Menyambut Prabowo, Melepas Jokowi: Menggugat Janji Keadilan yang Terabaikan

Rendy Adrikni Sadikin | Sherly Azizah
Menyambut Prabowo, Melepas Jokowi: Menggugat Janji Keadilan yang Terabaikan
Ilustrasi tulisan 'fight' untuk mengawal keadilan.(Pexels/Markus Winkler)

Indonesia telah melalui satu dekade yang penuh dinamika di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Berbagai kebijakan telah diambil untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dari pembangunan infrastruktur yang masif hingga upaya reformasi birokrasi. Namun, perjalanan panjang ini juga diwarnai oleh berbagai kritik tajam, terutama dalam hal penegakan hukum yang seringkali dinilai "Keras ke Rakyat, Lunak ke Penguasa." Refleksi 10 tahun kepemimpinan Jokowi memberi gambaran nyata akan tantangan yang belum teratasi, serta harapan besar bagi masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto mendatang.

Kepemimpinan Jokowi: Janji dan Realita yang Bertolak Belakang

Di awal masa kepemimpinannya, Jokowi membawa angin segar dengan janji untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memberantas korupsi, dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Namun, seiring waktu, retorika tersebut mulai terkikis oleh kenyataan yang lebih pahit. Berbagai kasus yang melibatkan pejabat tinggi dan pelanggaran HAM seperti kriminalisasi aktivis, konflik agraria, serta diskriminasi sosial masih menjadi fenomena yang berulang tanpa solusi konkrit.

Kebijakan seperti Undang-Undang Cipta Kerja, meskipun dinilai sebagai langkah strategis untuk menarik investor, dianggap merugikan rakyat kecil dan menguntungkan pemodal besar. Reforma agraria yang digadang-gadang akan mengurangi ketimpangan tanah justru menambah masalah, dengan konflik agraria yang semakin meningkat tanpa penyelesaian yang memadai. Ini membuktikan bahwa hukum masih saja menjadi alat kekuasaan yang lebih berpihak pada pemilik modal dibanding rakyat kecil yang membutuhkan perlindungan.

Refleksi Ketidakadilan Hukum dan Dampaknya pada Kepercayaan Publik

Selama satu dekade terakhir, publik kerap menyaksikan ketidakadilan dalam penegakan hukum yang menimbulkan rasa frustrasi dan apatisme terhadap sistem. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi seringkali tidak berakhir dengan hukuman yang sepadan, sementara rakyat biasa justru menjadi korban represifitas hukum yang tegas. Contoh nyata adalah penangkapan dan penahanan aktivis yang memperjuangkan hak-hak mereka, seperti perlindungan lingkungan atau hak masyarakat adat, yang justru dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah.

Fenomena ini menyoroti adanya ketimpangan dalam penerapan hukum yang lebih berpihak pada yang kuat dan kaya, sementara yang lemah dan miskin justru semakin terpinggirkan. Jika hukum terus dijadikan instrumen kekuasaan dan ekonomi, kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem hukum akan semakin merosot, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas sosial.

Harapan untuk Kepemimpinan Prabowo: Waktu untuk Membuktikan Janji Perubahan

Sebentar lagi, Indonesia akan memasuki babak baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto. Harapan besar rakyat terletak pada pundaknya untuk memperbaiki sistem yang telah lama bobrok. Namun, optimisme ini harus diimbangi dengan realisme yang tegas: reformasi hukum bukanlah pekerjaan mudah, apalagi jika harus melawan kepentingan para elite yang telah mengakar kuat.

Untuk membawa perubahan yang signifikan, Prabowo harus fokus pada reformasi struktural dan kebijakan hukum yang mendasar. Independensi lembaga-lembaga penegak hukum perlu diperkuat, sehingga mereka tidak lagi tunduk pada tekanan politik dan ekonomi. Selain itu, perlu ada kebijakan konkrit untuk menangani ketimpangan sosial dan ekonomi, termasuk menyelesaikan konflik agraria dan memulihkan hak-hak korban pelanggaran HAM.

Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Keadilan dan Kesetaraan di Masyarakat

Di era Prabowo nanti, penegakan hukum harus kembali kepada esensinya sebagai pilar keadilan, bukan alat untuk menekan rakyat kecil. Hukum harus ditegakkan secara adil dan merata, tanpa diskriminasi terhadap status sosial atau kekayaan. Keberanian untuk menindak tegas para pelaku kejahatan kerah putih, termasuk koruptor kelas kakap, menjadi ujian nyata bagi integritas kepemimpinan Prabowo.

Perubahan signifikan di sektor hukum dan keadilan juga memerlukan dukungan rakyat, baik melalui partisipasi aktif dalam mengawal kebijakan maupun dengan membangun kesadaran hukum yang kuat. Ini adalah momentum untuk merajut kembali nilai-nilai kesetaraan dan kebersamaan yang selama ini terkikis oleh ketidakadilan.

Prabowo dan Tantangan Besar Menegakkan Keadilan untuk Semua

Kepemimpinan Prabowo akan diuji dalam mengatasi tantangan besar untuk mewujudkan sistem hukum yang berkeadilan dan berpihak kepada rakyat. Reformasi hukum tidak hanya ditentukan oleh kebijakan yang baik, tetapi juga keberanian untuk melawan korupsi dan ketimpangan struktural yang telah lama bercokol. Jika Prabowo mampu membawa perubahan nyata, maka ia akan dikenang sebagai pemimpin yang berhasil mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap sistem hukum di Indonesia.

Namun, jika janji-janji perubahan hanya sekadar wacana tanpa implementasi, harapan akan kembali berubah menjadi kekecewaan, dan rakyat akan terus menanggung beban ketidakadilan yang tak kunjung berakhir. Maka, mari kita menyongsong era baru ini dengan harapan dan kewaspadaan, karena masa depan Indonesia ada di tangan kepemimpinan yang berani dan adil!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak