Barangkali pembaca yang mengambil buku ini di deretan rak toko buku akan sedikit terkecoh dan mengira ini adalah novel utuh karya Tere Liye. Lalu pulang dengan satu buku dengan riang untuk menikmati plot panjang yang menghanyutkan. Namun, Sepotong Hati yang Baru ternyata adalah kumpulan cerpen.
Namun begitu membuka lembar demi lembar, rasa kecewa itu segera sirna, berganti kekaguman. Delapan cerita pendek di dalamnya tetap memancarkan kualitas khas Tere Liye—puitis, hangat, dan sarat makna.
Identitas Buku
- Judul: Sepotong Hati yang Baru
- Penulis: Tere Liye
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Tahun Terbit: 2021
- Jumlah Halaman: 214 halaman
Buku ini adalah “sekuel” Berjuta Rasanya, meski tidak memiliki keterkaitan plot. Benang merahnya tetap sama: cinta, dalam segala bentuk dan rasanya. Dari cinta yang manis, getir, hingga yang menyisakan luka.
Delapan Cerita di Dalam Antologi
Tere Liye membuka buku ini dengan cerita berjudul "Hiks, Kupikir Itu Sungguhan". Kisah tentang seorang gadis yang percaya cintanya dibalas, hanya untuk sadar bahwa ia hanyalah korban harapan palsu. Cerita ini ringan tapi menusuk—mengingatkan kita bahwa tidak semua senyum berarti cinta.
Lalu membuka kisah kedua dengan judul "Kisah Sie Sie", gadis jelita yang hidup miskin, namun memegang janji kepada ibunya untuk mencintai Wong Lan tanpa pamrih. Kisah ini bergerak cepat, tapi menyisakan rasa getir yang lama hilang.
Di kisah ketiga, cerita yang menjadi judul utama buku, "Sepotong Hati yang Baru", adalah perenungan tentang patah hati—tentang luka yang mungkin tidak bisa disembuhkan, kecuali dengan “hati” yang benar-benar baru. Puitis, sederhana, namun menghunjam.
Ada pula "Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay", adaptasi legenda klasik tentang cinta yang diperjuangkan sampai akhir, serta "Itje Noerbaja & Kang Djalil", cerita ber-ejaan lama yang menghadirkan nuansa sastra masa silam.
Namun salah satu cerita paling berkesan adalah "Kalau Semua Wanita Jelek", kisah perempuan yang minder karena tubuhnya tidak sesuai standar kecantikan masa kini. Pesannya jelas: kecantikan sejati datang dari hati.
Lalu "Percayakah Kau Padaku?" mengingatkan bahwa cinta tanpa kepercayaan hanyalah jalan menuju kehancuran. Dan diakhiri dengan cerita pamungkas, "Buat Apa Disesali", dibalut melankolia perpisahan, diiringi nostalgia lagu Rita Effendy.
Benang Merah Sepotong Hari yang Baru
Meski setiap cerita berdiri sendiri, semuanya mengusung satu nilai penting: cinta adalah pengalaman yang unik dan layak dihargai, meski berakhir luka. Tere Liye meramu tema patah hati, kehilangan, dan kesalahpahaman dengan latar yang beragam. Dari dunia remaja urban, kisah persahabatan, hingga legenda dan sejarah budaya.
Gaya bahasanya mengalir, puitis tanpa berlebihan. Pembaca tidak dibuat repot mencerna metafora, namun tetap mendapat kedalaman rasa. Beberapa cerita mungkin terasa sederhana, namun justru di situlah kekuatan Tere LiyeLiye. Mengangkat hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan menjadikannya berarti.
Catatan Kritis Untuk Buku Sepotong Hati yang Baru
Jika harus memberi catatan, mungkin jumlah cerita yang “hanya” delapan membuat pembaca seperti saya merasa belum cukup puas. Beberapa pembaca juga mungkin kurang tertarik dengan cerita ber-ejaan lama, seperti Itje Noerbaja & Kang Djalil. Namun, ini lebih soal selera daripada kualitas.
Sepotong Hati yang Baru adalah bacaan yang cocok dinikmati dalam suasana tenang—mungkin di sore hujan, ditemani teh hangat. Ia bukan sekadar kumpulan cerita cinta, tapi juga cermin kecil untuk melihat diri sendiri: luka yang pernah kita alami, cinta yang pernah kita perjuangkan, dan harapan yang masih kita genggam.
Seperti kalimat penutup yang membekas:
“Kita hanya punya sepotong hati, bukan? Jika ia terluka, apakah bisa sembuh? Atau harus kita ganti dengan hati yang baru?”
Tere Liye tak hanya bercerita, tapi juga mengajak kita merenung—tentang cinta, kehilangan, dan keberanian untuk kembali mencinta.
Baca Juga
-
Saatnya Dunia Pendidikan Berbenah: Peningkatan Kualitas Bukan Angka Semata
-
Membongkar Sesat Pikir: Ikhlas Demi Surga Bukan Alasan Menggampangkan Hak Guru
-
Hari Hutan Indonesia: Seruan dari 1,4 Juta Suara untuk Hutan
-
Ulasan Novel Bumi Karya Tere Liye: Dunia Fantasi Tak Cuma Werewolf!
-
Ulasan Novel Ceros dan Batozar: Rahasia Kelahiran Tuan Muda Ali
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review What Does That Nature Say to You: Calon Mertua yang Bikin Canggung
-
Novel The Art of Vanishing: Rahasia Museum dan Kisah Romansa Lintas Dimensi
-
Kasih Sayang Debt Collector yang Tak Terhingga dalam Film Panggil Aku Ayah
-
Review Weapons: Horor Psikologis yang Menjerat Pikiran Lewat Kekuatan Narasi
-
Ulasan Novel Terjebak denganmu Meneer: Indahnya Skenario yang Dibuat Tuhan
Terkini
-
Rahasia Kulit Lembap dan Glowing dengan 4 Serum Lokal Berbahan Ekstrak Mawar
-
BRI Super League: Cara Mario Lemos Katrol Rasa Percaya Diri Pemain Persijap
-
Harapan Arlyansyah Abdulmanan usai Debut Sempurna bersama Persija Jakarta
-
Catat! Taylor Swift Rilis Album The Life of a Showgirl pada Oktober 2025
-
Bagikan Teaser, Serial Wayward Kupas Kelamnya Industri Remaja Bermasalah