Teman adalah keluarga yang kita pilih sendiri untuk diri kita. Tapi akan berbeda ketika satu kata lagi diberikan, yakni teman sejati. Teman sejati adalah teman yang dapat meramaikan suasana saat kamu dalam kesepian, memberi pencerahan saat kamu berada dalam kegelapan, mengerti dirimu, dan sebaliknya.
Teman sejati juga ia yang tidak pernah keberatan menemanimu kapanpun waktu, tak memiliki rahasia antara kamu dengan dirinya, saling mempercayai, melindungi, dan membela. Teman yang tidak segan-segan mengatakan kamu salah saat berbuat salah, dan teman yang dengan tulus membantumu kembali ke jalan yang benar saat kamu berbuat salah.
Menurut Margot Sunderland, seorang psikoterapis anak dan direktur dari Centre of Child Mental Health di London, Inggris, kemampuan berteman pada anak-anak memerlukan waktu dan ruang. “Saat anak berusia lima tahun mereka pun bersekolah, barulah di sana timbul kebutuhan untuk memiliki teman dan bersosialisasi,” jelas Sunderland.
Pada masa sekarang tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi di lingkungan sekitar. Banyak hal yang mempengaruhi seorang anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Contohnya kurang adanya komunikasi dan hubungan yang baik antara anak dan orang tua atau anggota keluarga lain di rumah sehingga menyebabkan anak sulit untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik.
Kemudian adanya trauma sosial misal berupa pengalaman bullying yang pernah dialami atau pernah merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya, tipikal individu yang memiliki kepribadian tertutup, merasa rendah diri, kurang memiliki rasa percaya diri dan mengalami gangguan emosional sehingga anak menjadi pendiam yang sulit bergaul. '
Sedikit banyaknya beberapa contoh tersebut mempengaruhi kemampuan seorang anak bersosialisasi di lingkungannya.
Beberapa cara yang di gunakan agar anak yang pendiam mau dan bersosialisasi dengan baik dengan anak-anak lainnya diantaranya yaitu :
Mencarikan teman yang aktif
Di kelas para guru sering mengatur posisi tempat duduk anak. Anak yang pendiam duduk di antara anak yang banyak bicaranya. Atau pada saat main berdampingan atau kelompok, anak yang pendiam digabungkan dengan anak yang aktif agar bisa memotifasi anak yang pendiam.
Sering-sering mengajak anak bicara santai (ngobrol santai)
Di sela-sela waktu kita harus aktif mengajak anak bicara. Bicara tentang apa saja. Meskipun anak tidak menjawab, terusalah berusaha. Bertanya tentang kagiatan di rumah, tentang keluarga, makanan kesukaan dan sebagainya.
Mungkin awalnya cara ini tidak berhasil. Tapi kita harus melakukanya lagi dan lagi. Mencoba lagi dan lagi. Jika terlihat anak mulai mau tersenyum saat kita ajak bicara, maka itulah awal keberhasilan kita. Artinya anak itu mulai nyaman. Berhentilah berbicara sebelum anak bosan. Cobalah ajak bicara lagi di lain waktu mungkin dengan topik yang berbeda pula.
Selalu memberi motivasi
“Wah ternyata kamu bisa ya…..” , “boleh di coba lagi lho…..”. kalimat ini adalah salah satu cara untuk memotifasi anak yang pendiam atau pasif dalam kegiatan di kelas agar mau melakukan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lakukan hal ini di setiap anak selesai melakukan tugas. Baik yang mudah sekalipun.
Teruslah memberikan motifasi dengan kata-kata dan kalimat positif lalu Minta anak untuk mencoba lagi dan berikan pujian setelah anak menyelesaikan tugas yang kita berikan.
Memberikan hadiah
Tidak ada salahnya jika kita sesekali memberikan hadiah kepada anak setelah anak berhasil melakukan apa yang yang kita perintahkan. Hadiah yang kita tidak harus hadiah yang mahal. Sebuah kalimat pujian juga bisa memotifasi anak. Memberikan hadiah sebaiknya tidak terlalu sering.
Karena jika kita selalu memberikan hadiah setiap setelah anak menyelesaikan sesuatu, Juga akan berdampak kurang baik bagi anak. Karena anak akan hanya mau menyelesaikan tugas jika mendapatkan hadiah, dan tidak mau mnyelesaikan tugas jika tidak ada hadiah.
Sebaiknya kita tidak menjanjikan hadiah kepada anak sebelum anak menyelesaikan tugas. Berikan hadiah setelah anak menyelesaikan tugas tanpa menjanjikan sebelumnya.
Orang tua boleh sering mengajak anak main di tempat umum atau rumah saudara
Mengajak anak bermain di tempat umum, seperti ke taman kota, berkunjung ke rumah saudara, tetangga atau teman sekolah, adalah salah satu cara agar anak terbiasa dengan tempat baru, teman baru dan lingkungan baru yang pasti berbeda dengan lingkungan di rumah.
Di tempat baru, anak akan banyak belajar. Belajar bagaimana berinteraksi dan beradaptasi dengan teman dan tempat baru. Jika anak sudah tebiasa dengan tempat dan teman baru mulai sejak kecil, maka akan menjadi anak yang lebih mudah beradaptasi di mana saja. Tidak butuh waktu yang lama untuk anak dalam mencari teman baru.
Sering mengajak anak melakukan kegiatan fisik
Melakukan kegiatan fisik bersama anak, selain bisa menstimulasi motoriknya, juga bisa membuat anak lebih percaya diri. Jika anak menjadi pendiam karena kurang percaya diri, cara ini bisa kita lakukan. kita bisa melakukan kegiatan fisik baik di rumah atau di tempat umum.
Seperti di taman atau tempat umum lainnya. Beberapa kegiatan fisik yang bisa kita coba di antaranya yaitu, bermain sepeda, bermain bola, atau permainan lain yang membutuhkan tim untuk melakukannya. Yang pasti kegiatan tidak di lakukan hanya sendiri atau berdua saja, karena akan lebih baik jika dilakukan bersama-sama dengan teman sebaya, teman sekolah, saudara atau tetangga.
Oleh: Dian Ayu Setyaningsih / Mahasiswi PGMI IAIN PEKALONGAN
Email: [email protected]