Edwin adalah filmmaker bertalenta peraih 2 Piala Citra sebagai sutradara. Kariernya di bidang penyutradaraan dimulai dari menggarap film pendek pada tahun 2023. Film pendeknya yang berjudul Kara, Anak Sebatang Pohon mengukir sejarah sebagai film pendek Indonesia pertama yang berhasil menembus Cannes Film Festival sesi Director's Fortnight pada tahun 2005.
Filmamaker asal Surabaya ini debut sebagai sutradara film panjang lewat film Babi Buta yang Ingin Terbang (2008). Kemudian, namanya dikenal luas berkat film Posesif (2017) yang saat itu mendapatkan banyak pujian dan memenangkan berbagai penghargaan. Posesif disebut sebagai salah satu film remaja Indonesia terbaik dekade ini.
Terbaru Kabut Berduri, berikut empat film garapan Edwin untuk kamu yang sedang mencari rekomendasi film-film lokal berkualitas.
1. Posesif (2017)
Posesif mengangkat isu hubungan toksik di kalangan remaja. Ditulis oleh Gina S. Noer, alur cerita Posesif mengikuti kisah gadis SMA sekaligus atlet loncat indah bernama Lala (Putri Marino). Meski dikekang oleh ayahnya (Yayu Unru), Lala menjalani hidup dengan baik.
Namun, keadaan berubah jungkir balik saat Lala bertemu dengan cinta pertamanya, Yudhis (Adipati Dolken), murid baru di sekolah. Janji setia Lala untuk Yudhis malah jadi jebakan.
Cinta Yudhis yang awalnya sederhana dan melindungi berubah rumit dan berbahaya. Yudhis menjadi posesif dan tak segan melakukan kekerasan.
Walau kualitasnya sempat diragukan, Posesif berhasil menyabet banyak penghargaan, di antaranya Piala Citra 2017 untuk Sutradara Terbaik (Edwin) dan Pemeran Utama Wanita Terbaik (Putri Marino).
2. Aruna dan Lidahnya (2018)
Bertema kuliner, Aruna dan Lidahnya merupakan adaptasi lepas dari novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak. Berkisah tentang Aruna (Dian Sastro), ahli wabah yang ditugaskan menyelidiki kasus flu burung di beberapa kota di Indonesia.
Sebagai pencinta makanan, tugas keluar kota ini sekaligus jadi kesempatan mencicipi kuliner khas Nusantara. Aruna mengajak sahabatnya, Bono (Nicholas Saputra), seorang chef yang juga kebetulan ingin menemukan resep kuliner otentik Indonesia, serta Nadezhda (Hannah Al Rashid), kritikus kuliner yang ingin menulis sebuah buku.
Penyelidikan wabah di Surabaya membawa Aruna bertemu dengan Farish (Oka Antara), mantan teman sekantornya. Pria yang diam-diam dia cintai juga menangani kasus flu burung. Sepanjang perjalanan, Aruna merasakan hal janggal dari penyelidikan mereka.
Film ini juga memborong nominasi di FFI dan Edwin kembali masuk nomine untuk kategori Sutradara Terbaik.
3. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021)
Masih adaptasi buku, selanjutnya ada Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film berdasarkan novel berjudul sama karya Eka Kurniawan. Kisahnya mengambil latar era 1980-an hingga awal 1990-an.
Bercerita tentang Ajo Kawir (Marthino Lio), seorang jagoan yang tak takut mati. Hasrat yang besar untuk bertarung didorong oleh kenyataan kalau ia impoten. Suatu hari, Ajo Kawir berhadapan dengan petarung perempuan bernama Iteung (Ladya Cheryl).
Iteung mampu mengalahkan Ajo Kawir, membuat pria itu jatuh cinta padanya. Akankah Ajo bisa mendapatkan hati Iteung dan berdamai dengan kekurangannya?
Untuk kedua kalinya, Edwin berhasil menyabet Piala Citra berkat film garapannya ini. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas juga meraih Golden Leopard (Film Terbaik) di Festival Film Locarno 2021.
4. Kabut Berduri (2024)
Tayang di Netflix, Edwin di bawah bendera Palari Films merilis film genre crime-thriller dengan judul Kabut Berduri. Film yang dibintangi Putri Marino ini dijadwalkan tayang pada 1 Agustus 2024.
Kabut Berduri berkisah tentang Dekektif Sanja (Putri Marino). Ia diutus ke daerah perbatasan Indonesia-Malaysia demi mengungkap kasus pembunuhan yang sarat akan konflik dan misteri. Karena hal ini juga, Sanja terpaksa kembali menghadapi masa lalunya.
Film ini menjadi kerja sama kedua Edwin dan Putri setelah Posesif. Jadi makin penasaran ‘kan dengan karya terbaru dari sutradara dan aktris keren ini?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS