusia Shizuka dan Marina sekaligus ketua kelas mereka, bernama Naoki Azuma. Azuma dibesarkan dengan bayang-bayang ekspektasi sang Ibu. Ibunya menuntut Azuma untuk harus mendapatkan nilai sempurna di sekolah agar menjaga nama baik keluarga sama seperti sang kakak, Junya.

Namun sekeras apapun Azuma belajar dan berusaha, ia tidak pernah mencapai titik tersebut, bahkan selalu dibelakang kakaknya sendiri. Sikapnya dikelas seakan digerakkan oleh "kehendak" sang Ibu yang menuntut agar selalu sempurna, yang kemudian menyebabkan Azuma merasa stress hingga krisis identitas. Bahkan, Azuma rela memaksa dirinya melakukan sesuatu yang diluar kapasitasnya, hanya untuk membuktikan bahwa dirinya bisa di mata sang Ibu. 

Ketiga karakter tersebut menjadi "korban" atas perilaku orang tua mereka. Perilaku tersebut perlahan membentuk kepribadian yang mencerminkan pola asuh dari orang tua. Sikap dan perilaku seorang anak merupakan cerminan nyata dari orang tua mereka. Seorang anak berhak mendapatkan kasih sayang yang tulus serta kebebasan bereksplorasi dari orang tua, tanpa embel-embel menyeret dan menuntut mereka untuk menjadi "dewasa" secara paksa. 

Terkadang, Diam dan Mendengarkan Merupakan Solusi Terbaik

Potongan adegan anime Takopi's Original Sin (X/animetv_jp)

Makhluk hidup tak luput dari kesalahan, bahkan hal tersebut berlaku juga bagi alien ras Happian. Takopi mendarat di Bumi dan langsung ingin menyebarkan kebahagiaan di planet tersebut. Pada awalnya, Takopi hanyalah makhluk yang lugu dan polos. Ia sama sekali tidak tahu mengenai manusia dan segala baik buruknya. Takopi hanya bertindak berdasarkan asumsi yang menurutnya benar. Bahkan, ia rela turut ikut campur menyelesaikan suatu masalah, hanya demi membuat seseorang bahagia. Ia membantu, tapi tidak berusaha memahami.

Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan karakter Takopi perlahan mulai memasuki fase klimaks. Ia menyadari bahwa tindakannya yang berusaha membuat seseorang bahagia, pasti menimbulkan luka bagi seorang lainnya. Layaknya siklus yang tak berhenti berputar, hal tersebut tak dapat dihindari, bahkan dengan memutar waktu sekalipun. Takopi perlahan mulai memahami bahwa setiap manusia memiliki sisi baik dan buruk. Ia juga sadar bahwa tindakannya selama ini hanya berdasarkan apa yang menurutnya benar, tapi tidak melihat sudut pandang lainnya. 

Pada akhirnya, ia memilih untuk diam dan mendengarkan. Hal tersebut dapat dilihat pada episode terakhir, bahwa Takopi mulai berhenti berbicara dan mulai mendengarkan perasaan Shizuka yang sesungguhnya. Setelahnya, ia mencerna semua perkataan Shizuka dan merenungkan tindakan-tindakan sebelumnya.

Takopi akhirnya mulai memahami, bahwa segala sesuatu membutuhkan ruang dan waktunya sendiri untuk sembuh, tanpa campur tangannya. Ia juga menyadari bahwa kebahagiaan sejati dapat muncul ketika seseorang dapat berdamai dan menerima dirinya sendiri. Takopi juga menyadari, bahwa diam dan mendengarkan terkadang merupakan solusi terbaik untuk memecah kebuntuan dalam suatu hubungan yang kompleks. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

R. Josaphat Bhismantaka Nugroho Bagaskara