3 Dampak Buruk Tidak Adanya Batasan dalam Keluarga Terhadap Psikologis Anak

Hikmawan Firdaus | Alvi Nur Jannah
3 Dampak Buruk Tidak Adanya Batasan dalam Keluarga Terhadap Psikologis Anak
Ilustrasi tidak ada batasan dalam keluarga (Freepik/karlyukav)

Dalam sebuah keluarga, kekompakan dan keterbukaan memang menjadi hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap yang lainnya. Namun, di dalam keterbukaan tersebut ada privasi serta batasan yang tidak boleh dicampuri oleh anggota keluarga lain. Hal tersebut umumnya dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya.

Orangtua seringkali merasa menjadi orang yang paling tahu kebutuhan dan kebaikan anaknya. Sehingga, mereka mengatur hidup anaknya sedemikian rupa. Sang anak pun akan merasa bersalah jika gagal mewujudkan harapan orangtua atau menolak menjadi sosok yang orangtua harapkan. Hingga akhirnya ia pun selalu mementingkan emosi orangtua melebihi kepentingannya.

Meskipun maksud dan tujuan orangtua baik, namun hal tersebut dapat memengaruhi psikologis anak. Melansir klikdokter.com, berikut 3 dampak buruk yang akan dialami anak yang tidak memiliki batasan dalam keluarganya!

1. Parenfication

Parenfication merupakan keadaan di anak menjadi sosok yang bertanggung jawab atas orangtuanya. Dalam kasus instrumental parenfication, anak harus mencukupi kebutuhan orangtua secara materiil. Dan dalam kasus emotional parentification, anak harus memberi dukungan emosional kepada orangtuanya seperti menengahi konflik, menjadi penasehat orangtuanya dll.

2. Anak tidak memiliki identitas diri

Anak yang terbiasa melakukan apapun yang diinginkan orangtuanya akan kehilangan kendali atas dirinya dan keinginannya sendiri. Hal tersebut terjadi karena anak tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplor dirinya. Pada akhirnya anak akan kesulitan untuk memahami dirinya sendiri, kemauannya dan apa yang harus dia lakukan. Hal tersebut juga dapat memicu munculnya rasa rendah diri pada anak.

3. Tidak mampu menyelesaikan masalah

Karena terbiasa dibantu oleh orangtua dalam memecahkan masalahnya, anak menjadi kurang terampil dalam menyelesaikan konflik. Selain itu, anak tersebut akan selaku fokus pada apa yang dibutuhkan orang lain hingga tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal tersebut membuat anak selalu berusaha menghindari konflik dan permasalahan.

Untuk mengatasi hal tersebut, anak yang berada dalam keluarga yang tidak memiliki batasan dapat menciptakan batasan untuk dirinya dan memiliki pola pikir bahwa tidak apa-apa jika ia memenuhi dan mendahulukan kepentingan serta perasaannya sendiri.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak