"The Art of Vanishing" adalah debut memukau dari Morgan Pager yang memadukan elemen magical realism, romansa, dan dunia seni rupa dengan cara yang segar dan penuh imajinasi. Diterbitkan pada 1 Juli 2025 oleh Ballantine Books, novel ini menawarkan pengalaman membaca yang seperti berjalan di antara galeri seni, di mana setiap lukisan dapat menjadi pintu menuju dunia lain.
Pager, yang dikenal sebagai pecinta buku dan seni, memanfaatkan latar museum dengan atmosfer yang memikat dan menjadikannya panggung utama kisah cinta yang melintasi waktu dan realitas.
Cerita berpusat pada Claire, seorang petugas pembersih malam di sebuah museum seni di Philadelphia. Hidupnya sederhana, dipenuhi rutinitas, namun diam-diam ia memendam beban masa lalu dan tanggung jawab sebagai ibu tunggal. Suatu malam, Claire menemukan sesuatu yang luar biasa, ia dapat melangkah masuk ke dalam lukisan.
Temuannya membawanya ke dalam dunia visual yang tak hanya indah, tetapi juga nyata. Di salah satu lukisan karya Henri Matisse tahun 1917, ia bertemu dengan Jean, putra sang pelukis, yang hidup dalam bingkai kanvas dan terjebak pada satu momen waktu. Pertemuan itu menjadi awal dari hubungan yang tak lazim, namun sarat kehangatan dan kerinduan.
Kisah Claire dan Jean berkembang dalam petualangan melintasi berbagai lukisan, dari pesta glamor di era awal abad ke-20, balapan kuda yang semarak, hingga pantai berangin yang menenangkan. Pager membangun dinamika romansa ini dengan nada lembut, membuat pembaca perlahan-lahan jatuh cinta pada dunia yang ia ciptakan.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka tidak berjalan mulus. Pandemi melanda, museum ditutup, dan jarak antara realitas dan dunia lukisan semakin sulit dijembatani. Konflik semakin dalam ketika sebuah jurnal penting karya pelukis perempuan abad ke-20 hilang dicuri, memaksa Claire mengambil risiko demi mengembalikannya.
Salah satu kekuatan terbesar novel ini adalah atmosfernya. Pager menulis dengan detail yang kaya, membuat pembaca bisa merasakan aroma cat minyak, melihat kilau permukaan kanvas, dan mendengar kesunyian sakral ruang pameran di malam hari. Museum dalam cerita ini bukan hanya tempat kerja Claire, tetapi juga karakter tersendiri, sebuah ruang liminal yang memungkinkan pertemuan dua dunia. Gaya bahasanya mengalir lembut, penuh deskripsi sensorik yang memanjakan imajinasi.
Selain itu, Claire digambarkan sebagai karakter yang kompleks dan manusiawi. Ia bukan pahlawan tanpa cela, ia membawa luka, rahasia, dan rasa bersalah yang membentuk pilihan-pilihannya. Konflik batinnya antara tanggung jawab terhadap anak dan keinginan untuk melarikan diri bersama Jean yang menjadi inti emosional cerita.
Jean, di sisi lain, menghadirkan pesona dunia lama yang sopan dan romantis, kontras dengan realitas keras yang dihadapi Claire di dunia nyata. Interaksi mereka memunculkan pertanyaan tentang batas antara cinta sejati dan pelarian dari kenyataan.
Tema yang diangkat Pager tidak hanya sebatas romansa. Ia juga menyoroti nilai sejarah seni, pelestarian karya, serta bagaimana suara perempuan dalam dunia seni kerap terhapus oleh waktu. Subplot pencurian jurnal pelukis perempuan bukan sekadar bumbu cerita, tetapi juga pengingat bahwa kisah-kisah yang terlupakan layak untuk ditemukan kembali.
Meski demikian, novel ini tidak luput dari kelemahan. Beberapa pembaca mungkin merasa ritme cerita melambat di pertengahan, terutama ketika fokus bergeser pada pandemi. Ada pula karakter pendukung yang muncul mendadak dan tidak dikembangkan dengan cukup dalam, sehingga terasa lebih sebagai alat plot ketimbang figur yang utuh. Hubungan Claire dan Jean juga berpotensi dianggap terlalu cepat berkembang bagi pembaca yang mengharapkan dinamika romansa yang lebih gradual.
Secara keseluruhan, "The Art of Vanishing" adalah novel yang memikat hati dan membangkitkan rasa ingin percaya pada keajaiban. Morgan Pager berhasil menggabungkan romansa, seni, dan elemen magis menjadi kisah yang hangat dan menyenangkan. Ini adalah bacaan yang ideal untuk mereka yang ingin dibawa ke dunia penuh warna, di mana cinta dapat ditemukan di antara goresan kuas, dan di mana setiap kanvas menyimpan kemungkinan tak terbatas. Meski tidak sempurna dalam eksekusinya, novel ini tetap meninggalkan kesan mendalam berkat pesona dunia yang dibangunnya.
Identitas Buku
Judul: The Art of Vanishing
Penulis: Morgan Pager
Penerbit: Ballantine Books
Tanggal Terbit: 1 Juli 2025
Tebal: 304 Halaman
Baca Juga
-
Novel My Wife, the Serial Killer: Rahasia di Balik Istri yang Sempurna
-
Novel Funny Story: Dua Orang yang Menemukan Cinta Setelah Ditinggalkan
-
Ulasan Novel The Game is Murder: Perjalanan Memecahkan Misteri di Tahun 1974
-
Ulasan Novel Nine Month Contract: Hubungan Kontrak yang Tumbuh Menjadi Cinta
-
Ulasan Novel Party of Liars: Pesta Ulang Tahun yang Berubah Menjadi Tragedi
Artikel Terkait
Ulasan
-
Kasih Sayang Debt Collector yang Tak Terhingga dalam Film Panggil Aku Ayah
-
Review Weapons: Horor Psikologis yang Menjerat Pikiran Lewat Kekuatan Narasi
-
Ulasan Novel Terjebak denganmu Meneer: Indahnya Skenario yang Dibuat Tuhan
-
Ulasan Film The Noisy Mansion, Misteri di Balik Teror Bising Dini Hari
-
Review Film An Officer and a Spy: Skandal di Balik Seragam Militer Prancis
Terkini
-
Bagikan Teaser, Serial Wayward Kupas Kelamnya Industri Remaja Bermasalah
-
Sinopsis Jao Sao Nai Sailom, Drama Thailand Terbaru Green Ausadaporn
-
Ada Uhm Jung Hwa, Ini 4 Pemeran Utama Drama Korea My Troublesome Star
-
Pembalap Ducati Lainnya Tak Sepakat dengan Keluhan Pecco Bagnaia pada GP25
-
Buktikan Prestasi: Perempuan Tak Lagi Hanya Penonton di Lapangan Futsal