Berita di era sekarang bagaikan sebuah makanan yang terus dicari oleh manusia, jika dulu kita mungkin hanya dapat menerima kabar atau berita melalui koran dan mungkin juga melalui sebuah radio yang mana mungkin hanya orang-orang tertentu yang dapat mendengarkanya sanggat berbeda dengan era sekarang. Di masa lalu mungkin banyak orang membaca berita melalui koran atau dari radio yang didengarkan oleh banyak warga kampung secara berkumpul.
Di tahun 2000an, media mulai berkembang dengan dibarengi teknologi yang berkembang pesat, di lain hal tingkat ekonomi juga ikut meningkat. Membuat kesejahteraan untuk mendapatkan sebuah berita terasa cukup mudah di dapatkan, entah itu melalui televisi, koran, dan juga radio yang tambah tahun terus berkurang para pendengarnya hal itu tidak lain karena peranya mulai tergantikan oleh televisi.
Bukan hanya radio mungkin televisi juga mengambil hati para pembaca koran yang juga kian tahun mulai menurun. Di era Internet mulai menjama, media sosial mulai dikenal berita terus meningkat dan berkembang, hal itu membuat berita serasa tiada batas meski itu berita dari ujung dunia sekalipun.
Akan tetapi perkembangan media yang sangat cepat ini tidak di barengi dengan pola pikir yang baik, tidak adanya filter terhadap berita yang di terima baik itu dari media sosial atau pun media resmi yang menulis atau mengeluarkan berita. Hal itu sangat berpengaruh besar bagi kehidupan bersosial di era sekarang, apalagi di era pendemi Covid-19 ini harus nya kita lebih pintar dalam memfilter pesan apa yang harus kita ambil guna bersama-sama melawan persebaran Pendemi Covid-19 ini.
Pola pikir Kritisme mungkin bisa kita terapkan dan kita pelajari guna menjalani Kehidupan bersosial yang baik di era sekarang. Karena krititisme bisa kita jadikan pegangan untuk memfilter berita-berita hoax yang ada. Lalu apa sih pemikiran Kritisme itu?.
Kritisme ini tak terlepas dari pemikiran rasionalisme dan pemikiran empirisme, yang mana rasionalisme adalah filsafat yang berangapan bahwa kebenaran itu haruslah dibuktikan hal itu berlawanan dengan emperialisme yang berangapan bahwa fakta bisa didapat melalui pengalaman akan tetapi hal itu sangat berbeda dengan pola berpikir Kritisme yang mana Kritisme sendiri berlawanan dengan kedua nya yang mana ada batasan tersendiri untuk mengetahui kebenaran itu. Lalu Siapa pengemuka dari pemikiran kritisisme?.
Immanuel Kant merupakan filsuf yg berasal dari Jerman yng hidup di abad ke 18. Mengutip dari dinus.a.id dengan tajuk Filsafat Immanuel Kant, pemikiran mencoba menyatukan rasionalisme dan imperealisme dalam semacam fenomenalisme baru (fenomenal jenis unggul). Hal itu di dasari menurut kan dalam pemikiran rasionalisme ada beberapa hal yang tidak dapat disentuh oleh pemikiran ini kemudian hal itu juga sama terjadi pada pemikiran imperealisme yang juga memiliki batasan yang tak dapat di sentuh oleh pemikiran ini.
Pemikiran Kritisisme Kant ini merupakan suatu yang kontra dari kedua pemikiran tersebut tetapi juga tak terlepas dari pemikiran itu. Menurut Immanuel kant manusia adalah subjek yang menciptakan kehidupanya sendiri mulai daripengalaman, jiwa kemudian perasaan serta memahami semua secara inheren dengan satu kesatuan.
Kant belajar filsafat ketika dia menginjak bangku kuliah di universitas Konigsberg yang mana ketika itu dia mempelajar filsafat rasionalistik Wolff serta matematika dan fisika Newton. Kemudian setelah selesai menuntaskan bangku kuliah ia mengamalkan ilmunya sebagai seorang guru selama sembilan tahun.
General Natural History and Theory of Heavens merupakan salah satu buku dari karya Immanuel Kant, setelah itu baru ia lebih mendalami filsuf. Selain itu ada pula hasil karya kant yang berisi pandangan-pandangan visioner berjudul The Dreams of a Visionary Illustrated with the Dreams of Metaphysics. Di akhir hidup Immanuel Kant mengarahkan waktunya untuk mengedit ulang karya nya yang telah ia buat, hingga akhir hayatnya meningal di kota kelahiranya pada 28 february 1804.
Dari pemikiran Kritisisme ini bisa kita gunakan dalam kehidupan saat ini yang mana manusia di era sekarang tidak bisa jauh dari teknologi. Dan berita apapun yang belum teruji kebenaranya dapat sampai secara mudah ke orang-orang. Hoax memang banyak kita temui di era sekarang yang mana itu hasil dari tidak seimbangnya kemjuan pola pikir dan kemajuan teknologi di masyarakat.
Di era Covid-19 kehidupan banyak berlangsung di rumah, hal ini juga menimbulkan melonjaknya tingkat sesorang bersingungan dengan internet lebih dari keadaan normal, baik entah itu akses terhadap hiburan maupun berita. Akan lebih baik kita mengunakan pemikiran kritis terhadap apa yang kita akses baik itu hiburan maupun Berita. Contoh kecil kita sebagai masyarakat yang kritis terhadap berita seperti kita mengambil kesimpulan secara kritis terhadap berita obat herbal yang dapat melawan Covid-19. Selain itu banyak sekali yang harus kita kritisi dalam kehidupan di era saat ini seperti bekerja dan belajar dari rumah, serta keluar dengan mematuhi aturan protokol kesehatan yang ada agar meminimalisir penyebaran Covid-19.
Dalam sebuah berita pastinya ada tajuk inti yang dapat kita ambil dari berita itu guna di kirtisi dan digunakan sebagai data yang falid terhadap kejadian itu. Hal-hal yang inti dari berita inilah yang harus difahami oleh masayarakat-masyarakat diera sekarang, karena semakin mudahnya berita sampai kepada kita semakin banyak juga Hoax yang beredar di sekeliling kita. Kritisisme sendiri merupakan salah satu yg dapat kita gunakan untuk pintar-pintar memilah berita yang tersebar di sekeliling kita entah itu hoax maupun kabar yang valid.
Selain itu ada juga hal yang perlu di perhatikan yakni janganlah kita sebagai orang yang hanya tahu lewat membaca dan menyimpulkanya, menyampaikan kepada orang lain selagi kamu belum benar-benar tahu bahwa berita itu valid adanya. Ini juga poin yang mendasar dalam menyikapi apa yang kita dapat lewat berita.
Kesimpulan
Bahwasanya di era Covid-19 hoax semakin banyak beredar di sekeliling kita lebih dari biasanya, yang mana hal itu perlu kita kritisi. Kita dapat mengunakan pemikiraan Immanuel Kant dalam mengkritisi suatu berita yang beredar agar menemukan jawaban kevalidan dari berita itu kemudian agar kita tahu apa yang harus kita lakukan terhadap berita tersebut.
Sumber:
- BUDIWAN, Jauhan. KRITIK IMMANUEL KANT TERHADAP FAHAM RASIONALISME DAN EMPIRISME. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 2016, 8.02.
- HUDIN, Nurul Amin. Kritisisme Kant dan Studi Agama. KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2019, 9.2: 59-79.
- TENTANG MORAL, Pemikiran Kant. IMMANUEL KANT DAN PEMIKIRANNYA.