Dari Tinnitus hingga Hiperakusis: Risiko Serius di Balik Kebiasaan Memakai Headphone

M. Reza Sulaiman
Dari Tinnitus hingga Hiperakusis: Risiko Serius di Balik Kebiasaan Memakai Headphone
Ilustrasi mendengar melalui headphone.(unsplash.com)

Headphone kini menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan modern. Kita menggunakannya untuk mendengarkan musik, belajar online, bermain game, hingga bekerja. Namun, di balik kenyamanan dan kualitas suara yang memanjakan, penggunaan headphone yang tidak tepat dapat membawa risiko serius terhadap kesehatan pendengaran.

Banyak orang tidak menyadari bahwa kerusakan telinga sering terjadi secara perlahan, tanpa gejala langsung, hingga akhirnya sudah terlambat.

Kerusakan Pendengaran yang Terjadi Bertahap

Paparan suara keras melalui headphone dalam waktu lama dapat merusak sel rambut halus di bagian dalam telinga. Sel ini berfungsi mengirimkan sinyal suara ke otak. Ketika terpapar suara bervolume tinggi secara berulang, sel-sel tersebut tidak dapat pulih kembali sehingga memicu gangguan pendengaran permanen.

Masalahnya, kerusakan ini berkembang perlahan. Pada awalnya, Anda mungkin merasa pendengaran kembali normal setelah beristirahat, padahal setiap paparan merusak sedikit demi sedikit. Tanda awalnya antara lain mulai sering menaikkan volume, sulit mendengar di tempat ramai, atau merasa telinga penuh setelah mendengarkan musik.

Tinnitus

Salah satu dampak yang sangat sering muncul adalah tinnitus, yaitu suara berdenging, berdesis, atau bergemuruh di telinga. Setelah menggunakan headphone, terutama dengan volume tinggi, beberapa orang mendengar bunyi ini selama beberapa menit. Namun, jika terjadi berulang-ulang, tinnitus bisa berubah menjadi kondisi kronis yang mengganggu tidur, konsentrasi, bahkan kesehatan mental.

Kerusakan pada koklea dan sistem pendengaran akibat suara keras menjadi penyebab utamanya. Anak muda kini menjadi kelompok yang rentan karena kebiasaan mendengarkan musik dalam waktu lama melalui earbud.

Pengaruh Headphone pada Fungsi Otak

Dampak headphone tidak hanya berhenti di telinga. Paparan suara keras secara berkepanjangan membuat otak bekerja ekstra untuk memproses suara. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan mental, sulit fokus, dan penurunan konsentrasi.

Seiring waktu, kemampuan otak dalam memproses suara halus juga bisa menurun sehingga kemampuan berkomunikasi dapat terganggu.

Sensitivitas Suara Berlebihan

Penggunaan headphone yang tidak sehat juga dapat memunculkan kondisi bernama hiperakusis, yaitu ketika telinga menjadi jauh lebih sensitif terhadap suara yang seharusnya normal. Klakson mobil, suara pintu ditutup, atau panggilan telepon dapat terasa menyakitkan. Kondisi ini sulit diatasi dan sering kali menurunkan kualitas hidup.

Infeksi dan Ketidaksadaran Lingkungan

Earbud yang langsung masuk ke telinga cenderung menahan kelembapan dan kotoran, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang. Akibatnya, pengguna berisiko mengalami infeksi telinga. Selain itu, penggunaan headphone saat berjalan atau berkendara membuat seseorang kurang peka terhadap lingkungan, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

Headphone bukanlah musuh, tetapi penggunaannya harus bijak. Volume yang terlalu tinggi dan durasi pemakaian yang berlebihan dapat merusak pendengaran secara permanen. Dengan memahami risikonya dan menerapkan kebiasaan yang sehat, kita tetap dapat menikmati lagu favorit tanpa mengorbankan kesehatan telinga.

(Flovian Aiko)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak