Awalnya saya ditanya teman yang di Yogya makanan apa yang saya cari ketika mendarat di daerah istinewa itu.
“Makanan Eropa atau makanan ndeso?,” tanya teman saya.
Tanpa pikir panjang, saya langsung mengatakan makanan ndeso. Ngapain juga udah jauh-jauh ke Yogya, saya mencari makanan Eropa. Bukannya nggak mau sih dan belum tentu juga nggak enak, tapi toh saya bisa menikmatinya di Jakarta.
Nah, kalau makanan ndeso, pasti cuman ada di Yogya, secara juga itu adalah makanan khas suatu daerah.
Jadilah saya diajak ke Sambel Belut Pak Sabar yang letaknya agak di luar kota, Imogiri. Nggak terlalu jauh sih, kira-kira 20 menit dari kota.
Ternyata teman saya juga belum pernah ke sini.
“Sekalian khan aku juga pengin ngicipin, kalau nggak ada tamu, mana mungkin aku ke sini,” ujarnya.
Wah, nggak gampang mencarinya karena tidak terletak di pinggir jalan utama. Dan, letaknya berada di seberang kuburan. Kami harus melewati kuburan dulu baru sampai ke rumah makan sederhana ini.
Tidak ada yang istimewa di rumah makan ini, Maksud saya, desain interiornya, Benar-benar sederhana dengan beberapa bangku panjang yang memang cocok untuk makan rame-rame.
Langsung kami memesan welut (belut), sambal welut, dan ikan gabus goreng (kuthok). Untuk lalapan, ada timun ditambah rebusan godhong telo.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pesanan tersedia di meja. Kamu juga memesan sambal bawang yang pedasnya asoy.
Rasa sambel welutnya, mirip dengan sambal tempe, hanya saja diganti welut. Rasanya mantap.
Welut gorengnya juga gurih. Ikan gabusnya juga fresh. Akhirnya kamu menambah berkali-kali meski akhirnya kami tak sanggup menghabiskan, karena kami pesan masing-masing setengah kilo.
Kami bungkus saja makanan itu, bisa untuk sarapan besok pagi. Nggak nyesel deh makan sambal welut di sini.
Artikel ini dikirim oleh Fitria, Jakarta
Anda memiliki artikel atau foto menarik? Silakan kirim ke email: yoursay@suara.com