Demi mengatasi penyebaran Covid-19, kegiatan belajar selama masa pandemi kekinian berubah menjadi belajar online atau daring. Proses pembelajaran secara daring ternyata menimbulkan beberapa dampak negatif, salah satunya adalah penyakit myopia atau rabun jauh. Hal ini disebabkan oleh rasa lelah pada mata anak-anak yang terus-menerus menatap layar ponsel atau laptop.
Dampak sekolah sistem daring, menyebabkan fenomena yang dikenal dengan nama Myopia Booming. Atau jumlah anak yang terkena rabun jauh myopia atau bermata minus berpotensi meningkat dan penambahan angka minus kepada anak yang sudah minus sebelumnya. Kondisi tersebut terjadi apabila anak tidak pernah berolahraga dan malas gerak sehingga kondisi ini akan semakin mempercepat terjadinya minus pada mata anak. Pertumbuhan paling cepat untuk minus pada mata antara umur 12-16 tahun. Sehingga para orang tua harus memperhatikan betul kegiatan apa saja yang dapat menyebabkan mata anak menjadi minus.
myopia atau rabun jauh adalah salah satu kelainan refraksi mata. Kondisi ini terjadi karena mata yang tidak dapat memfokuskan cahaya pada tempat yang seharusnya, yaitu pada retina mata. Gejala utama rabun jauh adalah kaburnya penglihatan ketika melihat benda-benda yang jauh.
Dikarenakan sulitnya melihat benda-benda jauh, sering kali muncul gejala-gejala tertentu pada penderita myopia, baik yang dirasakan oleh penderitanya maupun disadari oleh orang lain. Gejala-gejala tersebut adalah: sakit kepala, mata lelah karena mata bekerja secara berlebihan, sering mengedipkan mata, sering memicingkan mata saat melihat benda-benda jauh, sering mengucek mata, terlihat tidak menyadari keberadaan objek yang jauh.
Kita dapat mencegah bertambahnya minus pada mata atau risiko mengalami mata minus saat belajar dengan sistem daring menggunakan beberapa cara, antara lain:
1. Istirahatkan Mata
Istirahatkan mata anak setiap 20 menit saat menjalankan aktivitas dengan ponsel, laptop, maupun mengerjakan tugas sekolah. Bila perlu, atur waktu khusus untuk mengerjakan tugas dan mengerjakan aktivitas lain.
Agar mata anak tidak mudah lelah, variasikan belajar tidak hanya menatap layar laptop, ponsel, atau televisi, tapi juga melihat buku. Setelah menyelesaikan satu tugas, arahkan anak melihat ke luar jendela rumah atau melakukan aktivitas lain selain menatap layar ponsel atau laptop selama 20 detik.
2. Tidak Belajar di Ruangan Gelap
Hindari menggunakan laptop atau gawai di ruangan yang sangat terang. Kondisi ruangan yang terlalu silau cahaya juga dapat membuat mata menjadi mudah tegang dan mudah terkena myopia atau rabun jauh. Usahakan untuk selalu mengatur tingkat kecerahan dan kontras pada layar ponsel, laptop, atau televisi di rumah. Sesuaikan dengan kenyamanan anak.
3. Duduk dengan Posisi Nyaman
Saat belajar dengan ponsel maupun mengerjakan tugas, arahkan anak agar duduk dalam posisi yang nyaman. Jangan biarkan anak memegang gawai atau buku sambil berbaring atau tengkurap karena memperbesar kemungkinan terkena rabun jauh.
4. Jaga Jarak Mata dengan Layar
Ketika menatap layar ponsel dari jarak dekat saat proses belajar daring usahakan jaraknya antara 40 centimeter sampai 60 centimeter. Jika bisa , usahakan untuk memberikan layar yang lebih besar agar anak tidak terlalu dekat ketika menatap layar saat belajar, seperti laptop atau tablet yang berukuran besar.
5. Rutin Berkedip
Ingatkan anak untuk berkedip secara berkala saat menatap layar ponsel, televisi, laptop, atau membaca buku. Jika sudah merasa lelah saat menatap layar, anjurkan untuk istirahat sejenak dengan melakukan kegiatan lain.
6. Menggunakan Kacamata Antiradiasi
Cara lain yang bisa dilakukan orang tua agar anaknya tidak terkena myopia atau mata minus adalah dengan memberikan kacamata antiradiasi atau kacamata baca komputer kepada anaknya, karena kacamata ini berfungsi untuk menangkal efek sinar biru yang berpotensi merusak mata serta dapat mengurangi ketegangan mata saat melihat layar.
Kegiatan sederhana di atas jika dilakukan secara teratur dapat mengurangi kemungkinan anak terkena myopia atau mata minus dan gangguan mata lainnya.