Seiring dengan bertambahnya jumlah lulusan sarjana setiap tahunnya, Indonesia dihadapkan pada masalah serius: pengangguran terdidik. Pertanyaan besar yang kerap muncul adalah, apakah solusi terbaik bagi lulusan sarjana adalah terjun ke dunia bisnis? Jawaban atas pertanyaan ini bisa beragam, namun satu hal yang pasti: dunia usaha memang menawarkan jalan alternatif bagi mereka yang tidak ingin bergantung pada lapangan pekerjaan yang semakin kompetitif.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 5,86% pada 2023, dengan sebagian besar berasal dari lulusan perguruan tinggi. Lalu, kenapa bisnis dianggap solusi? Well, faktanya, kewirausahaan dapat menjadi jalan keluar yang menjanjikan untuk mengatasi pengangguran. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan atau minat untuk menjadi pengusaha. Seperti yang diungkapkan dalam studi oleh Universitas Indonesia (2022), hanya sekitar 30% lulusan yang merasa yakin untuk memulai bisnis setelah lulus.
Pertanyaannya, what’s the catch? Membangun bisnis memang tidak semudah membuka toko online atau membuat produk viral di media sosial. Ada proses panjang, termasuk riset pasar, pengembangan produk, hingga mengelola keuangan. Bahkan, menurut sebuah laporan dari Harvard Business Review, 75% startup mengalami kegagalan dalam lima tahun pertama. Dengan begitu, meskipun kewirausahaan bisa menjadi jawaban atas masalah pengangguran, bukan berarti ini jalan yang mudah bagi semua sarjana.
Namun, why does it matter? Karena di era digital saat ini, ada banyak cara untuk memulai bisnis dengan modal minim dan risiko yang lebih terukur. Platform seperti Shopee, Tokopedia, hingga media sosial Instagram telah membuka peluang besar bagi generasi muda untuk mengembangkan usaha. Mulai dari menjadi reseller produk kecantikan hingga membuka jasa desain grafis, sarjana yang melek teknologi sebenarnya punya banyak peluang yang bisa dieksplorasi. Jadi, bagi mereka yang tidak menemukan pekerjaan impian, bisnis bisa menjadi cara kreatif untuk bertahan hidup.
Selain itu, bagaimana seharusnya pemerintah berperan dalam hal ini? Nah, ada banyak hal yang bisa dilakukan, mulai dari memberikan pelatihan kewirausahaan berbasis kampus hingga mempermudah akses modal bagi pemula. Beberapa program dari Kementerian Koperasi dan UKM serta kolaborasi dengan platform e-commerce telah memberikan dampak positif, meskipun belum merata. Studi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2023) menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan pelatihan bisnis di kampus cenderung lebih siap dalam menghadapi tantangan kewirausahaan.
Jadi, haruskah semua sarjana berbisnis? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Tidak ada aturan baku yang mengharuskan semua orang menjadi pengusaha. Namun, jika kamu adalah sarjana yang berjuang di tengah kompetisi lapangan kerja yang ketat, mungkin saatnya melihat bisnis sebagai pilihan, bukan sebagai beban. Jangan takut untuk memulai, karena siapa tahu, usahamu bisa menjadi solusi tidak hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE