Stunting merupakan kondisi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuh anak lebih pendek jika dibandingkan dengan teman-teman seusianya. Meski demikian, tidak semua anak berperawakan pendek mengalami stunting, tetapi anak yang stunting sudah pasti terlihat pendek.
Sayangnya gejala stunting sering kali tak disadari karena hanya menduga anak tersebut memiliki tubuh yang pendek. Namun, gejala stunting pada umumnya dapat terlihat ketika anak telah berusia 2 tahun. Seperti disadur dari Alodokter dan Hellosehat, berikut pengenalan gejala serta penyebab anak mengalami stunting.
BACA JUGA: Menkes Sebut Dua Suspek Gagal Ginjal Akut Kemungkinan Hanya Alami Infeksi Campak, Apa Alasannya?
Gejala Stunting yang Terjadi pada Anak
Berikut beberapa gejala yang menunjukkan bahwa anak mengalami stunting.
- Pertumbuhan tulang terhambat
- Gangguan tumbuh kembang
- Gangguan beljar
- Berat badan anak bisa lebih rendah untuk anak seusianya
- Tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan standar tinggi badan anak seusianya
Akan tetapi bila menderita penyakit kronis, anak yang mengalami stunting akan mengalami sejumlah gejala seperti berikut:
- Tubuh anak membiru saat menangis (sianosis)
- Sesak napas
- Sering lemas
- Tidak aktif bermain
- Ujung jari berbentuk seperti tubuh (clubbing finger)
- Batuk kronis, demam, serta berkeringat pada malam hari
- Bayi tidak bisa menyusu dengan baik
Penyebab Stunting yang Terjadi pada Anak
Selain dari beberapa gejala tersebut, stunting juga dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut.
1. Infeksi Berulang atau Kronis
Seperti yang diketahui bahwa tubuh akan mendapatkan energi dari asupan makanan. Sementara itu penyakit infeksi berulang yang dialami sejak anak masih bayi menyebabkan tubuhnya selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit.
BACA JUGA: Tasya Kamila Sembuh dari Mastitis Tapi Jumlah ASI Berkurang Drastis, Bagaimana Cara Booster Alami?
Apabila kebutuhan tersebut tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, maka akan akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya mengalami stunting. Perlu diketahui bahwa terjadinya infeksi masih erat kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam cara menyiapkan makanan untuk anak serta sanitasi di tempat tinggalnya.
2. Kurangnya Asupan Gizi pada Ibu Saat Hamil
Badan kesehatan dunia atau WHO menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian stunting telah terjadi saat bayi masih berada dalam kandungan. Hal semacam ini dapat terjadi karena asupan ibu selama masa kehamilan kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi yang diterima oleh janin di dalam rahim cenderung sedikit.
Pada akhirnya pertumbuhan janin di dalam kandungan mulai terhambat dan ini akan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh sebab itulah penting bagi ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
3. Sanitasi yang Buruk
Tak dapat disepelekan begitu saja, pada kenyataannya sanitasi yang buruk dan sulitnya air bersih dapat menyebabkan anak mengalami stunting. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk minum atau masak dan kurangnya ketersediaan kakus menjadi penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Keduanya dapat meningkatkan risiko anak berulang kali menderita diare dan infeksi cacing usus atau sering disebut cacingan.
BACA JUGA: Ashanty 6 Tahun Tak Haid, Kenali Beda Alat Kontrasepsi Hormonal vs Non Hormonal
4. Kebutuhan Gizi Anak Tidak Tercukupi
Stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi makanan balita ketika masih berusia di bawah 2 tahun tidak tercukupi. Asupan tersebut meliputi, anak tidak diberikan ASI, posisi menyusui yng kurang tepat, hingga MPASI (mkanan pendamping ASI) yang kurang berkualitas.
Kurangnya asupan makanan yang bergizi, khususnya yang mengandung zat besi, protein, dan minerl zinc (seng), menjadi penyebab utama terjadinya stunting pada anak.
Itulah berbagai gejala dan juga penyebab terjadinya stunting pada anak yang perlu diingat dan diwaspadai.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS