Meskipun Sudah Gede Lebaran Wajib THR: Tetap Harus Ramah

Hernawan | Khoirul Inayah
Meskipun Sudah Gede Lebaran Wajib THR: Tetap Harus Ramah
Ilustrasi THR lebaran karyawan swasta (Rodnae/Pexels)

Lebaran tiba, ini saatnya aku muncul ke permukaan untuk bersilaturahmi pada keluarga dan tetangga dekat. Selain sesi maaf-maafan dan menikmati kudapan khas Idul Fitri, perayaan Hari Raya pastinya kurang afdol kalau nggak ada acara bagi-bagi amplop. Ini momen paling ditunggu-tunggu bocah kayak aku, apalagi kalau bukan THR dari para om dan tante, yang sukses bikin hati adem ayem meskipun di hari panas ini.

Eh, tapi ini masih sekedar angan-angan sih. Soalnya statusku sudah pelajar tingkat akhir yang bentar lagi lulus, jadi pemberian THR semakin berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Maklumlah, dikira sudah besar dan tidak perlu tambahan uang saku lantaran bisa cari sendiri. Padahal semakin bertambah usia, entah mengapa kebutuhan juga ikut bertambah naik. Mau minta uang ke orang tua sungkan, tapi kalau nggak minta ya kurang.

Kalau ada yang masih memberi THR dengan ikhlas pasti kusambut dengan senang hati. Begitu pun perlakuanku pada saudara yang tidak memberi amplop, tetap kumaafkan tak lupa juga kuberi senyum, salam, sapa, sopan dan santun.

Namun, ada juga tipe manusia yang sudah tidak memberi THR, tapi malah memberi pertanyaan menyebalkan, sukses bikin gerah hati plus gerah body. Tenang, harus tetap senyum elegan supaya manusia ini tidak menjadi-jadi. Ini hari baik, tidak cocok menghabiskan tenaga secara sia-sia. Memangnya apa sih faedahnya bertanya-tanya dengan tujuan menghakimi atau memojokkan orang lain?

Seandainya aku termasuk daftar orang yang mendapat THR dari Yoursay, sudah pasti aku tak berhenti berucap syukur. Hal pertama yang kulakukan setelah menerima THR dari Yoursay, pastinya aku akan memberi sebagian pada orang tua yang sudah bekerja keras setiap harinya, mereka juga harus ikut merasakan euforia ini.

Selanjutnya, baru aku pakai untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang cukup mendesak, salah satunya ialah mempersiapkan perlengkapan wisuda dengan biaya yang lumayan menguras kantong. Apalagi untuk ukuran wisuda perempuan, pasti total pengeluarannya cenderung lebih banyak ketimbang laki-laki.

Jika masih ada sisa, maka akan aku gunakan untuk menambah nilai diri dengan investasi ke hal-hal bermanfaat seperti membeli paket aplikasi premium untuk menunjang produktivitas dalam mencari sumber penghasilan. Jadi, setelah mendapat pendapatan, aku harus tetap memutarnya supaya dapat menghasilkan lagi. Atau bisa juga kugunakan untuk biaya kursus bahasa asing dengan harga terjangkau guna mengasah skill komunikasiku dalam bahasa asing. Tak lupa beberapa persen dana, aku alokasikan pada investasi akhirat yang juga nggak kalah penting.

Ternyata banyak juga ya daftar kegiatan uangku kalau dijabarkan. Beberapa dari kalian mungkin punya pikiran mengenai nominal THR dari Yoursay, apakah bisa cukup terbagi rata dalam sederet kebutuhan yang harus aku penuhi?

Bagiku itu lumayan cukup untuk membantu keuanganku yang belum stabil. Toh, berapa pun nominal yang kita peroleh, manusia akan tetap merasa kurang, meskipun sudah diberi rezeki yang dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kebutuhan lho ya, bukan keinginan.

Meskipun jumlah THR yang kuterima tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, aku tetap memberi maaf saudara lainnya dan menikmati momen lebaran dengan khidmat. Kalau sudah beranjak dewasa dan amplop yang diberikan tidak banyak, harus tetap diterima dengan lapang dada. Karena itu bagian dari proses kedewasaan.

Keberadaan THR saat Idul Fitri hanya menjadi pemanis, supaya lebih semangat menjajaki tiap rumah untuk mempererat silaturahim. Kita harus ingat kalau momen lebaran digunakan sebagai ajang silaturahmi, bukan sebagai bahan mencari amplop apalagi mencari muka. Semoga pembaca yang membaca ini sampai akhir mendapat kelancaran rezeki supaya bisa gantian memberi THR pada orang lain.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak